Sulteng,Koranpelita.com
Seringkali perpustakaan diasumsikan sebagai unit kerja yang diisi oleh orang yang minim kontribusi. Tak ayal stigma “orang buangan” melekat kepada dinas perpustakaan. Padahal perpustakaan merupakan salah satu kunci sukses pembangunan.
“Perpustakaan jangan dianggap berbeda,” tegas Bupati Banggai Amirudin talk show Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Kabupaten Banggai pada rangkaian kegiatan Rakernis Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tengah, Selasa, (14/3/2023).
Namun, Bupati menambahkan, konsep perpustakaan juga harus beradaptasi mengikuti peradaban zaman. Generasi milenial yang lebih adaptif dengan teknologi informasi harus ditangkap perpustakaan ketika melakukan pengembangan konsep layanannya.
Konsep layanan perpustakaan jangan sekedar dibuat untuk kenyamanan membaca saja tapi juga bisa menyisipkan ruang berkesenian atau kreatifitas publik, tambah Bupati.
Senada dengan Bupati Banggai, Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar mengatakan pemahaman yang salah kaprah seakan lazim di masyarakat. Ketika perpustakaan di stigma negatif, label orang pintar pintar pun juga sudah salah ditafsirkan.
“Orang pintar di luar negeri adalah orang yang berilmu dan berpengetahuan. Sedangkan di Indonesia, pemahaman orang pintar adalah paranormal, ” terang Deputi Adin Bondar.
Ketika orang berada perpustakaan, lanjut Deputi, maka garansi kecerdasan tercipta karena adalah hal esensial dalam membangun kecerdasan bangsa. Karena kemiskinan yang terjadi di masyarakat, akibat mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup karena tidak pernah membaca.
“Ketika manusia membaca maka terjadi proses alih pengetahuan (transfer knowledge). Orang yang sering membaca selalu akan berpikir kritis, tambah Adin.
Oleh karena itu, Perpusnas meminta perhatian pemerintah daerah kepada pengembangan perpustakaan dan literasi perlu dikuatkan untuk mendukung cita- cita pembangunan nasional melalui pembentukan SDM yang unggul, berkarakter dan berkualitas.
Wujud dari pengembangan perpustakaan adalah proses transformasi layanan berbasis inklusi sosial dimana perpustakaan melebarkan peran sebagai pusat informasi pengetahuan kreativitas pengembangan kualitas diri, dan pemajuan kebudayaan.
“Transformasi perpustakaan banyak menggelar pemberdayaan masyarakat agar mampu mandiri dengan potensi yang dimiliki,” ujar Adin Bondar.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Tengah I Nyoman Sriadijaya mengakui bagaimana mungkin masyarakat menjadi sejahtera jika tidak dibarengi dengan koleksi bacaan berbasis ilmu terapan. Oleh karena itu, kehadiran perpustakaan amatlah penting dalam membentuk kecerdasan bangsa.
“Kecerdasan seseorang tidak mungkin muncul secara instan melainkan kebiasaan yang mesti diasah dan dilatih,” ujarnya.
Bunda Literasi Kab. Banggai Syamsuarni bersama para mitra terkait saat ini tengah menggalakkan potensi anak-anak usia sekolah berbahasa daerah. Bahkan, beragam kegiatan yang melibatkan aktivitas berbahasa daerah terus dikampanyekan.
Pelaksanaan Rakernis Bidang Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulteng juga dibarengi dengan penyerahan sertifikat akreditasi bagi sejumlah perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum. (Vin)