Sugeng Tindak Kang Dwi

Hari ini, sudah tiga hari saya merasa tubuh tidak enak. Antara mriang dan mau batuk. Tapi alhamdulillah, swab aman. Dari awal saya juga sudah yakin, rasa tidak enak bukan karena virus, tapi akibat  sesuatu di dalam batin.

Oleh: Hirwan
founder koranpelita.com dan kabarno.com

Dan, benar. Pagi baru lewat jam delapan. Ada telepon dari mbakyu dengan suara serak diselingi tangisan. Mengabarkan Kang Dwi dipanggil Gusti. Agak-agak kurang jelas kalimatnya karena diucapkan sambil menangis. Saya langsung berfikir, mungkin kakak ipar di Jogja meninggal. Tapi bukan.

Saya terdiam. Setelah mbakyu saya itu mengulanginya. Kang Dwi meninggal. Ya Allah. Kakangku ditimbali kondur ayunaning Gusti. Saya membantin, inikah firasat yang dikirimkan lewat tubuh lungkrah sepanjang tiga hari belakangan?

Kang Dwi, tentu saja bukan sekadar kakak. Tapi sekaligus guru dalam segala hal, selain penopang kehidupan saya yang kadang kesasar-kesusur. Kepergian Kang Dwi yang begitu tiba-tiba, sudah pasti, membuat saya kehilangan sosok yang sangat berarti.

Dengan secepat kilat, saya melesat ke Bekasi. Dari Ciledug, saya seperti sudah tidak merasakan sakit lagi. Tubuh enteng, batuk juga hilang. Malah sudah mulai berkeringat, tanda tubuh sudah ditinggalkan kelungkrahan. Saya bugar seketika.

Saya benar-benar baru menyadari, rupanya, tubuh saya sudah memberi sinyal akan kehilangan sosok yang sangat penting dalam hidup. Kang Tomo. Figur soleh dan sederhana yang memberi suri buat orang-orang di sekitarnya. Saya memiliki sejumlah panggilan untuk satu-satunya kakang ini. Kadang saya panggil Kang Dwi. Kang Tomo. Atau, lebih sering saya memanggilnya, Kiai.

Haji Dwidjo Utomo, memang  tokoh terpenting dalam trah. Ialah penengah, jurubicara, serta menjadi tempat bertanya, mengharap petuah, serta minta pengestu. Bagi keluarga besar Mbah Kasan, Kang Dwi menjadi tokoh sentral dalam mencari panutan. Sedangkan untuk brayat Mbah Kromo, Kang Dwi juga sosok yang sangat diharapkan ular-ular dan jalan keluar jika sedang ditimpa problematika hidup.

Dalam rentang usia yang tak panjang (padahal dalam sejarah trah, bapak, simbah, usianya panjang) peran Kang Dwi tak terganti. Sosok yang rela ngalah, bahkan untuk hal-hal yang sangat penting, menyangkut penghidupannya. Kang Dwi merelakan diri pindah dari Harian Merdeka, untuk memberi kesempatan pada saya yang juga ingin menjadi wartawan.

Pertanyaannya, mengapa Kang Dwi pindah? Bukankah, sudah jamak, ada kakak-adik, sudara-teman yang berada di satu kantor? Setelah masuk Harian Merdeka tahun 1994, saya tahu ada beberapa teman yang punya pertalian saudara. Lalu mengapa, Kang Dwi memilih pindah?

Pertanyaan itu baru terjawab setelah berpuluh-puluh tahun kemudian. Kang Dwi rupanya, tidak ingin ada ruang bagi saya untuk dikasihani, sehingga bisa benar-benar belajar menjadi wartawan yang sesungguhnya.

Alhamdulillah, setelah pindah dari Harian Merdeka, Kang Dwi masuk Harian Pelita, hingga koran itu ditutup. Berarti sejak tahun 1993 sampai akhir tahun 2018. Selanjutnya, lewat waktu singkat, saya memutuskan untuk Kang Dwi bersiap-sap memimpin koran pelita veris digital. Saat itu, saya sudah langsung membeli domain koranpelita.com.

Ini, sesungguhnya, bukan semata-mata soal bisnis. Saya bergerak cepat membuatkan Kang Dwi website, supaya tetap bisa beraktivitas. Saya tahu, namanya wartawan adalah orang paling sibuk sedunia. Pekerjaannya, seumur hidup, sepanjang hari selama 24 jam. Andai dia berhenti beraktivitas, hatinya akan langsung menciut.

Puji syukur, Kang Dwi hepi. Meski  menghidupkan website tidak mudah, tapi saya melihat Kang Dwi menikmati. Saya tahu, sambil sesekali momong cucu, Kang Dwi benar-benar ‘ngeloni’ koranpelita.

Tapi rupanya, Gusti kang hakaryo jagat berkehendak lain. Kang Dwi hanya tiga tahun ngeloni koran yang dicintainya. Tadi siang, selepas dzuhur, kami mengantarnya ke papan pamungkas, tempat peristirahatan terakhir.

Kepada para sahabat, mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya, apabila Kang Dwi pernah melakukan kesalahan, disengaja atau tidak disengaja. (*)

About redaksi

Check Also

PNS Kodiklatal Surabaya Gelar Aksi Donor Darah dalam Rangka HUT KORPRI ke-53 Tahun 2024

Surabaya, koranpelita.com Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) ke-53 Tahun 2024, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca