Semarang,koranpelita.com- Penelitian yang dilakukan harus dipublikasi baik secara lisan melalui seminar maupun tertulis, melalui jurnal supaya manfaatnya bisa dirasakan oleh banyak orang. Artikel yang disubmit tidak selalu diterima atau ditolak karena proses review dari masing-masing reviewer jurnal berbeda. Semakin bereputasi sebuah jurnal maka proses review semakin ketat.
Hal itu dikatakan Assosc Prof Dr Nurul Huda dari Faculty of Food Science and Nutrition Universitas Malaysia Sabah dalam Workshop yang digelar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang (FTP USM) secara virtual pada 7 November 2023.
Workshop yang di moderatori Dr Ir Rohadi MP itu, mengambil tema ”Strategi dan kiat sukses publikasi jurnal ilmiah terindeks Scopus”.
Menurutnya, agar artikel tidak di tolak harus menyesuaikan dengan scope dari jurnal, sesuaikan dengan pedoman, mengikuti tahapan awal hingga akhir proses review, memperbaiki komentar dari reviewer.
Selain itu, judul dalam artikel harus padat dan tepat dengan menggambarkan isi penelitian (perlakuan penelitian, bahan yang digunakan, analisis utama yang dilakukan dan kata penarik atau ekspektasi), nama ilmiah organisme spesifik, serta tidak boleh ada singkatan.
”Abstrak dalam artikel terdiri atas 250-300 kata, komposisi tulisan (pendahuluan 15-20%, metode-analisa 20-25%, hasil utama atau signifikan 40-50% dan kesimpulan 10%) hasil dalam bentuk angka dan analisa statistik, serta tidak boleh ada referensi,” katanya.
Dia mengatakan, pendahuluan dalam artikel, dimulai dengan latarbelakang penelitian dan ditutup tujuan penelitian, menerangkan status topik penelitian, menyatakan gap of knowledge serta hindari pustaka yang terlalu lama (lebih dari 10 tahun) dan penggunaan beberapa pustaka untuk satu pernyataan (pilih terbaru atau paling fundamental).
Adapun penulisan bahan dan metode dalam artikel menjelaskan informasi bahan dan peralatan secara spesifik (meliputi: dimensi sampel, cara handling, merek, model, pabrik dan negara penghasil), metode penelitian setiap tahapannya, gambar alat persiapan sampel/ analisis sampel yang spesifik/dirakit sendiri dapat ditampilkan serta analisis statistik.
”Hasil penelitian dapat ditulis terpisah dari pembahasan tergantung format jurnal target, hasil ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram dilengkapi dengan hasil analisis statistik dan keterangan serta foto sampel/produk penelitian ditampilkan tetapi disesuaikan dengan biaya publikasi (biaya tambahan untuk foto berwarna),” jelasnya.
Pembacaan Hasil Analisis Statistik
Dia menambahkan, pembahasan diawali dengan pembacaan hasil analisis statistik. Jika hasil penelitian lebih rendah atau lebih tinggi dibandingkan data sebelumnya perlu diberikan justifikasi kenapa hal tersebut terjadi, menjelaskan faktor penyebabnya dilengkapi dengan referensi.
Pembahasan untuk foto dapat dilakukan tentang ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan faktor lain yang menjadi indikator pengaruh dari perlakuan.
”Kesimpulan cukup satu paragraf dengan 5-6 baris untuk jurnal 1 kolom atau 10-15 baris untuk jurnal 2 kolom. Saran untuk pelaksanaan peneltian berikutnya adalah optional,” tandasnya.
Kegiatan yang diikuti ratusan peserta itu dibuka Wakil Rektor 1 USM, Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Budi Wahjuningsih, MP.
Dalam sambutannya, Prof Budi mengatakan, pihaknya mengapresiasi seluruh jajaran FTP yang telah menggelar workshop. Tujuannya untuk meningkatkan semangat para dosen dan mahasiswa dalam menulis artikel ilmiah terindeks scopus.
Selain itu membantu para dosen yang mengajukan jabatan fungsional guru besar yang terkendala oleh publikasi internasional.
”Kami berharap, kegiatan ini tidak hanya membantu para dosen memenuhi kebutuhan BKD, tetapi mendapat nilai tambah dengan peningkatan pengajuan jabatan fungsional melalui strategi dalam penulisan dan publikasi jurnal penulisan scopus. Bagi mahasiswa, dengan mengikuti kegiatan ini dapat menulis artikel ilmiah sebagai pengganti penulisan skripsi,” ungkapnya.
Dekan FTP USM, Prof. Dr. Ir. Haslina, M.Si mengatakan, tujuan workshop untuk mendorong para dosen dan mahasiswa untuk menghasilkan publikasi ilmiah yang terindeks scopus. Dengan demikian akan meningkatkan kinerja dosen.
”Melalui workshop ini kita bisa mengetahui apa ciri-ciri jurnal terindeks scopus, bagaimana mengetahui suatu jurnal termasuk dalam jurnal terindeks scopus, dan bagaimana mengetahui tingkat novelty dalam karya kita. Sebuah artikel ilmiah harus memancing sebuah dialog, harus memiliki novelty, kebaruan ide dari peneliti-peneliti sebelumnya,” ujarnya.
”Kami berharap, dengan adanya workshop ini semakin bertambah banyak publikasi dan semakin terampil dalam meneliti sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing dan bermanfaat,” ungkapnya.(sup)