Semarang,koranpelita.com
Tiga mahasiswa Program Studi S1 Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang (USM) mengembangkan Aplikasi Mental Health untuk mendeteksi gejala depresi dan kecemasan. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Praditya Rendi, Ajik Dewantoro dan Fausta Rizky.
”Aplikasi mental health ini dirancang khusus untuk mendeteksi kesehatan mental secara dini,” kata Praditya didampingi Ajik Dewantoro, dan Fausta Rizky saat ditemui usai ujian akhir semester pada 3 Juli 2023.
Ketiga mahasiswa tersebut berkolaborasi secara intensif dan menerapkan pengetahuan mereka dalam pengembangan aplikasi mental health berbasis teknologi mobile.
”Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan aksesibilitas terhadap perawatan kesehatan mental, kami berkolaborasi membuat aplikasi mental health. Aplikasi ini bertujuan untuk memberikan solusi inovatif yang nantinya dapat digunakan secara luas oleh masyarakat,” ungkap Praditya.
”Aplikasi ini menawarkan fitur-fitur unggulan yang dirancang dengan keahlian dan perhatian detail dari tim mahasisaa. Beberapa fitur yang disorot antara lain Deteksi Dini Gejala Depresi dan Kecemasan. Selain itu aplikasi ini dilengkapi dengan kuesioner valid dan teruji secara ilmiah untuk mendeteksi gejala depresi dan kecemasan,” tambahnya.
Menurutnya, pengguna aplikasi mental health dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner untuk mendapatkan pemahaman awal tentang kondisi kesehatan mental mereka. Pengguna dapat menggunakan fitur pelacakan untuk memantau perubahan dalam gejala kesehatan mental mereka dari waktu ke waktu.
”Pengguna dapat memberikan masukan suasana hati 3x dalam sehari ke aplikasi yang selanjtunya data tersebut diolah untuk mengetahui tingkat gejala depresi atau kecemasan,” tuturnya.
Praditya menambahkan, saat ini pengembangan terus dilakukan yaitu ke depan aplikasi memberikan rekomendasi yang disesuaikan dengan tingkat gejala dan memberikan akses ke sumber daya bermanfaat seperti artikel, video, dan tips yang terkait dengan kesehatan mental.
Fitur tambahan yang saat ini dikembangkan adalah pengguna bisa berkomunikasi langsung dengan Psikolog ataupun Psikiater. Dengan hal ini pengguna mendapatkan solusi dari masalah yang diperoleh dari pakarnya.
Peroleh Pemahaman Kondisi Sendiri
Selain itu, pengguna juga dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi mereka sendiri melalui edukasi yang disediakan dalam aplikasi mental health ini.
Mahasiswa semester 2 ini berharap, ke depan selain mengembangkan fitur yang sudah ada, pengembangan lain yang diharapkan adalah memanfaatan Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) dan chatbot.
”Chatbot akan digunakan sebagai asisten virtual yang dapat memberikan dukungan emosional dan memberikan panduan dalam mengelola kesehatan mental secara mandiri atau Self Care,” jelasnya.
Sedangkan kecerdasan buatan akan digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan mental dan memberikan rekomendasi terbaik dalam mengatasinya.
Selain itu, dalam mengembangkan aplikasi mental health ini kita juga berdasarkan dari masukan pengguna.
”Dalam pengujian aplikasi ini sudah terdapat 38 responden yang telah mengisi kuisioner feedback. Hasil dari kuisioner tersebut menunjukkan bahwa aplikasi Mental Health secara garis besar mudah digunakan dengan fitur yang sudah berjalan sesuai fungsinya,” tuturnya.
Namun, menurutnya, ada catatan beberapa terkait antarmuka yang dapat mendorong orang untuk semangat dalam mendata suasana hari setiap hari dan memaksimalkan pop-up message. Pengembangan dan perbaikan aplikasi mental health ini akan terus-menerus dilakukan oleh tim untuk memberi kenyamanan bagi pengguna.
Dosen pendamping, Agusta Pinem MKom mengatakan, dengan adanya aplikasi mental health yang sudah ada dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa lain untuk mengembangkan aplikasi yang dapat membantu menyelesaikan permsalahan masyarakat luar, terutama mahasiswa jurusan Teknologi Informasi.(sup)