Jakarta,Koraneplita.com
Masyarakat didorong agar mendokumentasikan konten lokal daerah dalam bentuk tulisan. Dokumentasi perlu dilakukan agar kearifan lokal dari suatu daerah dapat diketahui oleh khalayak ramai.
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI melalui Perpusnas Press menyelenggarakan kegiatan Inkubator Literasi Pustaka Nasional yang merupakan momentum untuk memulai tradisi dan iklim kepenulisan.
Pemimpin Redaksi Perpusnas Press Edi Wiyono menyatakan Inkubator Literasi Pustaka Nasional merupakan upaya berkelanjutan untuk mendorong penguatan konten literasi, utamanya yang bertemakan nilai-nilai kearifan lokal.
Salah satu output dari kegiatan ini adalah lahirnya karya-karya yang dibukukan dan diterbitkan oleh Perpusnas Press. Diharapkan ke depannya, penetrasi literasi yang sudah dilakukan dapat lebih dirasakan di daerah. Sebagai informasi, pada 2020, Inkubator Literasi Pustaka Nasional diselenggarakan dan menghasilkan buku antologi yang memuat karya dari 15 penulis terpilih.
Perwakilan dari Perhimpunan Inkubator Literasi Muhammad Ivan mengungkap dewasa ini, literasi masih dilihat sebagai isu tunggal atau isu parsial. Padahal, literasi bukan isu baru dan tidak pernah tuntas karena sifat kehidupan manusia selalu dinamis. Untuk itu, berbagai kompleksitas dan kontradiksi yang ada di dalamnya, menuntut agar kegiatan komunitas literasi terus dibarui.
Di sisi lain, menurutnya, literasi berkaitan dengan aktivitas menulis. Literasi dinilai tidak berkaitan secara langsung dengan ekonomi, hingga membuat banyak orang mengurungkan diri untuk mulai menulis. “Peran inkubator literasi pustaka di sini adalah untuk mengakomodir tradisi yang beredar di lapisan akar rumput,” ungkapnya.
Pustakawan BMKG Bima Endaryono mengungkapkan literasi sangat penting dalam upaya mencerdaskan masyarakat. Pengalaman bekerja mendorongnya agar lebih berusaha menyebar pengetahuan tentang perubahan iklim. Saat ini, iklim bumi sudah termasuk dalam kategori ekstrem. Setiap tahun, suhu bumi naik setengah derajat sehingga menghasilkan iklim yang sangat panas. Bima berpendapat dibutuhkan penanaman dan penghijauan untuk mengantisipasi kenaikan suhu di bumi.
“Setelah berkeliling ke beberapa tempat, saya dan teman-teman mendapati bahwa pohon kurma yang mampu hidup dalam suhu 2-40 derajat adalah yang paling cocok untuk ditanam guna memperbaiki iklim di bumi,” ujar penulis terseleksi Inkubator Literasi Pustaka Nasional tahun 2020 tersebut.
Pustakawan Perpusnas Ansyari Tantawi Nasution berkisah banyak pengetahuan tentang bencana yang belum diketahui, akibat kurangnya bahan bacaan mengenai manajemen bencana. Karenanya, saat mengenyam pendidikan tingkat tinggi, tugas akhirnya mengangkat tema manajemen bencana.
“Sebenarnya manusia Indonesia sudah berteman dengan gempa, tapi sekarang ketika bencana itu terjadi, mereka bingung harus apa. Ini menjadi salah satu tugas pustakawan untuk menggali kemampuan-kemampuan leluhur kita,” paparnya dalam gelar wicara dengan tema “Kearifan Lokal dan Memperkuat Literasi” di gelaran Perpusnas Writers Festival 2021. Kegiatan ini diselenggarakan secara daring, pada Jumat (18/6/2021).
Tantawi menambahkan kegiatan Inkubator Literasi Pustaka Nasional bisa dijadikan sebagai wadah untuk menularkan atau menuangkan inspirasi yang dimiliki.
Pada kesempatan yang sama, Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Cabang Jember Marisa Latifa membeberkan beberapa upaya yang sudah dilakukan untuk meningkatkan lokal konten mengenai wisata dan UMKM di Jember. Salah satunya dengan menggaet para penulis muda. Adapun strateginya dengan mempromosikan program tersebut, baik melalui media massa maupun media sosial.
“Kami coba menyelaraskan tugas-tugas dari Bank Indonesia dengan lebih terperinci pada pengembangan potensi ekowisata akan produk-produk UMKM yang ada di wilayah kerja kami,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan Kota Tebing Tinggi Khairil Anwar mengapresiasi kegiatan Inkubator Literasi Pustaka Nasional karena melihat tingginya potensi menulis di Tebing Tinggi. Dia optimis masih banyak generasi muda yang peduli dan ingin mengangkat kearifan lokal budaya untuk menjadi kekayaan di masa depan agar bisa diwarisi oleh generasi berikutnya.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok Siti Chaerijah Aurijah memaparkan kearifan lokal dalam bingkai literasi di Kota Depok berkaitan dengan aspek sejarah, antropologi, budaya, dan geografi. Dia menjelaskan, subyek-subyek tersebut menjadi tampilan menarik untuk dikaji, ditulis, dan diabadikan dalam sebuah dokumentasi yang kelak dibutuhkan masyarakat.
Pendiri Ruang Baca Komunitas Sofian Munawar menjabarkan telah menyebarluaskan kegiatan inkubator literasi pustaka ke kalangan muda seperti mahasiswa atau santri. “Kami mencoba roadshow dengan mendatangi semua kampus. Mudah-mudahan melalui inkubator literasi pustaka bisa menjawab permasalahan kurangnya sumber bahan bacaan,” harapnya. (Vin)