SERINGKALI kita mendengar kalimat, ‘sakbegja-begjaning wong iku wong kang tansah eling lan waspada’. Tapi seringkali begja dimaknai hanya dalam dimensi material.
Itulah yang diungkap oleh Sohib, Kyai muda yang juga aktifis Lesbumi Patebon, Kendal di Rice Muller, Lanji, Patebon, Sabtu (24/4), pada putaran kedua Ngaji Budaya LESBUMI (Lembaga Seniman & Budayawan Muslimin Indonesia) Patebon.
Pemaknaan yang begitu material itulah yang kemudian begja atau untung ditautkan dengan keberadaan seberapa banyak harta yang dimiliki, lanjutnya.
Lebih lanjut Misbahul Munir, Budayawan Ketua Lesbumi Patebon sekaligus Ketua PC GP Ansor Kendal mengungkapkan bahwa begja lebih merupakan situasi di mana kita berada dalam lingkup syukur. Bahkan seorang fakirpun kalau dia selalu senantiasa bersabar dan bersyukur, maka derajatnya akan dinaikkan. Dan inilah yang disebut begja.
Lebih jauh, Sohib menjelaskan bahwa begja paling tidak memiliki tiga matra yang harus dipenuhi, yaitu; sabar, senantiasa berdzikir dan bersyukur. Jika matra tersebut dimiliki oleh seseorang, maka ia bisa disebut manusia utama dan begja.
Ngaji Budaya merupakan program kebudayaan Lesbumi Patebon dalam mengisi bulan Ramadhan. Pada gelaran kali ini, selain sessi ngaji Budaya yang dikemas secara talkshow santai, juga dimeriahkan dengan penampilan musikalisasi puisi oleh Akar Jerami dan pembacaan puisi oleh Kristianingtyas dari Lestra/SeBUMI. (Kelana/dohand)