Balikpapan, Koranpelita.com
Kehadiran Perpusnas Press mendapat sambutan positif dari penulis dan pegiat literasi di daerah. Diantaranya karena menjawab kegundahan penulis pemula dan penulis dari daerah yang selama ini terkendala akses dan biaya penerbitan.
“Berbagai kendala yang dirasakan penulis di Balikpapan ketika akan menerbitkan buku berimbas pada menurunnya spirit untuk menulis. Jika hal ini dibiarkan, penulis-penulis pemula yang tidak mendapatkan kemudahan akses untuk menerbitkan buku, dikhawatirkan akan berhenti untuk menulis,” ujar Ida Prahastuty S.Sos MSi, narasumber kegiatan “Perpusnas Press dan Inkubator Literasi untuk Memperkuat Ekosistem Kepenulisan di Daerah” Selasa (19/10/2022) di Balikpapan Kalimantan Timur.
“Mudah-mudah Perpusnas Press ini mengakomodir dan memberikan pencerahan agar penulis-penulis lokal berkembang dengan baik,” tambah anggota DPRD Kota Balikpapan periode 2009-2019 yang saat ini bergeliat dalam kegiatan keliterasian ini.
Ida berharap Perpusnas Press menjadi media untuk peningkatan kemampuan dan kompetensi masyarakat di bidang literasi. “Jika sudah ada media dan ruang untuk menghasilkan karya-karya yang baik, penulis-penulis lokal yang ada dihadapan kita ini, akan mendorong masyarakat berkontribusi terhadap lembaga perpustakaan dengan karya buku yang dihasilkan,” urainya lebih jauh tentang urgensi kehadiran Perpusnas Press dalam mendukung penulis di daerah.
Hal ini sejalan dengan peran Perpusnas Press yang diharapkan dapat menghadirkan buku-buku yang dibutuhkan masyarakat benar-benar tersampaikan. “Saat ini mungkin ada banyak buku, tapi bukan buku yang dibutuhkan masyarakat,” tambahnya. Ida memandang urgensi lain dari Perpusnas Press adalah menjadi jembatan bagi penulis dalam menerbitkan dan menyebarluaskan karya.
Senada dengan Ida, beberapa pegiat literasi dari Komunitas Gerakan Balikpapan Menulis dan Taman Bacaan Masyarakat mengharapkan agar Perpusnas Press dapat memfasilitasi penerbitan buku. Kendala yang mereka hadapi selama ini adalah terkait biaya untuk penerbitan yang masih cukup tinggi untuk penulis di daerah.
Sementara itu narasumber lainnya Ketua Umum Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Provinsi Kalimantan Timur, Syafruddin Pernyata mengatakan pentingnya mengangkat cerita rakyat diangkat sebagai tematik buku.
“Saat ini sudah ada beberapa cerita rakyat yang dibukukan, tetapi juga tidak sedikit yang masih perlu diangkat dan ditulis untuk kemudian dibukukan,” ujar penulis yang telah menerbitkan lebih dari sepuluh judul buku ini.
Karena cerita rakyat ini memiliki kharakteristik dan mengandung nilai-nilai moral yang harus disampaikan dan disebarluaskan melalui tulisan. Manfaat lain dari buku cerita adalah dapat digunakan sebagai perekat budaya dan mempertebal rasa cinta Indonesia.
Hal ini selaras dengan tema kegiatan Inkubator Literasi yang sedang diselenggarakan untuk wilayah Kalimantan Timur dengan tema “Kearifan Lokal Kaltim untuk Memperkuat Literasi”.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Balikpapan, Sutadi yang juga bertindak sebagai narasumber menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi antarstakeholder.
Dinas Perpustakaan akan terus menggelorakan semangat menulis di Balikpapan, dan memfasilitasi kegiatan inkubator kepenulisan. “Dinas akan mendorong dengan beberapa kegiatan yang dapat memotivasi masyarakat untuk menulis,” ujarnya.
Narasumber lainnya Pemimpin Redaksi Perpusnas Press Edi Wiyono mengatakan kehadiran Perpusnas Press sebagai bagian dari upaya Perpustakaan Nasional RI untuk mendorong lahirnya penulis-penulis di daerah. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah dengan menyelenggarakan Inkubator Literasi Pustaka Nasional.
“Kegiatan ini ditujukan untuk masyarakat, khususnya penulis pemula, pustakawan, pengelola perpustakaan dan pegiat literasi di daerah. Inkubator Literasi didesain untuk mendorong, membina dan mempercepat kemampuan dan keberhasilan masyarakat untuk menghasilkan karya dalam bidang penulisan yang kemudian dibukukan, diterbitkan dan didiseminasikan sebagai bagian dari khazanah ilmu pengetahuan,” ujarnya.
Sejatinya Perpusnas Press hadir bukan masuk dalam industri penerbitan, tetapi lebih pada sebagai dukungan terhadap pogram-program Perpustakaan Nasional yaitu penguatan perbukuan dan konten literasi dalam meningkatkan literasi, inovasi dan kreatifitas masyarakat untuk mewujudkan masyarakat berpengetahaun dan berkarakter.
“Perpusnas Press bukan sebagai penerbit komersial dan tidak menjual buku-buku yang diterbitkan. Tetapi lebih pada upaya untuk penguatan ekosistem kepenulisan dengan menyediakan sumber bacaan yang relevan yang kemudian dapat direproduksi dengan gagasan-gagasan baru untuk dituliskan, diterbitkan dan disebarluaskan ke masyarakat,” tambah Edi. Tentunya hal ini sejalan dengan tagline Perpusnas Press yaitu Tulis, Terbit, Sebarkan. (Vin)