Mataram, Koranpelita.com
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) menyelenggarakan Rapat Kerja Pusat XXIV dan Seminar Ilmiah Nasional Tahun 2023. Kegiatan yang mengangkat tema “Peningkatan Profesionalitas Pustakawan Mencari Solusi Cerdas Pemulihan Ekonomi Berbasis Inklusi Sosial” diselenggarakan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 26-28 Juli 2023.
Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando menyatakan pustakawan adalah pembaca dan pelayan ilmu pengetahuan yang harus terus meng-update pengetahuan masyarakat.
“Salah satu tugas utama pustakawan adalah mengumpulkan ilmu pengetahuan dari seluruh dunia lalu dikemas untuk keperluan orang-orang profesional. Jadi pustakawan ini adalah profesi tertinggi karena seluruh profesi membutuhkan panduan pustakawan,” ujarnya dalam pembukaan acara di Mataram, NTB, pada Kamis (27/7/2023).
Kepala Perpusnas menambahkan, pustakawan harus memiliki kemampuan untuk menjelaskan ilmu pengetahuan pada masa lampau, masa kini, hingga masa mendatang. Kemampuan tersebut berguna untuk menjadi landasan bagi pustakawan dalam mengembangkan koleksi perpustakaannya, untuk koleksi cetak, koleksi digital, koleksi elektronik, maupun materi konten kreator.
Dia menegaskan saat ini, paradigma pengelolaan perpustakaan mengalami perubahan yakni perpustakaan harus menjadi wadah untuk transfer ilmu pengetahuan. Fungsi perpustakaan untuk mengatur koleksi sebesar 10 persen, fungsi perpustakaan untuk memanaj ilmu pengetahuan sebesar 20 persen.
“Dan 70 persen untuk transfer ilmu pengetahuan. Buat apa perpustakaan menghitung jutaan jumlah koleksinya tapi belum tentu ada pengunjungnya?” jelasnya.
Perpustakaan pada masa kini mesti menjangkau masyarakat, bukan masyarakat yang menjangkau perpustakaan. Untuk itu, perpustakaan harus dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses koleksi perpustakaannya, terutama buku. “Tujuannya? Untuk mewujudkan sumber daya manusia unggul, yang mampu berinovasi dan kreatif,” tuturnya.
Dia menegaskan, pustakawan harus mau berbicara mengenai inovasi dan kreativitas. Pasalnya, kekayaan sumber daya alam (SDA) Indonesia belum dieksplorasi dengan optimal. Untuk itu dibutuhkan SDM yang unggul untuk mengelola kekayaan SDA Indonesia menjadi barang jadi yang kompetitif di pasar global.
Menanggapi hal ini, Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah menyatakan NTB memiliki banyak potensi alam mulai dari pertanian, perikanan, kelautan, perkebunan, perdagangan, dan terutama wisata. Kini, kekayaan alam tersebut dikelola dengan industrialisasi.
“Jadi bagaimana supaya hasil alam kita tidak mentah-mentah diekspor, tapi bagaimana kita mengolahnya. step by step dan tentu ini membutuhkan waktu yang panjang,” ungkapnya.
Wagub menambahkan pihaknya berusaha agar desa di NTB mempunyai perpustakaan yang menarik. Salah satunya melalui penerapan program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS). Saat ini, sudah ada delapan kabupaten/kota dan 115 desa di NTB yang menerapkan TPBIS.
“Jadi keinginan kami semua desa/kelurahan di NTB ini mempunyai perpustakaan yang menerapkan TPBIS dan menarik, sehingga tujuannya agar anak-anak desa mainnya ke perpustakaan,” urainya.
Menurutnya, di negara maju, perpustakaan bukan hanya tempat membaca tapi menjadi destinasi wisata. Hal ini juga dapat dilihat di Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas yang berada di Jakarta. “Banyak yang bisa kita dapat, anak-anak pun sekarang rekreasi ke perpustakaan. Jika ini bisa terjadi di seluruh Indonesia, sampai dengan desa, tentunya luar biasa,” terangnya.
Dalam pembukaan acara, Kepala Perpusnas menyerahkan Titik Baca yang memuat buku digital kepada Wagub NTB.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat IPI T. Syamsul Bahri menjelaskan tema yang dipilih sesuai dengan keberadaan IPI sebagai mitra kerja pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mendukung program pemerintah yang sedang giat diselenggarakan di Indonesia melalui Program Perpusnas, Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial.
Dia berharap melalui rakerpus, penguatan urusan perpustakaan yang dilaksanakan di seluruh Indonesia tetap berjalan dengan baik. Perpustakaan, ujarnya, terus berkembang seiring dengan lahirnya beragam bentuk aplikasi tentang cara menemukan informasi dengan cepat dan tepat. Untuk itu, IPI harus menyiapkan SDM pustakawan yang unggul.
“Kita sudah masuk di era perubahan yaitu eranya inovasi, kreatif dan dinamis, yaitu era yang berpotensi menggantikan pemain lama dengan yang baru. Era yang sangat terkait dengan teknologi yang mengubah model pelayanan perpustakaan yang ada dan akan memenuhi harapan pemustaka,“ tuturnya.
Tahun ini, IPI memasuki usia 50 tahun. Pada gelaran rakerpus, diluncurkan buku bunga rampai dengan judul 50 Tahun Perjalanan Ikatan Pustakawan Indonesia. “Buku ini berisi tentang sejarah dan perkembangan asosiasi perpustakaan, peran dan kiprah Ikatan Pustakawan Indonesia, terutama pada periode 2018-2022, dan juga peran pustakawan dalam organisasi profesi baik di tingkat pusat maupun daerah,” ujarnya.
Rakerpus menghadirkan para narasumber Bunda Literasi Provinsi Nusa Tenggara Barat Niken Saptarini, Sekretaris IFLA Asia Oceania Nor Edzan Che Nasir, dari Kementerian PAN RB, Kementerian Dalam Negeri, Perpustakaan Nasional, serta forum perpustakaan. (Vin)