Semarang,koranpelita com
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendukung usulan gelar Pahlawan Nasional untuk Ali Sastroamidjojo segera diwujudkan. Pihaknya menyebut ketokohan Ali bukan hanya isapan jempol.
Dukungan disampaikan Ganjar saat menghadiri acara seminar nasional melalui daring, terkait pengusulan gelar pahlawan nasional Ali Sastroamidjojo, di kantornya, Jum’at (30/7).
Ganjar bercerita saat dirinya didatangi cucu Ali Sastroamidjojo yang menyampaikan niat keluarga soal pengusulan gelar pahlawan tokoh yang dikenal sebagai Sang Perdana Menteri itu.
“Saya kira kalau lihat dari catatannya udah lengkap banget, pertanyaannya gampang saja, kalau orang Jawa kayak saya gini, di kampung gitu ya, melihatnya pakai perasaan aja. Pakai perasaan aja udah cukup itu,” ucap Ganjar.
Perasaan yang dimaksudnya adalah ketokohan Ali Sastroamidjojo dalam pemerintahan Indonesia di masa Presiden Soekarno. Ganjar menilai tidak ada orang yang tak mengenal jasa-jasanya.
“Siapa sih orang yang nggak kenal Ali Sastroamidjojo? Bagaimana anak-anak muda yang dulu sekolah di Belanda yang diceritakan dalam bukunya itu,” katanya.
Sepak terjang Ali membawa nama Indonesia di kancah internasional, seperti Konferensi Meja Bundar, Konferensi Asia Afrika adalah sedikit dari bukti yang dinilainta, membuat Ali Sastroamidjojo pantas jadi Pahlawan Nasional
“Saya kira menjadi sebuah kewajaran, seorang yang memang sudah berjuang untuk bangsa dan negara. Beliau adalah putra terbaik yang sangat-sangat sedikit yang mendedikasikan dirinya untuk bangsa dan negara,” tegasnya.
Apalagi, lanjut Ganjar, momennya bertepatan mendekat bulan kemerdekaan Indonesia yakni bulan Agustus. Karena itu, pihaknya berharap, seluruh persyaratan akan segera terpenuhi dan gelar Pahlawan Nasional itu segera diberikan.
“Saya akan coba bantu komunikasi, ah siapa tau di bulan Agustus ini beliau bisa menjadi pahlawan dan itu akan bisa menjadi kebanggaan bagi semua orang,” tandasnya.
Sebagai Informasi, Ali Sastroamidjojo adalah tokoh kelahiran Magelang, 21 Mei 1903. Ali merupakan tokoh politik, pemerintahan, dan nasionalis. Ia mendapatkan gelar Meester in de Rechten dari Universitas Leiden, Belanda pada tahun 1927. Ia juga adalah Perdana Menteri Indonesia ke-8 yang sempat dua kali menjabat pada periode 1953-1955 dan 1956-1957.
Selain itu, Ali juga sempat menjabat sebagai Wakil Menteri Penerangan pada Kabinet Presidensial I, Menteri Pengajaran pada Kabinet Amir Sjarifuddin I, Amir Sjarifuddin II, serta Hatta I, dan Wakil Ketua MPRS pada Kabinet Kerja III, Kerja IV, Dwikora I, dan Dwikora II.
Semasa bersekolah, aktif dalam organisasi pemuda, seperti halnya organisasi Jong Java (1918-1922) dan Perhimpunan Indonesia (1923-1928). Karena aktivitasnya, ia ditahan pada tahun 1927 oleh Polisi Belanda bersama-sama dengan Mohammad Hatta.
Ali juga mengharumkan Indonesia dalam berbagai peristiwa penting di kancah internasional. Salah satunya, saat dia menjadi delegasi Indonesia di Konferensi Meja Bundar, Belanda dan pada tahun 1955 dia menjadi ketua umum Konferensi Asia Afrika di Bandung. Ali meninggal dunia di Jakarta pada tahun 1976.(sup)