Oleh: Dr. H. Joni,SH.MH
Mengendorkan sedikit dari berbagai peristiwa sosial yang terus bermunculan tiada henti, kegundahan menghadapi pandemi virus korona yang terus berganti, menjelma dalam berbagai variasi baru dan semakin menakutkan, ada baiknya berhenti sejenak. Merenungkan tetang diri dan lingkungan, dalam hal ini hubungan diri dalam kaitannya dengan keluarga. Keluarga, merupakan unit terkecil dari komunitas sosial, tempat setiap hari meniti hari, merajut masalkah dan terus berguirnya kehidupan merajut eksistensi diri.
Pada setiap tanggal 29 Juni, Indonesia memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas), untuk kali ini adalah Harganas 2021. Momen ini seyogianya diperingati dalam upaya menumbuhkan rasa kebersamaan antar-anggota keluarga. Menghadapi problematika kehidupan dengan kebersamaan. Pasti akan terasa indah dan ringan. Momentum ini merupakan saat untuk menjadi semacam peringatan bagi komunitas terkecil dimaksud untuk saling berbagi, saling mengingatkan kepada komitmen kebersamaan.
Mengapa Harganas
Sekadar mengingatkan, Harganas ini diperingati pertama kali pada 29 Juni 1993 silam. substansinya Harganas menjadi momen bagi keluarga untuk berkumpul dan saling mendekatkan diri. Berkumpulnya anggota keluarga diharapkan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan. Kala itu, Harganas dicanangkan langsung oleh Presiden RI ke-2 Soeharto. Penetapan hari ini, didorong oleh keinginan untuk memberikan penghargaan kepada rakyat Indonesia yang telah berjuang dan mempertahankan eksistensi negara Republik Indonesia, khususnya dari masa penjajahan dengan meninggalkan sanak keluarganya di kampung halaman.
Pemilihan tanggal 29 Juni juga ada perspektif lain, yaitu ketika menjadi waktu bagi para pejuang kembali kepada keluarganya. Hal ini yang melandasi lahirnya Hari Keluarga Nasional. Suatu hari yang berkesan dalam kaitannya dengan berkumpulnya satu keluarga setelah berpisah lama, karena niat suci mempertahankan kemerdekaan dan berjuang mengusir penjajah. Sebuah masa yang tentu saja indah dan berkesan bagi siapa saja yang mengaporesiasi keberadaan keluarega sebagai tempat untuk Kembali, setelkah pergi jauh.
Dalam konteks pengaturan jumlah atau populasi penduduk yang terus berkembang tanpa kendali, 29 Juni juga menjadi waktu dimulainya Gerakan Keluarga Berencana (KB) Nasional. Tepatnya pada tahun 1970 silam.
Hari ini menandai kebangkitan kesadaran masyarakat Indonesia untuk membangun keluarga kecil yang bahagia melalui program KB. Bahwa sebelumnya, pengetahuan keluarga tentang usia nikah teramat rendah. Di tengah masyarakat juga timbul keinginan kuat untuk ‘mengganti’ keluarganya yang gugur dalam peperangan. Hal ini kemudian membuat angka pernikahan dini cukup tinggi di Indonesia. Kesiapan yang kurang saat menikah dini sangat berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu dan bayi ketika itu.
Elemen Ketahanan Nasional
Meskipun telah digelar selama lebih dari dua dekade, tak banyak orang yang mengenal Hari Keluarga Nasional (Harganas). Upaya memasyarakatkan memang perlu ditingkatkan, khususnya pada dimensi waktu yang mengemukakan substansi serba materialis seperti sekarang ini. Saat Ketika interaksi lebih berorientasi kepada kebendaan dan mengukur ketenteraman jiwa berdasarkan materi.
Meskipun sejatinya disadari benar bahwa hal seperti itu sesuatu yang tidak tepat.
Pada awalnya Harganas juga kerap diidentikkan dengan program Keluarga Berencana (KB). Padahal, lebih dari itu, Harganas harus dijadikan momentum untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dalam keluarga. Keberadannya menjadi upaya untuk mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia mengenai pentingnya peran sebuah keluarga. Keluarga dinilai memiliki peranan dalam upaya memantapkan ketahanan nasional. Dari keluarga-lah, kekuatan dalam pembangunan bangsa akan muncul.
Sangat penting tentang hal ini, bahwa ketahanan nasional yang menjadi elemen dasar suatu bangsa, mungkin berbeda dari satu bangsa dengan bangsa lainnya. Namun yang pasti, tujuannya sama yakni melindungi segenap bangsa dan mencapai suatu keamanan dan kesejahteraan. Hal ini dimulai dari keutuhan dan ketahanan dalam unit terkecil yaitu keluarga. Keberadannya menjadi sangat penting sebagai pertahanan terdepan dari berbagai ancaman, gangguan hambatan dan tantangan dalam seluruh dimensi sosial.
Untuk ketahanan nasional Indonesia, (Tannas) adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional maupun fungsional. Hal ini merujuk pada pemahaman dasar tentang ketahanan nasional, yaitu ahan menderita, tabah, kuat, dapat menguasai diri, tidak kenal menyerah. Oleh karena itu ketahanan nasional berbicara tentang perihal kuat, keteguhan hati, atau ketabahan. Secara umum, ketahanan nasional adalah perihal kuat, teguh, dalam rangka kesadaran, sedangkan pengertian nasional adalah penduduk yang tinggal disuatu wilayah dan berdaulat. Dengan demikian istilah ketahanan nasional adalah peri hal keteguhan hati untuk memperjuangkan kepentingan nasional.
