Lhokseumawe, Koran Pelita.com
Penceramah Nuzul Al Qur’an yang di isi oleh Ustad Abdul Halim Lc di Mushalla Al Ikhlas Tumpok Tengoh Kota lhokseumawe menegaskan sebagian besar pemeluk agama cenderung menampilkan formalitas ritual ibadahnya di bulan Ramadhan tentunya untuk menunjukkan jatidiri mereka dalam beragama, mereka melakukan ketaatan beribadahnya kepada Allah Swt dengan mengerahkan seluruh kemampuannya dalam melaksanakan ajaran agamanya seperti di sepanjang bulan Ramadhan.
Tetapi pada saat yang sama ada sekelompok manusia yang tidak ada beban apapun dengan ibadah karena memang mereka tidak melakukan apa- apa alias tidak berpuasa dan shalat, mereka justru meninggalkan esensi ibadah yang sangat berharga dalam kesehariannya. Kelompok ini sering kita lihat mereka yang tidak mau berpuasa, sebutnya.
Ustadz Abdul Halim, alumni Timur Tengah tersebut menguraikan, Dalam melaksanakan amal saleh untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt tidak terbatas apa yang ada dalam rukun Islam lima saja, ini menunjukkan bahwa kebaikan seseorang tidak cukup dengan melakukan kesalehan untuk dirinya sendiri, tetapi akan lebih sempurna ketika ia melakukan kesalehan disamping untuk kepentingan dirinya sendiri, juga untuk kepentingan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu dalam kesempatan yang singkat itu beliau hanya menguraikan dua demensi ibadah yakni ibadah religius individual dan sosial.
Karena itu, dalam ibadah individual seperti shalat yang dimulai dari takbir hingga salam dimana segala urusan duniawi tentu diputuskan karena sedang online dengan zat yang maha sempurna juga pada ibadah mahdah lainnya.
Jadi, kesalehan yang ideal menurut Al-Qur’an adalah kesalehan yang memadukan secara sinergis antara kesalehan individual dan kesalehan sosial. Perpaduan tersebut, boleh jadi, karena dalam setiap kesalehan individual terdapat unsur kesalehan sosial, demikian pula sebaliknya.
Persoalannya adalah kesalehan individual tidak dapat diukur ketika tetap dalam bingkainya. kesalehan individual akan lebih terukur jika ia telah membumi dalam ranah kesalehan sosial. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa kesalehan-kesalehan individual tanpa kesalehan sosial adalah kesalehan yang tidak berarti bagi kehidupan sosial.Dari sini kelihatan, bahwa kesalehan terdiri dua jenis: kesalehan individu dan kesalehan sosial.
Oleh karena itu, penting kiranya untuk menanamkan keyakinan kepada masyarakat luas tentang definisi ibadah secara individual secara tepat, bahwa lingkup kesalehan tidak dibatasi pada kegiatan ibadah individu saja, tetapi juga mencakup kesalehan secara kolektif(sosial) , inilah puncak peradaban ibadah manusia. Demikian ustadz Abdul Halim menutup ceramahnya. (Man)