Jakarta,Koranpelita.com
Kawasan Danau Toba ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai satu dari lima kawasan super prioritas.
Untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan di kawasan ini, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) mendapatkan beasiswa pelatihan StuNed dari pemerintah Belanda dalam bentuk pelatihan dengan judul, ”Qualified Human Capital for Sustainable Oriented TourismD Developmentin Lake Toba”.
Pembukaan resmi pelatihan secara hybrid dilakukan pada hari Rabu, 15 November 2021 di kampus Institut Teknologi Del (IT Del), di kota Laguboti, Provinsi Sumatera Utara.
BPODT dibentuk oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mengoordinasikan pengembangan pariwisata di DanauToba. Pelatihan ini merupakan salah satu dari beragam pelatihan yang mereka laksanakan.
Dalam sambutan tertulisnya, Jimmy
Bernando Panjaitan, Direkur Utama BPODT memaparkan bahwa sebagian besar usaha pariwisata masih dikelola secara konvensional karena terbatasnya akses pendidikan pariwisata formal dan informal.
Berbagai upaya pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan industri perhotelan maupun pariwisata rakyat agar memenuhi standar pelayanan, kesehatan (hygiene dan sanitasi) dan keselamatan.
Untuk itu, BPODT menggandeng Nuffic Neso Indonesia sebagai perwakilan pemerintah Belanda untuk kerja sama peningkatan kapasitas praktisi pariwisata, bekerjasama dengan Centre of Expertise Leisure Tourism and Hospitality (CELTH) dan IT Del. CELTH merupakan konsorsium universitas, pemerintah dan pihak swasta di Belanda untuk mendorong pengembangan industri pariwisata.
“Kerja sama ini sudah dimulai sejak Maret 2020, merupakan tindak lanjut kunjungan raja dan ratu Belanda. Tidak hanya dalam bentuk pelatihan, CELTH juga menjembatani kerja sama antar mahasiswa IT Del dan Universitas Breda untuk pengembangan kawasan wisata Danau Toba,” ungkap Guido Aerts yang turut hadir dalam acara pembukaan pelatihan mewakili CELTH.
Dalam kesempatan yang sama Arnaldo Marulitua Sinaga, Rektor IT Del menyampaikan,”Sebagai kampus yang turut berperan untuk pengembangan wisata Danau Toba, kami menyambut baik kerja sama ini. Kami pernah mengerjakan penelitian tentang pengembangan kawasan wisata Danau Toba, dan memang salah satu temuannya adalah perlunya peningkatan kapasitas praktisiwisata. Jadi, pelatihan ini sangat tepat.”
Banyak tema wisata yang bisa dikembangkan. Meskipun demikian, fokus pelatihan saat ini untuk dua topik, yakni membangun wisata seni – budaya dan wisata pertanian.
Peter van Tuijl, Direktur Nuffic Neso Indonesia yang juga turut hadir di acara ini menyampaikan bahwa pelatihan ini berkaitan dengan konsep penanganan limbah, mendorong produksi pangan yang berkelanjutan, serta memajukan perekonomian masyarakat sekitar Kawasan Danau Toba. “Bahkan hasilnya juga bisa mendorong pelestarian lingkungan, ” tambahnya.
Peserta pelatihan yang berjumlah 20 orang, sebagian besar merupakan perwakilan komunitas wisata dari delapan kabupaten di sekitar kawasan Danau Toba. Mereka sangat antusias untuk meningkatkan atraksi wisata budaya Batak yang beragam dan unik,
serta dipadukan dengan pemandangan alam kawasan pertanian beserta aktivitas produksinya. Kunjungan wisata Danau Toba diyakini akan kembali bangkit setelah pandemi covid-19 berlalu. (Vin)