Maraknya Kasus Bunuh Diri, Ada Apa?

Oleh : TASRIFINOOR, M.HI

Jum’at, 16 Juli 2021

MARAKNYA kasus bunuh diri di Kabupaten Kotawaringin Timur membuat salah satu akademisi bernama Tasrifinoor, angkat bicara. Terbaru, warga Desa Pelantaran Kecamatan Cempaga. Kemudian, Warga Desa Tanjung Jariangau, Kecamatan Mentaya Hulu. Meski banyak motif dibalik kematian dengan cara tak wajar tersebut membuat keprihatian bagi Dosen STIH Habaring Hurung Sampit.

Dalam Ajaran Islam, sebenarnya Allah Swt secara tegas melarang tindakan bunuh diri. Artinya, tidak ada bunuh diri yang diperbolehkan. Larangan itu disebutkan, antara lain, dalam surah an-Nisa’ayat 29 yang artinya, “Janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Mahapenyayang kepadamu,”.

Salah satu ulama terkemuka bernama Imam asy-Syathibi menjelaskan bahwa semua ajaran yang ditetapkan oleh Islam adalah untuk menjaga kemaslahatan yang lima. Menjaga Agama, Diri, Akal, Nyawa dan Harta. Berdasarkan dalil-dalil di atas jelas bahwa bunuh diri merupakan perbuatan yang dilarang dan bertentangan dengan perintah agama. Karena besarnya dosa akibat perbuatan tersebut maka tempat kembali orang yang melakukannya adalah neraka jahanam.

Dengan bunuh diri, seseorang akan merasakan penderitaan tiga kali, yaitu penderitaan di dunia yang mendorongnya berbuat seperti itu, penderitaan menjelang kematiannya, dan penderitaan yang kekal di akhirat nanti.

Tapi, kenapa masih banyak yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri ini. Bahkan, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, CDC. Bunuh diri ini salah satu penyebab kematian nomor 10 di dunia. Uniknya, kematian dengan cara bunuh diri disegala usia.

Berdasarkan laporan dari CNN bahwa kasus bunuh diri di AS mengalami peningkatam 35 persen pada 1999 silam. Bahkan, hampir diseluruh dunia angka kematian akibat bunuh diri ini mencapai 800 ribu orang tiap tahunnya. Dari data WHO kasus kematian akibat bunuh diri ada sekitar 40 detik ada satu kematian diakibatkan oleh bunuh diri.

Mengutip dari Liputan6.com pada 21 Juli 2017 lalu, yakni berdasarkan Data American Foundation of Suicide Prevention menemukan, ada 3,5 kali lipat jumlah pria yang meninggal karena bunuh diri dibanding wanita. Melihat kasus-kasus yang baru saja terjadi (Chris Cornell, Oka Mahendra Putra, dan Chester Bennington), data ini sepertinya akurat.

Mengutip Guardians, Jumat (21/7/2017), baik pria maupun wanita sebenarnya sama-sama memiliki kemungkinan untuk bunuh diri. Bahkan, wanita lebih rentan mengalami gangguan mental seperti depresi yang bisa berujung pada pikiran dan usaha bunuh diri. Namun, prialah yang lebih banyak berhasil melakukannya.

Selanjutnya mengutip dari CNN Indonesia, 10 September 2020 bahwa pada Tanggal 10 September setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri. Hari ini diperingati di seluruh dunia untuk mencegah upaya bunuh diri.
Internasional Association for Suicide Prevention (IASP) mencatat ada lebih dari 300 upaya percobaan bunuh diri yang terjadi pada 70 negara di dunia. “Setiap 40 detik, ada seseorang yang mengakhiri nyawanya,” ujar Presiden IASP, Murad Khan, dalam laman resminya.

Upaya untuk mencegah bunuh diri harus dilakukan oleh berbagai golongan, termasuk hierarki keluarga. Siapa pun punya peran untuk mencegah terjadinya bunuh diri, termasuk Anda.

Ada beberapa tanda seseorang yang akan bunuh diri, yakni pertama, Berbicara ingin mati atau bunuh diri, kedua merasa putus asa dan tidak punya harapan untuk hidup. Tanda-tanda ini terjadi jika seseorang mengalami kenyataan yang tidak sesuai harapan. Atau mungkin dikecewakan oleh keadaan sehingga merasa putus asa dan tidak lagi memiliki harapan untuk hidup. Ketiga menjadi beban orang lain. Selalu menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak berguna, adalah beberapa tanda seseorang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berujung pada depresi berat, bahkan keinginan untuk bunuh diri.

Keempat, menghabiskan sepanjang hari dengan tidur Gejala ini biasa dialami oleh orang yang tak ingin melakukan apa-apa selain tidur. Amati jika ada orang di sekitarmu yang mengalami tanda-tanda seperti ini. Kelima, menarik diri dan mengisolasi diri. Menarik diri menunjukkan bahwa orang tersebut tak ingin berinterkasi dengan orang lain. Dia begitu tenggelam dengan pikiran dan kesedihannya sendiri, sehingga tak ingin melakukan apapun. Keenam konsumsi alkohol lebih banyak daripada biasanya. Alkohol kerap jadi pelarian bagi orang-orang yang depresi, karena membuat mereka bisa sejenak melupakan masalahnya. Jadi, waspadalah jika ada orang yang tiba-tiba mengonsumsi alkohol lebih sering daripada biasanya.

Timbul pertanyaan, bagaimana cara mengatasi agar masalah bunuh diri ini bisa berkurang alias menurun. Salah satunya adalah mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa. Sebab, segala sesuatu itu tentu ada jalan keluarnya. Apapun agama, tentu agama melarang kematian dengan cara bunuh diri tersebut.

Terlepas dari itu semua, apa yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur ini tak lepas peran serta orang terdekat. Misalnya, Ibu, Ayah, adik, kakak, teman, sahabat dan tak kalah penting adalah guru spritual. Kita berharap kasus kematian dengan cara bunuh diri di Bumi Habaring Hurung bisa dijadikan pelajaram yang amat berharga demi menyongsong masa depan yang cerah dan lebih baik lagi. (*)

About suparman

Check Also

Pj Gubernur Jateng Komitmen Bangun Pemerintahan Berintegritas dan Antikorupsi

SURAKARTA,KORANPELITA – Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana berkomitmen membangun pemerintahan yang berintegritas dan antikorupsi. …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca