Semarang,koranpelita.com
Provinsi Jawa Tengah menjadi provinsi penyumbang penurunan angka kemiskinan tertinggi nasional. Hal ini terbukti dari 432,5 ribu penurunan angka kemiskinan nasional pada Maret 2022, Dengsan demikian Jateng menyumbangkan angka penurunan sebesar 102,57 ribu.
Pengamat sosial Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito, mengapresiasi prestasi Jateng tersebut. Menurutnya, Jateng berhasil membuat terobosan dalam penanganan kemiskinan yang sempat melonjak akibat pandemi.
“Ini satu lompatan yang cukup besar, karena kelesuan akibat pandemi yang berdampak pada semua aspek termasuk kemiskinan, Jateng berhasil membuat terobosan dan berhasil menurunkan angka kemiskinan tertinggi dalam waktu yang cepat,” katanya.
Arie mengatakan, ada satu kata kunci yang membuat Jateng berhasil mengurangi angka kemiskinan dengan cepat pasca pandemi. Kata kunci itu tak lain adalah gotong royong.
“Gotong royong dan partisipasi sosial masyarakat yang diwujudkan di Jateng inilah yang menjadi kuncinya,”paparnya.
Selain itu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo berhasil membangun sebuah kesadaran komunitas dan solidaritas untuk saling menguatkan dan bergotong royong.
” Ganjar berhasil menghubungkan pendekatan teknokrasi dengan pendekatan sosial dan kultural masyarakat,” jelasnya.
Menurut Arie, langkah yang dilakukan dan lihat saat pandemi berlangsung, Ganjar membuat program bernama Jogo Tonggo. Program yang dibuat untuk saling membantu antar tetangga yang terdampak pandemi.
“Tidak hanya masyarakat kecil, Ganjar juga mampu melibatkan pihak swasta yang selama ini memiliki CSR. Ganjar berhasil menghubungkan antara agenda strategis daerah dengan pelibatan CSR pihak swasta. Jadi, dampaknya positif, buktinya Jateng menyumbang penurunan angka kemiskinan tertinggi nasional saat ini,” terangnya.
Ia mengakui, cara penanggulangan kemiskinan ala Jateng dengan konsep gotong royong ini harus dicontoh. Sebab, cara itu sudah terbukti berhasil menjadi terobosan baru dengan pengurangan angka kemiskinan tertinggi nasional.
“Dalam waktu singkat, Jateng berhasil mengatasi persoalan yang sangat krusial itu. Ini mestinya bisa menjadi inspirasi daerah lain, bahwa kemiskinan itu tidak semata-mata tanggung jawab pemerintah, tapi mengajak masyarakat maupun pihak swasta menjadi problem solver,” pungkasnya.
Atasi Kemiskinan Tidak Lepas Konsep Gotong Royong
Sementara itu, Plt Kepala Bappeda Jateng, Agung Tejo Prabowo membenarkan, bahwa capaian penurunan angka kemiskinan tertinggi yang diraih Jateng tidak terlepas dari konsep gotong royong.
“Kami sadar bahwa kalau hanya mengandalkan pemerintah saja, pasti tidak akan sanggup. Untuk itu kami menggandeng swasta, filantropi, Baznas Jateng dan segenap elemen masyarakat untuk bergotong royong,” katanya.
Agung menerangkan, konsep gotong royong itu berjalan sangat baik di Jateng selama ini. Misalnya saat pandemi, banyak bantuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat diberikan. Seperti membangun rumah tidak layak huni, jamban, listrik dan sebagainya dengan konsep gotong royong bersama elemen masyarakat itu.
“Yang jelas upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi juga dilakukan. Selain sektor besar seperti investasi, sektor ekonomi kecil seperti UMKM juga terus didorong. Dan UMKM ini memberikan dampak besar dalam pertumbuhan ekonomi di Jateng,” ungkapnya.
Disinggung alasan banyaknya perusahaan yang mau terlibat dalam pengentasan kemiskinan, Agung mengatakan, hal itu tidak terlepas dari dampak integritas yang selalu ditekankan Ganjar. Slogan ‘Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi’ ternyata menjadi magnet para investor dan perusahaan besar membantu program penanggulangan kemiskinan di Jateng.
“Mereka mau terlibat karena melihat apa yang kita lakukan ini sesuatu yang benar. Mboten Korupsi dan Mboten Ngapusi benar-benar berjalan dan mereka semakin merasakan manfaat itu. Mereka jadi semakin percaya dan mau terlibat dalam menyukseskan program Jateng,” ucapnya.
Penurunan angka kemiskinan dengan gotong royong ini, lanjut Agung, akan menjadi patron. Menurutnya, saat ini Jateng sudah berjalan pada koridor yang benar.
“Tentu tidak boleh cepat puas, karena tantangan ke depan semakin berat termasuk situasi geopolitik global. Tapi dengan keberhasilan konsep ini, kita berharap akhir tahun ini kemiskinan di Jateng bisa turun di angka 9-10 persen,” pungkasnya.(sup)