Semarang,koranpelita.com
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyerahkan remisi kepada narapidana dan anak di Jawa Tengah. Ia mengatakan bahwa pembinaan life skill warga binaan penting agar nanti dapat diterima dan beradaptasi di masyarakat.
“Tentu setiap tahun dari pemerintah cq Kumham memberikan remisi. Cukup banyak yang diberikan hari ini tapi pesannya bukan soal remisinya melainkan bagaimana warga binaan jauh lebih baik karena pasti kebaikan dan perubahan sikap dan sebagainya itu yang akan menjadi penilaian. Kita harapkan nanti kembali ke masyarakat juga betul-betul siap,” kata Ganjar usai acara penyerahan remisi umum bagi narapidana dan anak yang digelar di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Kedungpane, Semarang, Rabu (17/8/2022).
Ganjar mengaku, cukup senang melihat pembinaan warga binaan di Lapas Semarang, baik Lapas Kedungpane maupun Lapas Wanita Bulu. Misalnya saat ia melihat hasil karya warga binaan berupa batik, karya logam, makanan, dan lainnya. Selanjutnya tugas pemerintah adalah menjemput mereka ketika keluar dengan memberikan pelatihan untuk peningkatan kapasitas dan lebih mandiri sehingga tidak melakukan kejahatan lagi.
“Life skill diberikan. Saya senang tadi yang seni sedang menyanyi ‘Joko Tingkir’, terus kemudian tadi yang membatik juga bagus banget, terus kemudian membuat karya logam. Tadi ada napiter membuat karya dari logam dan kemudian dijual begitu, ini tentu sangat memberikan keterampilan kepada mereka dengan satu harapan nanti mereka keluar, kita menjemput, kita latih agar lebih mandiri, lebih profesional, dan produk terjual dengan baik,” ujarnya.
Total ada 7511 warga binaan di Jawa Tengah yang mendapatkan remisi. Terdiri atas 7456 narapidana dan 55 anak. Sebanyak 105 di antaranya mendapat remisi II atau langsung bebas hari ini. Lapas dan rutan terbanyak yang mendapatkan remisi bagi narapidana dan anak adalah Kota Semarang yang mencapai 702 warga binaan.
“Tadi empat orang yang mewakili penerima remisi ternyata kejahatannya narkotika. Sebagian besar narkotika jadi artinya kita juga musti aware, orang tua, masyarakat, penegak hukum bahwa ini suatu yang serius,” katanya.
Ganjar menambahkan, over crowding dan over capacity yang terjadi di semua lapas dan rutan juga menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dicarikan penyelesaian. Data Kementerian Hukum dan HAM, setidaknya secara nasional ada over crowding sampai 300 persen.
“Redistribusi warga binaan diharapkan dikelola dengan baik. Kalau over capacity tentu akan menjadi persoalan, rasio petugas yang ada dengan warga binaan juga musti pas. Jika terjadi sesuatu cukup biasa di-handle. Maka itu yang menteri sampaikan bahwa over kapasitas di beberapa tempat ini musti dicarikan solusi dengan manajemen yang baik. Untuk di Jateng tidak terlalu besar,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Ganjar juga membeli sejumlah karya dari para warga binaan. Termasuk satu kerajinan logam berupa kaligrafi berbentuk sepseuh badan atas Ganjar Pranowo. Awalnya kerajinan karya Suranto Abdul Ghani diberikan sebagai hadiah tetapi oleh Ganjar karya itu dibeli.
“Itu tadi kaligrafi berbentuk wajah Pak Ganjar. Kita iningin memberikan kenang-kenangan kepada beliau waktu memberikan remisi kepada narapidana. Itu dua hari dibuat dari bahan aluminium untuk gambar dan lainmya fiber,” ujar narapidana kasus bom Bali 1 yang sudah menjalani masa hukuman 14 tahun di Lapas Kedungpane dan 5 tahun di Lapas Bali.(sup)