Oleh Fitrah Gunadi, PMHP Ahli Muda, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan
PERINGATAN Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-77 pada 17 Agustus 2022 mendapat anugerah yang cukup membanggakan bagi bangsa Indonesia, yaitu Indonesia dinyatakan telah mencapai swasembada beras. Pada pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR Tahun 2022 di Gedung DPR RI pada 16 Agustus 2022, Presiden Jokowi menyatakan bahwa Indonesia sudah tidak lagi mengimpor beras konsumsi dalam tiga tahun terakhir.
Hal ini merupakan penegasan atas penghargaan yang diraih oleh Pemerintah Republik Indonesia dari International Rice Research Institution (IRRI) yang bertajuk “Acknowledgment for Achieving Agri-food System Resiliency and Rice Self-Sufficiency during 2019-2021 through the Application of Rice Innovation Technology” atau “Penghargaan Sistem Pertanian-Pangan Tangguh dan Swasembada Beras Tahun 2019-2021 melalui Penggunaan Teknologi Inovasi Padi”.
Penghargaan ini diserahkan oleh Direktur Jenderal IRRI Jean Balie kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara pada Minggu, 14 Agustus 2022.
Sebagai informasi, jumlah produksi beras berdasarkan data KSA yang dirilis Badan Pusat Statistik pada tahun 2019 mencapai 31,31 juta ton.
Pada tahun 2020 dan 2021, produksi beras nasional konsisten pada kisaran 31,50 juta ton dan 31,36 juta ton. Berdasarkan data BPS, jumlah stok akhir pada April 2022 berada pada angka 10,2 juta ton.
Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowo mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, utamanya kepada para petani Indonesia, para bupati, para gubernur, Kementerian Pertanian yang semuanya bekerja sama dengan riset-riset dari perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya. Hal ini menunjukkan apa yang dicapai merupakan kerja yang terintegrasi, dilakukan secara bersama-sama, dan gotong-royong, bukan hanya usaha kementerian saja.
Penghargaan yang diterima Presiden diharapkan bukanlah sekedar euforia belaka. Penghargaan tersebut seharusnya harus menjadi katalisator yang mendorong swasembada berkelanjutan di masa yang akan datang. Pengalaman masa yang lalu harus menjadi pelajaran dimana pada tahun 1984, Indonesia juga telah mencapai swasembada beras, namun pada tahun-tahun berikutnya Indonesia kembali harus menjadi pengimpor beras. Pencapaian yang sudah diraih harusnya menjadi landasan untuk mencapai target Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045.
Presiden Jokowi pada pidato kenegaraannya mengingatkan untuk selalu tetap waspada, hati-hati, dan selalu siaga dan cermat dalam bertindak karena kondisi geopolitik global akan mempengaruhi kondisi kawasan termasuk dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional.
Upaya mendorong keberlanjutan swasembada beras tentu tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menjaga keberlanjutan swasembada beras yang telah dicapai. Situasi pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung walaupun sudah mulai dikendalikan dan situasi geopolitik global menyebabkan semua negara mengambil kebijakan menahan arus barang dari negaranya masing-masing termasuk bahan pangan.
Selain itu perubahan iklim global yang sedang terjadi telah mendorong munculnya iklim ekstrim. Kondisi ini meningkatkan intensitas bencana alam dan intensitas hama dan penyakit yang dapat menyebabkan gangguan produksi pangan baik pada level domestik maupun global. Di sisi lain pertumbuhan penduduk nasional telah mendorong meningkatnya jumlah konsumsi beras nasional.
Perubahan fungsi lahan sawah untuk kegiatan non pertanian tanaman pangan membawa implikasi pada aktivitas produksi padi nasional.
Berbagai tantangan tersebut harus dijawab dengan upaya dan kerja keras pemerintah serta stakeholder pertanian lainnya. Dalam mendukung upaya swasembada beras berkelanjutan, pemerintah harus terus berupaya secara bersama-sama dengan stakeholder terkait lainnya untuk mendorong produksi.
Berbagai program dan kegiatan terus dilaksanakan dalam mendorong peningkatan produksi. Salah satu program yang dilaksanakan adalah penyediaan infrastruktur dalam menunjang sektor pertanian.
Pada sambutan usai menerima penghargaan, Presiden mengungkapkan bahwa keberhasilan swasembada juga didukung oleh pembangunan pembangunan infrastruktur pertanian yang dilakukan sejak 2015, seperti bendungan, embung, dan jaringan irigasi.
Sejak tahun 2015 telah dibangun dan diresmikan 29 bendungan besar dan akan bertambah menjadi 38 bendungan pada tahun 2022. Lebih lanjut Presiden menambahkan bahwa sampai dengan tahun 2024 akan diselesaikan 61 bendungan, 4.500 embung dan 1,1 juta jaringan irigasi.
Prasarana yang dibangun ini menjadi modal dasar dalam kegiatan meningkatkan produksi pertanian khususnya tanaman pangan. Selain itu pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus terus menjamin dan melindungi keberlangsungan tersedianya lahan-lahan sawah produktif.
Menteri Pertanian menegaskan Pemerintah melalui Kementerian Pertanian terus berupaya mengoptimalkan lahan-lahan sawah produktif melalui peningkatan indeks pertanaman dalam upaya meningkatkan luas panen, mengoptimalkan lahan-lahan rawa dan lahan kering untuk produksi tanaman pangan.
Modernisasi pertanian juga terus digalakkan melalui introduksi teknologi seperti pemanfaatan benih unggul, mekanisasi pertanian, penanganan hama dan penyakit secara terpadu dan digitalisasi dalam budidaya dan hilirisasi pertanian, serta mendorong usaha pertanian secara berkelompok antara lain dalam bentuk korporasi guna meningkatkan kualitas produksi. Melalui tekad yang kuat dan upaya bersama dari seluruh pemangku kepentingan, swasembada berkelanjutan dan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045 dapat terwujud.