Jayapura,Koranpelita.com
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jayapura Hana Salomita Hikoyabi meresmikan gedung fasilitas layanan perpustakaan umum Kabupaten Jayapura.
Gedung layanan perpustakaan yang berada di ujung timur Indonesia ini dibangun dengan menggunakan dana yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan subbidang perpustakaan Tahun Anggaran 2022 senilai Rp 10 miliar.
Gedung yang berada di kompleks perkantoran bupati Jayapura, Gunung Merah, Sentani, terdiri dari tiga lantai. Diantaranya, untuk ruang membaca, ruang rapat, ruang kerja dan ditambah ruang santai yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk membuka lapak.
Kepala Perpusnas menyampaikan, pembangunan gedung perpustakaan yang dibiayai oleh DAK merupakan program pemerintah pusat sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. “Perpustakan merupakan fasilitas umum yang dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat,” ujar Syarif Bando.
Perpustakaan sebagai ruang terbuka menyediakan berbagai buku ilmu terapan sebagai upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
“Perpustakaan adalah universitas sejati yang akan menjadi tempat untuk kita menimba ilmu secara gratis. Tidak perlu beasiswa, tidak perlu biaya apapun. Perpustakaan menjadi ruang terbuka belajar bagi siapa saja,” ungkapnya usai meresmikan Gedung Layanan Perpustakaan Kabupaten Jayapura yang dirangkaikan Talk Show Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat pada Selasa, (11/4/2023).
Perpusnas, lanjutnya, telah meluncurkan Bintang Pusnas yang merupakan perpustakaan digital persembahan Perpusnas yang berisikan kurang lebih 14 juta koleksi digital yang dapat dinikmati melalui ponsel.
“Paradigma perpustakaan saat ini menjangkau masyarakat. Persembahan ini sebagai upaya mempercepat transformasi digital dalam mewujudkan SDM unggul,” lanjutnya.
Kepala Perpusnas mengatakan, perlu adanya persamaan persepsi tentang literasi. Literasi adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap satu subjek ilmu pengetahuan tertentu yang dapat diimplementasikan dengan inovasi, kreativitas untuk memproduksi barang dan jasa.
“Saya kira potensi sumber daya alam kita disini sangat potensial, generasi milenial kita harapkan agar pada saatnya menguasai pengetahuan agar dapat memproduksi barang dan jasa,” katanya.
Kepala Perpusnas merumuskan, terdapat lima tingkatan literasi. Pertama, baca, tulis, hitung dan pembentukan karakter. Kedua, akses bahan bacaan terjangkau yang akurat, terkini, terlengkap dan terpercaya.
Ketiga, memahami apa yang tersirat dan yang tersurat. Keempat, inovasi, kreativitas sebagai antisipasi terhadap perkembangan teknologi informasi.
Kelima, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diimplementasikan untuk menciptakan barang/jasa yang dapat digunakan dalam kompetensi global.
“Kami mendorong civitas akademi dan pemerintah daerah bahwa kita harus mampu menciptakan SDM yang bisa memproduksi barang dan jasa,” lanjutnya.
Selain itu, Perpusnas mendorong daerah untuk menciptakan ekosistem penulisan di daerah yang berfokus pada pelestarian budaya dan peningkatan produk lokal. Dengan menghasilkan bahan bacaan yang memiliki kekhasan daerah setempat.
“Karena tidak mungkin masyarakat di Kabupaten Jayapura mendapatkan buku-buku itu yang ditulis oleh orang-orang dari luar Jayapura,” lanjutnya.
Sekda Kabupaten Jayapura Hana Salomita Hikoyabi mengatakan, pemkab Jayapura memiliki kerinduan yang hari ini terwujud dengan diresmikannya gedung layanan perpustakaan.
“Dengan diresmikannya gedung perpustakaan ini berarti satu peradaban baru untuk Kabupaten Jayapura. Ini tidak menyurutkan semangat kami untuk meningkatkan kompetensi,” katanya.
Dikatakan, di wilayah Kabupaten Jayapura terdapat 75 perpustakaan desa yang sudah dikembangkan. Menurutnya perlu pendampingan yang dilakukan oleh pemkab untuk mengembangkan perpustakaan tersebut.
