Besok pagi hingga petang, Minggu, 13 Juni 2021, masyarakat perantau Kulon Progo di Jabodetabek, akan bertemu dalam sebuah acara Syawalan. Selain temu kangen, akan ada pergelaran wayang kulit dengan dalang Ki Bagas Giyanto, yang dikenal sebagai dalang asal Kulon Progo.
Menurut Sukidi, Ketua Panitia Syawalan Warga Kulon Progo di Jabodetabek, undangan sangat terbatas. Dari kapasitas Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang lebih dari 500 orang, hanya ada 148 undangan.
“Tidak semua bisa hadir, karena beberapa sudah mengonfirmasi berhalangan. Jadi, kemungkinan, tidak lebih dari 100 orang. Itu sudah ditambah panitia. Jadi, soal protokol kesehatan, bisa sangat dijaga,” jelasnya.
Syawalan dan wayangan ini, tambah Pak Kidi, merupakan upaya ngumpulke balung pisah. Atau mempertemukan kembali saudara yang terpisah oleh karena jarak dan waktu. “Memang tidak bisa mengundang banyak orang. Tapi masyarakat yang tidak dapat undangan, diundang mengikuti acaraini lewat sosmed. Nanti akan kita siarkan secara langsung secara streaming di beberapa aplikasi sosial media. Termasuk youtube,” ungkapnya.
Acara yang diselenggarakan oleh Koperasi Konsumen Nasional Kulon Progo Sejahtera ini, didukung oleh sejumlah sponsor. Yang menjadi sponsor utama adalah Kementerian Sosial, kemudian para pengusaha Kulon Progo yang suskes di Jakarta.
“Misalnya saja perusahan milik Pak Paiman, Menata Citra Selaran. Juga perusahaan milik Ibu Warjinem, Ciptaning Wira Raharja,” tutur Sukidi, perantau dari kawasan Karangwuni, yang juga alumni SMEA Negeri Wates.
Syawalan perantau Kulon Progo pada hari Minggu pagi hingga sore, akan semakin penuh makna, karena penampilan Ki Bagas Giyanto. Dalang kelahiran Kulon Progo ini, siap membawakan lakon Wiratha Parwa atau para pecinta wayang mengenalnya dengan lakon Pandawa Kumpul.
Ini merupakan cerita klasik yang mengisahkan para ksatria Pandawa hidup terlunta-lunta, dengan berbagai tragedi, pasca kalah bermain dadu dengan Kurawa. Banyak penggalan yang menarik dicermati dalam lakon ini.
Salah satu makna yang mendalam dari lakon ini, adalah peran anak-anak muda yang tersingkir dalam memperbaiki tatanan kehidupan, serta mengalahkan kejahatan yang dilakukan bala Kurawa.
Kemenangan Bima yang menyamar sebagai Jagal Abilawa mengusir kerusuhan di Wiratha, adalah salah satu peran pemuda yang penting, di saat tokoh-tokoh tua tidak mampu menandingi musuh negeri.
“Pandawa Kumpul bercerita tentang perjalanan lima ksatria Pandawa saat menjalani satu tahun terakhir hukuman, setelah kalah bermain dadu. 12 tahun dilewati dalam penyamaran yang sukses, kemudian ditambah satu tahun menjadi batur di Wiratha,” jelas Ki Bagas.
Banyak makna, menurut dalang dari Cerme Panjatan Kulon Progo ini, yang bisa dipetik dari lakon Pandawa Kumpul. “Setidaknya dengan wayangan ini, kita ingin menyebarkan semangat nyawiji. Bisa juga dimaknai, saatnya masyarakat Kulon Progo bersatu. Ati pakarti nyawiji,” kata Ki Bagas Giyanto.(sat)