Semarang,koranpelita.com
Situasi yang belum baik ini sektor industri transportasi yang paling terdampak dalam pandemi covid-19. Apalagi adanya aturan larangan mudik yang membuat usaha transportasi ini, bakal mengalami kerugian tidak sedikit.
Ketua Bidang AKAP dan Aglomerasi Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jateng Hadi Mustofa mengatakan, mobilitas masyarakat dalam mudik lebaran dapat mendongkrak usahanya transportasi bangkit. Namun kondisi itu diharapkan dapat mendongkrak perekonomian daerah yang sempat terkontraksi, memburuk selama pandemi.
” Hanya kebijakan pemerintah yang melarang mudik, semakin mengancam usaha transportasi di ambang kebangkrutan, selain kasus Covid yang belum berakhir telah membuat kelangsungan usahanya tersendat,” ujarnya dalam diskusi prince topik yang digelar Trijaya FM di Hotel Normans Semarang, Selasa ( 27/4/2021).
Diakuinya, dalam antisipasi persebaran covid ini, memang harus ada yang dikorbankan. Para pelaku industri transportasi beserta awaknya, terutama di angkutan darat yang biasanya panen di saat lebaran. ” Jadi lebaran kali kali ini harus gigit jari,” ungkapnya dalam dialog Prime Topic yang mengangkat tema Tidak Mudik Untuk Keselamatan Bersama.
Menurut Hadi, para pengusaha angkutan selama pandemi tidak ada satupun yang mampu memperoleh keuntungan, justru harus mengeluarkan biaya operasional yang tidak sedikit. Bahkan pendapatan awak angkutan bisa dikatakan lebih kecil daripada buruh bangunan.
Sebelum pandemi, lanjutnya, awak angkutan tidak terdaftar sebagai warga miskin. Namun, ketika pandemi langsung menjadi warga paling miskin. Banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan. Sudah banyak keluhan dari para pelaku usaha dan awak transportasi angkutan darat.
Bahkan di saat golongan warga lain mengantre di bank untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah, awak angkutan tidak mendapatkannya. Dengan demikian, pengusaha angkutan mengaharapkan adanya perhatian dari pemerintah terhadap nasib para pengusaha dan awak angkutan transportasi darat.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menuturkan, ada sektor yang terdampak yang harus menjadi perhatian serius pemerintah. Tidak hanya pengusaha, tapi juga awak atau pengemudi transportasi angkutan darat.
“Kalau pilot masinis mereka kan gaji bulanan. Kalau sopir kan upah, kalau tidak kerja ya tidak dapat uang. Semoga mereka dapat perhatian. Tahun lalu, pemerintah pusat memberikan subsidi, tapi agak kurang tepat sasaran karena Organda tidak diajak. Bukan soal jumlahnya, tapi perhatiannya,” tutur akademisi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang ini.(sup)