Jika saat ini dari 75 perpustakaan, lanjutnya, terdapat satu orang yang berhasil mengembangkan potensinya. Diharapkan minimal ada 10 orang yang berhasil dikuatkan perpustakaannya dikampung-kampung, sehingga representasi empat wilayah pembangunan di Kabupaten Jayapura dapat berhasil dengan didukung dan dikembangkan oleh pemerintah.
“Kita harapkan ini dapat mewabah sampai di kampung-kampung, sehingga kualitas hidup manusia sesuai Rencana Pembangunan Daerah (RPD) 2023 kita harapkan Jayapura berkualitas,” tuturnya. Dijelaskan, literasi sangat dibutuhkan, kemampuan literasi bukan sebatas bisa baca tulis.
Literasi merupakan kecakapan setidaknya terdapat empat tingkatan literasi yang dijadikan parameter kemajuan yaitu kemampuan mengumpulkan sumber sumber bahan bacaan atau informasi yang bermutu, kemampuan memaknai yang tersirat maupun tersurat, kemampuan menghasilkan ide ide, gagasan, inovasi, ataupun kreativitas baru serta menciptakan barang/jasa untuk khalayak.
“Untuk itu diharapkan para pemangku kepentingan untuk dapat menjadikan kegiatan ini sebagai upaya dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat menuju kabupaten jayapura yang berkualitas dan sejahtera dan menjadikan budaya literasi bersifat informatif, komunikatif dan edukatif,” jelasnya.
Dalam sesi Talkshow, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Adin Bondar mengatakan, kehadiran perpustakaan ini adalah jawaban dari semua ketertinggalan kemajuan. Karena ketika seserang membaca maka akan terjadi transfer knowledge.
Ketika pengetahuan meningkat maka individu itu akan inovatif, berpikir terbuka, kreatif dan menjadi produktif. Oleh karena itu, pihaknya mengajak masyarakat memanfaatkan perpustakaan.
“Karena kemiskinan itu tidak ada, yang ada ketidakhadiran orang-orang berpengetahuan. Maka indah sekali jika perpustakaan ini menjadi pusat ruang publik bagi masyarakat, untuk melakukan berbagai praktek kehidupan,” katanya.
Bermodalkan tiga buku
Sementara itu, Pegiat Literasi Hanny Felle membagiakan pengalamannya dalam mengembangkan perpustakaan. Hanny menceritakan, hanya bermodalkan tiga buku, dirinya mengajarkan anak-anak sekitar untuk dapat membaca dan menulis.
“Saya berjalan dengan tiga buku hampir kurang lebih 8 tahun. Saya berjalan dengan anak-anak di atas danau Sentani,di jembatan dimana tempat kami merasa nyaman. Semangat saya untuk terus berjuang bagaimana anak-anak itu bisa membaca dan menulis,” ungkapnya.
Hanny mengatakan, berawal dari kelompok belajar anak kemudian di tahun 2022, dirinya dapat menghadirkan rumah belajar atau rumah baca. Di Kabupaten Jayapura, sudah terdapat kurang lebih 26 rumah baca.
“Saya harapkan perpustakaan dapat hadir di kampung-kampung, karena dimana saja literasi itu ada. Literasi tidak hanya bicara tentang baca tulis, tetapi bagaimana menggali skill dan potensi. Dengan adanya perpustakaan di kampung dapat mendekatkan akses ke masyarakat yang jauh dari perkotaan,” katanya.
Dalam kesempatan itu, juga ditampilkan berbagai hasil dari program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS). Diantaranya, kerajinan dari kayu, tas tradisional Papua noken, batik tulis dan produksi makanan keripik pisang.
TPBIS adalah salah satu program prioritas nasional yang bertujuan memperkuat peran dan fungsi perpustakaan melalui peningkatan kualitas layanan perpustakaan.
Yeni Lasut, salah satu pegiat literasi dari Rumah Baca Yoboi mengatakan, berbagai produk telah dihasilkan dari rumah baca tersebut. Seperti kerajinan dari kayu, batik tulis dan noken. Dirinya berharap produk yang dihasilkan ini dapat meningkatkan perekonomian keluarga. “Kami punya harapan untuk perpustakaan daerah supaya lebih maju lagi menghasilkan karya,” harapnya. (Vin)