Demak,koranpelita.com
Sekelompok mahasiswa Universitas Semarang (USM) melakukan riset membuat perahu wisata listrik menggunakan tenaga surya.
Saat ini para mahasiswa itu sedang membuat purwarupa perahu ramah lingkungan yang dibuat sekaligus untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah itu. Mereka membuatnya di sekitar kawasan wisata religi makam Syekh Abdullah Mudzakir, di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak.
Koordinator kelompok mahasiswa, Lantar Bara Abimanyu menyebut di lokasi itu, banyak perahu yang digunakan mengantar wisatawan untuk berziarah ke makam Syekh Abdullah Mudzakir. Semua perahu mengandalkan mesin konvensional.
“Kalau pakai bensin sekali jalan pulang pergi itu dari jembatan hingga ke makam sekitar 2 kilometer habis satu liter bensin,” kata Lantar, Senin (10/7/2023).
Sedangkan mesin listrik yang dirancangnya memiliki baterai dengan kapasitas 300 Ah. Satu trip perjalanan pergi-pulang ke makam hanya membutuhkan listrik 20 persen dari kapasitas baterai.
”Sehingga, saat baterai terisi penuh, perahu listrik tenaga surya itu mampu digunakan untuk mengantar para peziarah pulang pergi sebanyak 4 kali,” ungkapnya.
Sedangkan sinar surya dipilih untuk dijadikan sumber energi karena ketersediaannya di pantai melimpah. Pihaknya memasang panel surya berukuran panjang 150 cm dan lebar 80 cm di bagian atap.
Pembuatan purwarupa itu dimulai sejak Mei lalu dan diharapkan selesai Juli. Meski kini perahu wisata itu sudah bisa berjalan, masih ada yang perlu disempurnakan.
“Kami sudah bisa jalan, namun terkendala cuma belum bisa jalannya secepat perahu mesin bensin. Kami masih berusaha lagi biar setara jalannya dengan motor bensin,” ujarnya.
Adapun untuk membuat dan merancang panel surya serta motor listrik yang digunakan sebagai penggerak perahu menghabiskan biaya Rp 25 juta hingga Rp 30 juta.
Laut Juga Butuh Kendaraan Bebas Emisi
Dosen Fakultas Teknik Elektro USM, Satria Pinandita mengaku sangat mendukung proyek tugas akhir para mahasiswa itu. Dia juga menjadi pembimbing dalam proyek tersebut.
“Jika pemerintah ingin mengurangi zero emisi belum dikatakan fair jika di darat sudah digalakkan berjalan namun di area pesisir ini belum ada inovasi tentang perahu listrik, sehingga dari USM melihat adanya kesempatan terbuka untuk berinovasi mengubah perahu ber-BBM menjadi perahu listrik,” kata Satria.
Dia menjelaskan, proyek perahu listrik tersebut bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa matahari bisa menjadi energi alternatif. Terlebih masyarakat bisa tidak lagi bergantung pada bahan bakar minyak.
“Untuk kebermanfaatannya sebagai edukasi bahwa energi matahari bisa menjadi alternatif bahan bakar. Masyarakat tidak ketergantungan beli bahan bakar. Yang mana itu tiap tahun harganya juga berubah-ubah,” terangnya.
Adapun salah satu pengemudi perahu di Bedono, M Malik (42) mengatakan, pihaknya sangat mendukung adanya penelitian tersebut. Namun dia masih menunggu hasilnya.
“Uji di lapangan belum tahu juga. Untuk uji kapasitas mungkin karena di laut kendala angin, ombak, arus itu kita belum tahu. Yang jelas untuk lebih irit dan ramah lingkungan kita sangat berharap. Iya, yang jelas kita biasa pakai mesin dengan bahan minyak. Tinggal gas, tinggal tancap, kalau pakai tenaga surya belum tahu,” kata Malik.(sup)