Nama Anggota Tim :
Sari Namarito
Elfrida Simanjuntak
Tiara Cristy Agata Sinaga
Program Studi : Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
Asal Universitas : Universitas Palangka Raya
Dosen Pembimbing : Rendy Muhammad Iqbal S.Si., M.Si
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah dan beragam, salah satunya di bidang geologi yaitu mineral pirit.
Umumnya mineral pirit ditemukan terkonsetrasi pada endapan batubara, oleh karena itu persebaran pirite dapat kita tinjau dari keberadaan dan persebaran batubara. Berdasarkan data yang dilansir Kementerian ESDM pada tahun 2020, diperoleh data bahwa cadangan batubara sebesar 147,6 miliar ton dapat dijumpai di 21 provinsi di Indonesia. Jumlah sumberdaya batubara yang paling banyak yaitu di pulau Sumatera Selatan (50,2 miliar ton) kemudian didominasi di pulau Kalimantan yaitu di Kalimantan Timur (48,2 miliar ton), Kalimantan Barat (22,8 miliar ton), Kalimantan Selatan (16,5 miliar ton) dan Kalimantan Tengah (3,4 miliar ton) dan di pulau Jawa (100 ton) adalah persebaran cadangan batubara yang paling sedikit.
Pirit merupakan salah satu jenis material berat yang konduktif pada batuan mineral pirite (FeS2) yang dapat menyebabkan harga resisitvitas (tahanan elektrik) batuan rendah. Reaksi oksidasi dan reduksi tanah yang mengandung pirit dapat terjadi secara biologis maupun kimiawi. Oksidasi pirit menghasilkan pelepasan sejumlah besar proton sulfat dan logam sisa H+, Fe3+, dan gugus asam sulfat yang berpotensi menyebabkan perairan beracun, hal inilah salah satu penyebab pencemaran lingkungan yaitu asam tambang drainase (SMD) terutama diberbagai pertambangan di seluruh dunia dan menjadi salah satu masalah tersendiri bagi para petani karena keberadaan pirit dapat menyebabkan tanah tidak subur.
Tetapi disamping itu, beberapa tahun terakhir, pirit menjadi salah satu bahan kajian yang sedang banyak diteliti oleh para peneliti. Pirit memiliki beberapa manfaat yang belum banyak masyarakat ketahui antara lain digunakan untuk degradasi oksidatif senyawa klorofenol dengan proses pirite-fenton, penggunaan efek oksidasi ultrasound pada pirite untuk pretreatment bijih emas dan banyak dimanfaatkan sebagai material katalis untuk degradasi polutan senyawa organik.
Menurut tim, berdasarkan analisis data sekunder yang telah mereka lakukan, diketahui bahwa keberadaan mineral pirite dalam tanah dapat diketahui dengan beberapa tanda antara lain yaitu lahan dipenuhi purun tikus, terdapat hutan mangrove, bercak jarosite berwarna kekuningan jerami pada tanah, terdapat warna reduksi kelabu sampai kehijauan, terdapat bahan organik misalnya akar serabut, terdapat di saluran drainase, terdapat air yang mengandung karat besi berwarna kuning kemerahan, dan apabila tanah disiram dengan larutan hydrogen peroksida (H2O2) 30% akan menimbulkan buih.
Oleh karena itu, ketiga mahasisiwa ini melakukan pengujian kandungan pirite yang terdapat pada tanah gambut yang diperoleh dari Desa Garung, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah pada kedalam tanah 10-50 cm. ”Sampel tanah gambut tersebut dilakukan uji karakterisasi yang nantinya dapat digunakan untuk keberlanjutan dari PKM-RE yang sedang kami kerjakan” tutur Sari Namarito, ketua tim. Kemudian dia mengatakan untuk proses pengujian ini mereka melakukannya tetap dalam protokol kesehatan mengingat keadaan sekarang hampir semua wilayah di Indonesia sedang menghadapi pandemi Covid-19.
Pada proses pengujian pirite ini, mereka tetap dipantau dan dibantu oleh dosen pembimbing mereka yaitu Pak Rendy Muhammad Iqbal S.Si., M.Si. ”Dalam setiap penelitian ini, kami selalu konsultasi terlebih dahulu dengan Pak Rendy baik menggunakan Zoom Meeting dan sesekali bertemu secara langsung di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam” tutur Elfrida. ”Sampel tanah gambut yang telah kami peroleh ini akan dimanfaatkan dengan cara disintesis menjadi Fe2O3 sebagai katalis pada fotodegradasi Ibuprofen” tutur Tiara. Mereka terlebih dahulu melakukan serangkaian proses salah satunya kalsinasi pada suhu sekitar 800-900 dengan variasi waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam, dan selanjutnya akan dilakukan uji karakterisasi pada pirite. Adapaun beberapa uji karakterisasi yang mereka lakukan yaitu XRD, SEM, FTIR dan UV-VIS. Dari penelitian yang keriga mahasiswa ini lakukan, didapatkan data bahwa pirit mengandung Fe sekitar 46%, S2 sekitar 53,4% serta beberapa unsur lainnya seperti Ni, As, Cu, Ag, Au dan Co serta pada uji karakterisasi menggunakan XRF kandungan Fe yaitu 46% ini menunjukkan bahwa pirit dapat menjadi material potensial yang dapat disintesis menjadi Fe2O3 untuk dimanfaatkan sebagai katalis dalam proses degradasi senyawa organik salah satunya yatu ibuprofen (IBP). Pada penelitian ini mereka juga mendapatkan data dari uji XRD pola difraksi 2 = 20,9800, 25.3800 dan 68.3400.
Melalui inovasi dan penelitian ini, tim berharap bahwa penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut lagi untuk memanfaatkan dan menggali potensial dari pirit khususnya dari potensial tanah gambut yang ada di Palangka Raya, dan mereka juga berharap agar masyarakat mengetahui bahwa pirit bukan hanya berperan merugikan tetapi juga mempunyai banyak keunggulan jika dimanfaatkan dan diuji dengan baik. Besar harapan Tim ini, agar penelitian yang sedang mereka kerjakan dari PKM-RE yang telah lolos pendanaan 2021 ini, dapat menjadi finalis PIMNAS 2021 dan jika Tuhan berkehendak bisa meraih penghargaan di KEMENRISTEK DIKTI.(*)