Jakarta, Koranpelita.com
Sebagai salah satu penyakit yang cukup berbahaya hingga mendapatkan julukan silent killer, Hipertensi atau darah tinggi perlu amat mendapatkan perhatian. Hal ini dikarenakan hipertensi dapat menyerang siapa pun tanda adanya tanda yang muncul pada tubuh.
Hipertensi adalah tekanan darah yang melebihi batas normal, dan dapat berpotensi meningkatkan risiko serangan jantung dan gagal jantung lantaran organ tubuh tersebut memiliki peranan penting dalam menyuplai darah.
“Biasanya hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg, ” ujar dokter Firlihanny Anggaraini dari Klinik Pratama Perpustakaan Nasional pada Webinar Kesehatan Hipertensi dan Stroke, Jumat, (1/12/2023).
Tekanan darah terbagi menjadi dua, yaitu sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik yaitu tekanan ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan, Tekanan diastolik merupakan tekanan ketika jantung berelaksasi dan menerima darah sebelum kembali memompakannya ke seluruh tubuh.
Firly lebih lanjut mengatakan, ada faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya genetik, usia, jenis kelamin, stress fisik, stress psikis, obesitas, pola hidup, kurangnya aktifitas fisik, mengonsumsi alkohol atau kopi yang berlebihan, hingga kebiasaan merokok.
Gejala hipertensi bisa dilihat dari gejalanya, seperti sakit kepala, jantung berdebar, pandangan kabur, kecemasan, dan mudah lelah. “Tapi ada gejala yang lebih mengkhawatirkan, yaitu tanpa gejala. Itulah kenapa disebut silent killer, ” terang dokter firli.
Sebelum terlambat, siapa pun bisa mencegahnya dengan cara mengurangi konsumsi garam, diet gizi seimbang, menerapkan pola hidup sehat, melakukan aktifitas fisik teratur, dan mengontrol berat badan.
Sementara itu, spesialis penyakit dalam dari Laboratorium Prodia dokter Fransiska memberikan prediksi fakta mengejutkan, di mana pada tahun 2025 nanti kurang lebih 1,5 miliar orang dewasa di dunia mengalami hipertensi. Lalu, apakah hipertensi hanya terjadi pada orang tua? Ternyata tidak. Faktor usia memang mempengaruhi. Hipertensi juga bisa menyerang usia muda.
“Hipertensi tidak cukup dengan mengonsumsi obat tapi harus kontrol karena bisa jadi ada obat yang tadinya sesuai, malah tidak karena komplikasi atau sebab lain,” imbuh dr. frasiska. Spesialis saraf dari Rumah Sakit Bina Husada Cibinong dokter Aprilia menambahkan selain hipertensi yang dianggap sebagai silent killer, penyakit stroke juga sama bahayanya.
Stroke menurut organisasi WHO adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologic fokal dan global yang dapat memberat dan berlangsung selama 24 jam atau lebih dan bisa menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Ada faktor resiko yang tidak dapat diubah dalam penyakit stroke, salah satunya faktor usia yang terus bertambah.
Penyakit stroke meningkat di usia 55 tahun. Orang yang berkulit gelap lebih mudah menderita stroke dibanding berkulit putih. Sedangkan faktor yang dapat diubah seperti hipertensi, diabetes, merokok, hingga gaya hidup.
“Penderita stroke pria lebih banyak dari wanita. 52% berbanding 48%. Dari data WHO sepanjang rentang tahun 2000 2019, penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia terbanyak setelah penyakit jantung,” urai dokter Aprilia.
Gejala stroke bisa diamati dari senyum yang tidak simetris, gerak separuh melemah, bicara pelo, kebas, pandangan rabun, sampai sakit kepala berat. Tidak perlu semua dialami, dengan salah satu gejala pun bisa menjadi penyebab stroke.
Penyakit stroke di Indonesia menurut situs Kementerian Kesehatan merupakan penyebab kematian tertinggi pada tahun 2014. Sehingga dalam dunia kesehatan dikenal filosofi mencegah lebih baik dari pada mengobati.
“Tentu ini bukan sekedar filosofi, tapi justru investasi masa depan karena Kesehatan merupakan harta tak ternilai,” imbuh Plt. Kepala Pusat Analisis Perkembangan Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpusnas Dewi Kartikasari. (Vin)