Kota Malang, Koranpelita.com
Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Sejarah Universitas Negeri Malang (UM) bekerja sama dengan netralnews.com (NNC) menyelenggarakan Seminar Nasional 2023 dengan tema “Jejak Lingkungan: Dari Sejarah untuk Melestarikan dan Mewartakan Keindahan Bumi Nenek Moyang” di Perpustakaan UM, Kota Malang, Selasa (26/9/2023).
Acara Seminar Nasional 2023 tersebut juga menjadi puncak dari Lomba Artikel Populer Sejarah Tingkat Nasional 2023 dengan tema: “Mempopulerkan Jejak Sejarah yang Terpendam”.
Seluruh kegiatan tersebut terselenggara berkat kerja sama netralnews.com, Departemen Sejarah UM, dan nerkat dukungan dari Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Bank Jatim.
Untuk diketahui, lomba penulisan artikel populer sejarah tersebut diikuti oleh 841 peserta yang telah mengirimkan karya terbaik mereka. Jumlah peserta ini menjadi bukti bahwa peminat sejarah tidak sedikit. “Jumlah 841 peserta membuktikan bahwa sejarah diminati oleh generasi muda. Semoga melalui lomba dan seminar nasional ini, bisa melahirkan para penulis sejarah populer sehingga sejarah bisa semakin dicintai masyarakat luas,” tutur Taat Ujianto selaku pemateri seminar yang mengulas tentang “Mewartakan Sejarah Melalui Feature di Media Online”.
Kepada peserta seminar dan peserta lomba, Taat mengingatkan kembali untuk memahami karakteristik artikel Sejarah yang bagaimanapun juga berbeda dengan artikel Geografi, Antropologi Sosiologi. Artikel sejarah juga bukan cerpen, bukan artikel opini, dan juga berbeda dengan artikel wisata (wisata sejarah).
“Pemahaman mendasar ini penting karena ternyata dari peserta lomba tidak sedikit yang mengirimkan artikel yang sangat baik namun bentuknya adalah artikel singkap budaya (Antropologi, red) hingga cerpen. Artikelnya sangat baik namun dalam lomba ini, mereka terpaksa harus tersisih sebab salah satu kriteria penilaiannya adalah artikel Sejarah,” ungkap Taat.
Tema yang diambil dalam lomba juga mengajak peserta untuk mengungkap dan mengangkat topik yang selama ini jarang diungkap dan belum banyak diketahui publik. Atau setidaknya, jika mengangkat topik yang sudah umum, menggunakan sudut pandang (angle) yang baru.
Taat juga menegaskan tentang pentingnya mahasiswa Sejarah untuk ikut mewartakan Sejarah dengan cara-cara populer. “Selain wajib melakukan kajian ilmiah dan menulis karya ilmiah, mahasiswa sejarah dan sejarawan juga masih memiliki tanggung jawab mewartakan sejarah kepada masyarakat melalui cara-cara yang mudah dipahami oleh masyarakat luas. Cara-cara populer melalui penulisan feature bahkan melalui konten media sosial menjadi sangat penting,” terangnya.
Taat menyebutkan bahwa 60 persen atau sekitar 167 juta penduduk Indonesia menggunakan media sosial sebagai sumber informasi. Maka, jika “ruang” informasi tidak dimanfaatkan oleh mahasiswa sejarah dan sejarawan, maka akan diisi oleh pihak lain. Fatalnya, terkadang kontennya justru menyesatkan.
“Jika kita tidak ikut terjun dalam ruang tersebut, maka jangan heran bila masyarakat memahami setiap kisah masa lalu dianggap sebagai sejarah. Padahal kebenaran dalam sejarah ada ketentuannya,” tandasnya. (Vin)