Jakarta,Koranpelita.com
Nina Septiana melalui brand Esensia by Nina Nugroho kali ini berkolaborasi dengan Sinta Ridwan, seorang filolog dan mahasiswi S-3 Arkeologi muda yang mengkonsentrasikan dirinya pada upaya mengalihwahanakan hasil risetnya mengenai sejarah masa lalu yang terbaca dalam manuskrip kuna yang menjadi keahliannya.
Desainer brand Nina Nugroho, Nina Septiana mengatakan, Herstori bertekad menjadi jembatan bagi terhubungnya sejarah keberdayaan perempuan di masa lalu, dengan upaya melejitkan keberdayaan perempuan di era millennial saat ini, melalui fashion.
Menurut Nina, kekuatan utama dari Herstori adalah riset yang dilakukan secara mendalam. Tidak hanya dilakukan berdasarkan catatan sejarah yang telah terbukukan dalam sejumlah literatur, melainkan juga melalui manuskrip kuna dan terjun langsung mengunjungi situs peninggalan para perempuan berdaya tersebut.
‘’Selama ini sejarah perempuan Indonesia seolah terpinggirkan, kita sulit menemukan catatan mengenai mereka yang ternyata sejatinya adalah figur luar biasa. Tidak hanya di dalam keluarga, tetapi juga di panggung politik, ekonomi, agama, budaya dan sosial di lingkungan sekitarnya,’’ kata Nina saat peluncuran Herstori, di Museum Nasional, Jakarta, Jumat (18/3/2022).
Lebih lanjut Nina menjelaskan, bahwa sosok yang diangkat adalah mereka yang meninggalkan bukti-bukti budaya, kehebatan, pemikiran, upaya dan perjuangannya sebagai sosok yang berperan penting bagi segala aspek kehidupan.
kika : Sinta Ridwan bersama Alya Nurshabrina (Miss Indonesia 2018) dan Nina Nugroho.
“Melalui Herstori, perempuan millenial akan tergugah kesadaran dan kecintaan mereka pada sejarah. Pada akhirnya akan menjadikan figur hebat tersebut sebagai inspirasi bagi masa kini dan masa depannya, saat berkarya dan berupaya melejitkan keberdayaannya sendiri,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sinta Ridwan menjelaskan, bahwa dirinya mengemas hasil riset kisah masa lalu dengan cara kekinian. Selain itu, dirinya menyajikan masa lalu dengan menambah referensi baru.
“Saya sebagai periset masa lalu, selalu memikirkan wahana untuk membawa kisah-kisah masa lalu dengan cara yang berbeda. Selama ini saya mengalihwahanakan apa yang saya temukan, gali dan telusuri ke dalam media baru yang dikemas dengan cara kekinian. Bagaimana menyajikan masa lalu dengan menarik perhatian sekaligus menambah referensi baru dengan mengangkat hal-ikhwal yang jarang dikemukakan,’’ tambah Sinta Ridwan yang juga menyiapkan e-book, web series, ilustrasi, NFT, serta komik melengkapi koleksi Herstori.
Selama tahun 2022, Herstori akan mengangkat sejarah keberdayaan dari 12 perempuan yang hidup antara abad 7 – 15 M. Dalam chapter 1 diperkenalkan sosok Mahendradatta, perempuan yang lahir dengan nama Gunapriya Dharmapatni pada 961 M ini adalah putri raja Sri Makutawangsawardhana dari Wangsa Isyana (Kerajaan Medang) di Jawa Timur. Ia menikah dengan Udayana, raja Bali dari Wangsa Warmadewa.
Ia melahirkan Airlangga yang kemudian menjadi raja di Kahuripan, sementara putra-putranya yang lebih muda adalah Marakata Pangkaja yang menjadi raja Bali menggantikan Udayana dan Anak Wungsu yang naik tahta setelah mangkatnya Marakata.
Herstori merupakan bagian dari kampanye Gerakan #akuberdaya yang dinisiasi oleh Nina Septiana dan diluncurkan pada 24 September 2021. Peresmian dilakukan oleh Ibu Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, dalam gelaran Professional Women’s Week 2021. (Vin)