Bahwa keadaan atau kondisi nasional selalu berkembang dan keadaan berubah-ubah, oleh karena itu ketahanan nasional harus dikembangkan dan dibina agar sesuai dengan perkembangan jaman. Untuk itu ketahanan nasional mempunyai makna yang amat luas. Bagi bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam suku, bangsa, dan adat istiadat, ketahanan nasional perlu dipahami secara konfeherensif dan terpadu, baik secara personal maupun sosial, untuk kemudian diwujudkan secara nyata dibumi nusantara.
Fungsi Keluarga
Kiranya perlu diapresiasi, atau disegarkan Kembali bagaimana fungsi yang seharusnya terus dikembangkan dalam kerangkahidupdalam keluarga. Hal ini dalam konteks mengingatkan, diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 menjelaskan bahwa ada delapan fungsi yang harus dijalankan oleh keluarga, di antaranya fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, saling melindungi, reproduksi, pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.
Bahwa faktanya tak hanya Indonesia, beberapa negara lain juga memiliki peringatan serupa. Amerika Serikat mengenalnya dengan istilah Family Day, yang diperingati pertama kali pada Agustus 1978. Afrika Selatan juga tercatat memiliki Hari Keluarga sejak 1995. Sementara warga Australia juga kerap merayakan Hari Keluarga pada setiap hari Selasa pekan pertama bulan November. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah menetapkan 15 Mei sebagai Hari Keluarga Internasional pada 1994. Meski dirayakan secara berbeda, namun pada dasarnya Hari Keluarga dimaknai sebagai momen berkumpulnya anggota keluarga untuk saling mendekatkan diri satu sama lain.
Harganas sendiri, sebagaimana dikutip dari Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), diperingati dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa kebersamaan. Maka ada yang mendefinisikan bahwa Hari Keluarga tidak hanya untuk keluarga; tetapi hari yang dirayakan untuk berbagai komunitas termasuk bisnis dan kelompok masyarakat tertentu.
Harganas juga ditujukan untuk menghidupkan fungsi-fungsi yang ada dalam keluarga. Keluarga tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan atau fungsi ekonomi semata, tetapi terdapat fungsi fungsi lain yang tidak kalah pentingnya.
Keluarga sejahtera merupakan dambaan dan harapan dari setiap keluarga untuk saling berbagi perasaan, cinta kasih, serta materi. Untuk mencapai kondisi tersebut bukan suatu yang tidak mungkin terjadi apabila setiap anggota keluarga menerapkan fungsi-fungsi yang seharusnya berjalan di dalam kehidupan keluarga. Fungsi yang dimaksud dikenal sebagai Delapan Fungsi Keluarga.
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga mengaku tidak pernah mendengar tentang fungsi keluarga (88 persen). Besar kemungkinan bahwa istilah 8 fungsi keluarga tidak dikenal oleh masyarakat, walaupun tanpa disadari mereka telah melaksanakan fungsi tersebut (SKAP KKBPK BKKBN 2018).
Delapan fungsi keluarga adalah fungsi-fungsi yang menjadi prasyarat, acuan, serta pola hidup setiap keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional membagi fungsi keluarga menjadi 8, di antaranya fungsi agama, dalam hal ini komunitas terkecil bernama keluarga dikembangkan agar keluarga menjadi tempat persemaian nilai-nilai agama dan budaya bangsa, sehingga seluruh anggota keluarga menjadi insan agamis yang penuh iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua adalah fungsi Sosial Budaya, bahwa dalam keluarga diharapkan dapat mengenalkan budaya Indonesia sebagai dasar-dasar nilai kehidupan, sehingga anak mempunyai wawasan terhadap berbagai budaya, baik daerah maupun nasional. Ketiga, fungsi cinta kasih. Dalam kaitan ini, bahwa salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan cinta kasih. Dengan cinta dan kasih sayang yang terjadi dengan baik di keluarga, maka rumah tangga akan menjadi tempat yang menyenangkan bagi anggota keluarga yang lain.
Keempat adalah fungsi perlindungan. Bahwa fungsi ini menekankan, keluarga merupakan pelindung yang pertama dan utama dalam memberikan kebenaran, keteladanan, serta tempat bernaung kepada anak dan keturunan. Kelima fungsi reproduksi, bahwa semua anggota keluarga mengetahui dan menanamkan fungsi reproduksi sangat penting bagi keluarga untuk mengatur reproduksi sehat yang terencana, sehingga anak yang dilahirkan nantinya mampu menjadi generasi penerus yang berkualitas. Keenam, fungsi sosial Pendidikan, merjuk pada kenyataan bahwa pendidikan dalam keluarga tidak hanya tentang bagaimana meningkatkan fungsi kognitif atau mencerdaskan, akan tetapi bagaimana membentuk karakter yang berakhlak mulia.
Ketujuh, fungsi ekonomi yang merujuk pada kenyataan bahwa keluarga dalam fungsi ekonomi merupakan tempat membina dan menanamkan nilai-nilai keuangan keluarga, dan merencanakan keuangan keluarga, sehingga terwujud keluarga sejahtera.kedelapan fungsi lingkungan, merujuk pada kenyataan bahwa kesadaran akan pentingnya lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman perlu ditanamkan sejak dini. Hal ini bertujuan agar mendorong sikap dan perilaku peduli lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, melakukan kegiatan penghijauan, hemat energi, dan sebagainya.
Menjalankan keseluruhan fungsi tersebut dengan baik tentu membutuhkan usaha yang tidak mudah. Karena itu, setiap keluarga harus mampu mempunyai arah dan tujuan ke depan.
Diharapkan dengan dilaksanakannya kedelapan fungsi tersebut, keluarga Indonesia dapat menjadi keluarga yang sejahtera dan berkualitas.
Kita Apresiasi Harganas.***