Semarang,koranpelita.com
Program kampung iklim RW VI Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari Kota Semarang, masuk nominasi utama lomba proklim tingkat nasional. Penilaian yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, melihat secara langsung obyek yang menjadi materi penilaian di beberapa titik di wilayah RW VI, Senin (7/8/2023).
Lomba yang diikuti bersama 12 proklim itu terbagi dalam promlim utama secara online dan proklim lestari satu serta proklim utama faktual satu.
” Lomba ini dajam rangka upaya masyarakat dalam menyikapi perubahan iklim. Aksi adaptasi dan mitigasi yang dilakukan di lingkungan masing-masing,” ungkap Ketua Bank Sampah Lestari Maryati di tengah tengah persiapan saat dilakukan peninjauan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, Minggu (6/7/2023).
Maryati menjelaskan, bank sampah lestari Rw 06 mulai beroperasi dan berdiri tanggal 3 Januari 2009 bernama paguyuban kader lingkungan lestari RW 06 dengan sistim sodakoh sampah berjalan hingga sampai tahun 2017.
Pendapatan dari sodakoh sampah dikembangkan oleh paguyuban ditambah masing- masing kader menyetor simpanan pokok 50.000 menjadi koperasi simpan pinjam.
” Dari uang sodakoh sampah ditambah swadaya masyarakat RW 06 bisa dibangun kantor bank sampah yang kegunaannya multi fungsi. Alhamdulillah bank sampah diresmikan oleh lurah jomblang tahun 2020,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, lanjutnya, tahun 2018 sampai sekarang berkembang menjadi Bank Sampah lestari RW 06, dengan nasababah memilah sampah dari rumah, disetor ke bank sampah ditimbang, dicatat dibuku tabungan.
“Dari nasabah ini dipilah ulang kader yang bisa didaur ulang sisanya dijual kepengepul,” paparnya.
Mengenai sistim pembayaran kepada nasabah, Maryati menjelaskan, bisa berupa tabungan dan bisa secara tunai. Sehingga tahun 2010 sampai sekarang mempunyai program diantaranya, pilah sampah, daur ulang, komposing, dan penghijauan.
” Alhamdulillah tahun 2018 ditambah program kesehatan, tahun 2021 program ketahanan pangan, tahun 2022 program proklim,” katanya.
Meski demikian, menurutnya, didalam kegiatan proklim RW 06 bagaimanapun upaya masyarakat di RW 06 dalam menghadapi perubahan iklim. Yakni dengan melakukan aksi adaptasi dan mitigasi. Kegiatan Adaptasi, meliputi pngendalian menghadapi kekeringan,
yaitu dengan membuat, pertama, tampungan tadah hujan yang bisa dimanfaatkan untuk menyirami tanaman. Kedua, memasang biopori untuk pemesanan air dan bisa juga untuk membuat kompos.
” Hingga kini kami sudah memasang sebanyak 35 lubang biopori yg tersebar di wilayah RW 06,” katanya.
Ketiga, penghematan penggunaan air dengan cara bekas air wudhu disalurkan kedalam kolam ikan teletak di RT 13 masjid muamanah.
” Selain itu, juga ada air bekas cucian beras maupun bekas cucian sayur bisa digunakan untuk siram siram tanaman.”
Peningkatan Ketahanan Pangan
Sementara untuk peningkatan ketahanan pangan, yakni dengan pemanfaatan lahan kosong untuk ditanami satu mayur, cabe, tomat, bayan Brazil, tanaman obat dan lain lain, yang bisa mengurang belanja keluarga. Hanya lahan kosong yang kami olah di RT 06, sekitar kantor bank sampah dan di RT 02.
” Kami juga mengajak seluruh warga RW 06 untuk memanfaatkan lahan di pekarangan rumah untuk ditanami sayuran, buah, maupun tanaman obat,” tuturnya.
Pengendalian penyakit terkait perubahan iklim, pihaknya menggerakkan semua warga RW 06 untuk melakukan PHBS. Dengan cuci tangan sebelum makan. Makan 3 x sehari. Memberi gizi seimbang pada keluarga, tidak merokok, tidak miras. Sanitasi berbasis masyarakat.
“Jadi, dirumah harus ada tempat sampah tertutup. Rumah ada ventilasi serta Lantai tidak kedap air,” urainya
Adapun kegiatan Mitidasi meliputi, pertama, dengan melakukan hemat energi mempunyai solar sel yang bermanfaat untuk menanam tanaman hidroponik. Memakai bolp listri LED. Kedua, pengelolaan limbah sampah.
Dengan membuat lubang/jugangan untuk menimbun sampah daun dari tanaman peneduh maupun tanaman produktif yang ada disekitarnya.
Sedangkan pembuatan kompos cair dengan menggunakan tong tong yang sudah didesain lindinya, dipakai untuk memupuk tanaman sekaligus menghindari pemakaian pupuk kimia.
” Kami juga berinovasi dengan melakukan budidaber budidaya ikan dalam ember. Losida ( lubang sisa dapur) dengan memasukkan sisa sisa makanan dari dapur kedalam lubang pralon lindinya langsung meresap kedalam tanah. Menanam satu dengan memakai media bekas.”ujar Yati
Mengenai kelembagaan bank sampah lestari, pihaknya mempunya kader sebanyak 6 pengurus inti, bagian timbang sampah dan anggota kader.
Terkait program kerja, Yati biasa disapa mengungkapkan, pilah sampah, daur ulang, komposing, penghijauan, kesehatan ketahanan pangan.
Kami juga bekerja sama dengan Perguruan tinggi sekota Semarang, bahkan kami juga mendapatkan program Aisec berkelanjutan. Aisec adalah organisasi mahasiswa baik dari dalam negeri maupun luar negri.
” Kami juga bekerja sama dgn lembaga- lembaga terkait, kelurahan, pkk, Pokja 3 , fkk, puskesmas, DLH, Dinas pertanian dan juga perusahaan marimas unilever.”
Meski begitu, pihaknya juga mendapat dukungan dari USED CCBO(clen cities Blu ocean) kota bersih, laut biru dalam pengembangan bank sampah, berbasis sosial bisnis di kota semarang. Bahkan, pengurus telah melakukan pelatihan selama 6 hari BBEST ( Basic Business Empowerment Skill Training) untuk mengembangkan kapasitas dasar kewirausahaan.
” Bank sampah lestari sudah lolos mentoring selama 5 bulan untuk rencana usaha, sehingga bisa meningkatkan volume sampah yang lebih besar,”pungkasnya.(***)