Jakarta,Koranpelita.com
Yayasan Pesona Jakarta (YPJ) turut memperingati Hari Tuberkolosis Sedunia (HTBS) yang jatuh pada tanggal 24 Maret 2022.
Sebagai lembaga advokasi masyarakat dalam penanganan dan pendampingan penyakit TBC bersinergi dengan Stop TB Partnership Indonesia (STPI) menggelar Forum Group Discussion (FGD) dengan tema “Diskusi Konsep dan Strategi Pemberitaan TBC”.
YPJ melakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan media untuk lebih berperan mengeliminasi TBC di Indonesia. Mengusung tema “Investasi untuk eliminasi TBC, Selamatkan Bangsa”, kegiatan ini didukung oleh Stop TB Partnership Indonesia (STPI).
Tujuan utama kegiatan ini adalah terjadinya perubahan perilaku, perilaku kebijakan yang mendukung eliminasi TBC dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya TBC.
Tuberkolosis atau yang dikenal dengan TBC masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat.
Meski TBC menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat, namun isunya seperti tenggelam dibandingkan isu-isu yang lagi hits seperti pandemi Covid-19. Padahal masyarakat Indonesia sangat membutuhkan informasi yang terus berkelanjutan terkait penanganan penyakit TBC terebut
Deteksi TBC turun dari sebelumnya di tahun 2019 sebanyak 560 ribu kasus menjadi 380 ribu kasus pada 2020.
“Treatment coverage juga turun dari semula 67 persen menjadi 47 persen,” ujar Subkoordinator Tuberkulosis Resistan Obat Endang Lukitosari dalam acara “Pertemuan Pakar: Diskusi Konsep dan Strategi Pemberitaan TBC” di Jakarta, Jumat, (18/3/2021).
Menurut Endang, media massa perlu terlibat untuk pencapaian program TBC di Indonesia optimal
Koordinator Komli TB Bidang V, Rita Damayanti, stigma tuberkolosis di masyarakat identik dengan penyakit kutukan, penyakit keturunan, penyakit orang miskin dan sebagainya.
“Stigma tersebut sudah mulai menurun. Yang kurang di masyarakat adalah pengetahuan tentang tuberkolosis dan takut ketularan,” jelasnya.
Rita menambahkan, media berperan memberikan edukasi kepada masyarakat menuju eliminasi TB pada 2030.
Pada kesempatan yang sama, Wartawan Senior Harian Kompas, dr Irwan Julianto mengatakan, TBC merupakan epidemi dan pembunuh keempat di Indonesia sesudah jantung, stroke dan kanker.
Data WHO tahun 2021 menyebutkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan beban penyakit TBC terbesar ketiga di dunia dengan estimasi 824.000 kasus dan kematian sebanyak 13.110 kasus.
Sementara itu, data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan cakupan pengobatan TBC secara nasional mengalami penurunan dari 67% tahun 2019 menjadi 47% di tahun 2020.
Menurut Irwan, isu TBC bukan merupakan isu yang seksi. Hal ini salah satu penyebabnya adalah media mengalami kepribadian yang terbelah. “Idealnya, media massa tidak menjadi mesin informasi dan hiburan. Ruang publik dan masyarakat juga media gunakan,” ujarnya. (Vin)