waktu berlalu, memberi masa lalu
sedang hari baru, datang membuka topengmu
tabir menyingkir, misteri menepi
aku tahu kini, yang engkau miliki senyum imitasi
siapa sahabat sejati, yang mana sejatinya penghianat, akhirnya tersingkap walau datang sangat terlambat
maka tempa rasa, gembleng tameng
lihat yang tak terlihat, sebab selalu ada penghianat berbaju sahabat
(NKS Quote #12)
Begitulah bunyi kuwot (quote) ke-12 yang tercipta di tanggal 3 Desember 2020 lalu.
Kata penyemangat atau quote (saya lebih suka menyebut kuwot), kadang memang dibutuhkan. Untuk memotivasi. Terutama di saat hidup, harus bertemu jalan buntu. Jalan yang membuat frustasi, bahkan jatuh berkali-kali.
Jalan buntu atau semangat yang tersumbat, ada kalanya, terbuka, cair, dan mengalir dengan kata-kata penyemangat. Kuot yang bukan nyinyir menyebalkan, tapi kata penuh rasa, sehingga asa serasa berdaya. Bangkit, berdiri serta termotivasi menemui solusi.
Berbeda dengan kuwot yang biasa, NKS quote memiliki ciri tersendiri. Jika kuwot orang hebat terpahat singkat, padat dan berisi, maka NKS quote terasa mendayu-dayu, tak langsung kepada inti, dan susah dipahami. Yo wes ben, sekali-sekali keluar dari kebiasaan, siapa tahu bisa menjadi luar biasa. He…he…he…
Mungkin pembaca yang mengikuti NKS Menulis bertanya mengapa kebiasaan menulis berubah dari tulisan panjang menjadi membuat kuwot yang relatif hanya sekelumit. Jawabnya terungkap dalam beberapa bab.
Keinginan mencoba hal baru adalah salah satu jawabannya. Jika kata-kata orang hebat banyak diingat, bagaimana dengan kata-kata yang dibuat orang biasa. Hasilnya mengejutkan. Sangat mengejutkan. Sebab, pembaca NKS Quote, tidak nambah-nambah, malah cenderung berkurang. Ciloko to…
Kondisi ini, ikut menggerus penggemar tulisan-tulisan panjang yang selalu diawali dengan dua kata: NKS Menulis. Memang ada penggemar setia yang selalu bertanya tulisan-tulisan lanjutan. Tapi ya harap maklum, membuat tulisan panjang membutuhkan waktu lebih untuk menuntaskannya. Maka menulis quote sebagai jawab meringkas tulisan panjang.
Lalu bagaimana kuwot tercipta? Mengapa perlu berjumlah seribu?
Seperti pada NKS Menulis, kuwot banyak didasari pada pengalaman pribadi saat berinteraksi, menjalani hari-hari, atau saat teringat kenangan (yang kadang diharap bisa berulang). Jadilah kuwot yang lahir, lantas bercerita tentang situasi yang melatarbelakangi. Kemudian, ditutup dengan pesan inti kuwot itu sendiri. Niatnya begitu.
Tapi tidak jarang, niat dan hasrat jauh dari kenyataan. Penerimaan pembaca (terutama teman-teman yang senang membaca) sering salah tompo. Malah, ada menyalahkan, kuwot kok lebih mirip dengan puisi.
Kalau soal niat, saya sudah kuat. Menulis dengan sepenuh hati, agar bisa berarti. Berarti untuk kita semua. Jika dibaca kembali kuwot di awal tulisan ini, intinya ingin menyampaikan pesan bahwa selalu ada penghianat berbaju sahabat. Waspadalah! Hanya itu yang ingin disampaikan.
Namun jika hanya itu yang dituliskan, jadinya tidak wangun alias wagu atawa kurang nyastra. Apalagi, apa yang melandasi kuwot ini, bisa tidak terungkap. Padahal ini juga penting untuk dipahami. Penting agar tidak ada yang salah persepsi.
Kini jumlah kuwot sudah mencapai angka 100. Walau masih jauh dari seribu kuwot, capaian ini sudah sepantasnya untuk dirayakan. Perlu diingat bahwa kata sewu atau seribu dimaknai sebagai jumlah yang banyak. Seperti nama lawang sewu di Semarang atau Pulau Seribu di utara Jakarta yang kalau dihitung tidak mungkin jumlahnya persis seribu.
Dan, sewu kuwot yang tak harus berjumlah seribu, bisa saja menipu. Isinya, tak selalu membuat kita kuat dan bersemangat. Tapi membuat energi lebih bertaji, melompat berlipat-lipat. Coba baca kuwot ini:
boleh saja kata bijak jadi penyemangat tapi engkau tahu, yang terhebat adalah kalimat yang bagai jimat meski hanya sepenggal kata yang kelewat hemat itulah pemompa antusiasmeku yang terhasrat saat aku mengaku rindu kemudian engkau menjawab sama di situ energiku lompat berlipat-lipat ah sampai lupa bertanya, sama itu maksudnya apa? sama aku atau sama dia...
Salam NKS