Pekalongan, koranpelita.com – Perhelatan World Sufi Assembly (WSA) atau Multaqo Sufi Al-Alami (Konferensi Sufi Internasional) di Pekalongan Jawa Tengah pada Selasa-Kamis (29-31/08/2023), berakhir. Alhamdulillah, Konferensi ulama sufi yang diikuti oleh 57 ulama luar negeri mewakili 31 negara ini memutuskan empat rekomendasi.
Laporan HS. Makin Rahmat dari arena Muktamar Sufi Internasional, bahwa empat rekomendasi tersebut, yaitu 1) Pendidikan Tasawuf dan Pengaruhnya dalam Menyucikan Jiwa. 2) Peran dan partisipasi kaum Sufi dalam Membangun Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan. 3) Media dan Pembentukan Opini Publik, dan 4) Peran Utama Sufi dalam Membangun Manusia dan Peradaban.
“Empat rekomendasi tersebut akan ditindaklanjuti dalam kajian, telaah, program, dan implementasi bagi dunia sufi dalam peradaban manusia berkelanjutan,” ungkap Syeikh Muhammad Riyadh Bazo dari Lebanon sebagai jubir konferensi Sufi Internasional.
Muktamar yang dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo di Gedung Sahid International Convention Center (SICC) Pekalongan, diharapkan menjadi benteng yang kokoh dalam menghadapi dunia global.
Konferensi ini adalah yang pertama kali digelar World Sufi Assembly (WSA) setelah terbentuk sufi Internasional ini pada tahun 2019. Pembentukan Majelis Sufi Dunia ini merupakan hasil rekomendasi dari beberapa konferensi internasional yang digelar Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Yahya sejak tahun 2016. Pada rapat pembentukan WSA tahun 2019, Para ulama sufi dunia bersepakat memilih Maulana Habib Lutfi sebagai Ketua Umum atau Rais Amm WSA.
“Alhamdulillah, dalam Konferensi pertama ini bertujuan mengkaji formulasi pendidikan berbasis tasawuf dan dampaknya terhadap pengembangan karakter peserta didik, mengkaji kontribusi tasawuf terhadap reformasi sosial dan ekonomi serta pembangunan berkelanjutan, mendiskusikan strategi pengintegrasian nilai-nilai tasawuf dalam media massa dan pembuatan opini publik, serta meningkatkan peran penting tasawuf dalam membangun manusia dan peradaban,” ulasnya, termasuk pengaruh LGBT.
Selain itu, seruan perdamaian dunia, dengan mengedepankan dialog dan musyawarah demi kemaslahatan umat dan kedaulatan negara, dalam problematika besar di Yerusalem Palestina dan belahan dunia.
Deretan ulama dunia yang hadir, Syeikh Dr. Muhammad Al-Syuhumi Al-Idrisy (Libya), Syeikh Muhammad Riyadh Bazo (Lebanon), Syeikh Dr. Yusri Jabr (Mesir), Syeikh Dr. Usama Sayyid Al-Azhari (Mesir), Syeikh Dr. Ibrahim Niyas (Senegal), Syeikh Christoper Sulaiman (Prancis), Syeikh Ahmad Al-Tijani (Ghana), dan lainnya.
Hadir pula perwakilan beberapa pesantren dan ribuan peserta dari pengikut tarekat di Indonesia dibawah naungan Jam’iyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (Jatman). Tema Kajian Konferensi yang digelar di Hotel Santika Pekalongan ini mengambil tema besar Agenda Kerja Sufi Kontemporer di Era Yang Dinamis. Tidak kurang 47 paper disajikan selama tiga hari oleh para narasumber. (sup/*)