Kaltim, Koranpelita.com
Literasi adalah kunci dalam memajukan sebuah bangsa. Gedung FasilitasLayanan Perpustakaan Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) akan menjadi pusat pengetahuan yang memainkan peran sentral dalam peningkatan literasi masyarakat.
Demikian disampaikan Pj. Bupati PPU, Makmur Marbun usai meresmikan Gedung Fasilitas Layanan Perpustakaan Daerah Kabupaten PPU bersama Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, Kamis (16/11/2023).
“Kabupaten PPU telah menjadi Serambi Nusantara yang memiliki peranan penting sebagai pintu gerbang utama bagi seluruh elemen bangsa yang ingin berpartisipasi dalam pemerintahan dan perkembangan negara,” katanya.
Menurut Makmur, pentingnya literasi tidak bisa diabaikan karena literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan berpikir kritis. Selain itu, literasi juga membantu individu dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan hingga pengambilan keputusan sehari-hari.
Gedung seluas 2.270 m2 yang dibangun di atas tanah seluas 17.930 m2 menggunakan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Subbidang Perpustakaan Tahun Anggaran 2021 sebesar 10 miliar, diharapkan tidak hanya menjadi tempat penyimpanan buku, tetapi juga pusat pembelajaran, penelitian, dan pengembangan diri masyarakat.
“Dengan meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berpikir kritis, masyarakat akan lebih siap dalam menghadapi perubahan zaman dan bersaing di tingkat nasional maupun global,” harap Makmur.
Kepala Perpusnas dalam hal ini sependapat bahwa seyogyanya sebuah bangunan pasti memiliki perannya masing-masing di tengah masyarakat, begitu pun dengan gedung perpustakaan yang memainkan fungsinya sebagai jantung pendidikan.
“Kalau cuma fisiknya saja buat apa? Ini merupakan bentuk komitmen kita bersama dalam menjalankan mandat yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan dan menyejahterakan anak bangsa,” ucapnya.
Dia juga menekankan bahwa aktivitas membaca menjadi sebuah kewajiban karena dengan membaca seseorang mampu mengukur tingkat pengetahuannya. Selain itu, transfer teori dan praktik baik dari buku ke otak manusia, hingga akhirnya mampu menghasilkan sebuah produk atau jasa tidak mungkin terealisasi tanpa membaca.
“Tujuan akhir dari persaingan global adalah menentukan pemenang. Negara-negara yang menjadi produsen menjadi bukti bahwa mereka adalah contoh dari negara-negara yang makmur. Akan bermasalah sebuah negara jika hanya terus menjadi konsumen,” ujarnya.
Sementara itu, dalam sesi talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) untuk Kesejahteraan Kabupaten PPU, Pustakawan Ahli Utama Perpusnas, Abdullah Sanneng mengajak seluruh peserta yang hadir luring maupun daring untuk bersama mengubah mindset tentang literasi.
“Literasi pada zaman dulu hanya seputar baca dan tulis, sedangkan saat ini di mana sudah ada ribuan perguruan tinggi, mindset tentang literasi harus diubah. Literasi masa kini harus berorientasi pada produksi barang dan jasa,” terangnya.
Abdullah lantas menginformasikan bahwa sejak 2018 Perpusnas memiliki program unggulan sekaligus menjadi salah satu program nasional yaitu Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), yang telah memberikan dampak ke banyak masyarakat Indonesia.
“Program ini sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat terutama ketika masa pandemi. Sekitar 2 juta masyarakat merasa terbantu karena mereka dapat memproduksi barang dan jasa untuk tetap menjalankan roda perekonomian keluarga,” jelasnya.
Dalam mengantisipasi benturan digitalisasi yang dihadapi anak-anak di Kabupaten PPU, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten PPU, Marjani mengatakan pihaknya telah melakukan kolaborasi dengan seluruh stakeholders untuk semakin mendekatkan masyarakat dengan bahan bacaan.
“Selain menghadirkan perpustakaan desa/kelurahan, kami juga menghadirkan perpustakaan keliling yang harapannya mampu mengakomodir kebutuhan akan bahan bacaan anak dan berkolaborasi dengan bunda-bunda literasi kecamatan serta para komunitas literasi,” ungkapnya.
Selaku Dosen FKIP Universitas Balikpapan, Indrayani mengungkapkan rendahnya indeks literasi di Kabupaten PPU menjadi tanggung jawab bersama. Orang tua maupun lingkungan informal berperan besar untuk menciptakan anak yang melek informasi atau literat.
“Bukan karena anak-anak malas membaca, tapi pola pikir rasional dan moralitas orang tua maupun lingkungan informal anak juga harus dibangun. Itu saya rasa menjadi tugas tambahan untuk bunda literasi, jd bukan hanya membangun perpustakaan tapi juga membangun edukasi,” tegasnya.
Di kesempatan yang sama, Penggagas Komunitas Gemar Belajar (Gembel), Achmad Fitryadi mengisahkan perjalanan komunitasnya yang sejak 2015 hingga kini hadir untuk senantiasa membuka lapak belajar bagi anak-anak di Kabupaten PPU.
“Berawal dari kepekaan sosial, Gembel hadir mulai dari 2015 dengan menggelar lapak buku di lorong pasar dan saat itu jumlah bukunya masih sedikit karena belum mendapatkan hibah. Hingga sekarang 2023, kami membuka lapak baca di depan pemkab, selain buku kami juga menyediakan kertas kosong dengan pensil warna. Meskipun anak-anak yang hadir tidak semuanya membaca buku, namun juga menggambar dan mewarnai, misi kami berhasil karena setidaknya mereka meninggalkan gawainya. Para orang tua pun sambil menemani anaknya jadi ikut membaca, sehingga bisa dikatakan semua ruangnya terpenuhi,” kisahnya. (Vin)