Koranpelita—– Kota Semarang, Jawa Tengah, sejak dahulu dikenal sebagai daerah rawan banjir. Sehingga musisi di wilayah itu, membuat sebuah lagu berjudul ” Semarang Kaline Banjir’ (Sungai di Semarang sering meluap menimbulkan banjir).
Maka, wajar jika Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), merealisasi berbagai program pengendalian banjir. Misalnya pembangunan Bendungan Jatibarang, pengadaan pompa air hingga perbaikan saluran dan sejumlah program lain . Termasuk infrastruktur pengendali banjir rob di Semarang. Alasannya wilayah ini kerap tergenang air akibat kenaikan permukaan air laut.sehingga berbagai pihak termasuk lembaga survei Core Indonesia, menilai efektif membangun tanggul pengendali banjir rob.
Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dengan beroperasinya pompa di Sungai Sringin dan Tenggang sudah dapat mengatasi banjir rob yang psering menggenangi beberapa wilayah di Semarang seperti Genuk, Kaligawe, dan sekitarnya.
Untuk menahan limpasan rob, dibangun tanggul rob yang membentang sepanjang 2,17 km dari Kampus Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), melingkari kawasan industri Terboyo hingga Kali Sringin.
“Saya instruksikan juga sepanjang tanggul dirapikan dengan penerangan yang baik, ditanami pohon, sehingga bisa digunakan untuk aktivitas sosial bahkan olahraga, seperti untuk dayung,” kata Menteri Basuki.
Diperoleh keterangan lain, Kementerian PUPR melalui BBWS Pemali Juana bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang sejak Desember 2016 telah memulai pembangunan pengendali banjir rob Semarang yang dibagi dalam dua paket pekerjaan, yakni Sistem Polder Sringin dan Tenggang.
Pekerjaan Paket I mencakup pembuatan kolam retensi Banjardowo berkapasitas 30 ribu m3, normalisasi serta perbaikan parapet Kali Sringin, pembangunan pintu muara dan Polder Kali Sringin dengan tanggul dari Kali Tenggang ke Sringin.
Polder Sringin tersebut dilengkapi dengan pompa berkapasitas 5 x 2 m3 per detik yang dapat berfungsi memompa air rob kembali ke laut. Pekerjaan paket I dilakukan lewat sistem Kerja Sama Operasi (KSO) antara kontraktor PT ADHI-PT Basuki dengan pendanaan APBN 2016-2019 senilai Rp 202,12 miliar.
Sedangkan untuk pekerjaan Paket II berupa pembuatan kolam retensi Rusunawa Kaligawe berkapasitas 66 ribu m3, pembangunan pintu muara dan Polder Tenggang di muara Kali Tenggang dengan tanggul penahan di kawasan terminal dan industri Terboyo. Selain itu, normalisasi sekaligus perbaikan parapet Kali Tenggang.
Polder Tenggang dilengkapi pompa berkapasitas 6 x 2 m3 per detik. Pekerjaan paket II dilakukan kontraktor PT. WIKA -PT. AMB (KSO) dengan pendanaan APBN 2016-2019 senilai Rp 259,26 miliar. “Semarang punya 5 polder untuk mengatasi banjir rob.
Selain pembangunan polder, Semarang juga memiliki proyek pembangunan bendung gerak/karet di sungai Kanal Banjir Barat (KBB).
Saat musim hujan, air yang masuk di Sungai KBB akan ditahan bendung tersebut. Ketika ketinggian air mencapai elevasi 2,5 meter, air langsung didorong oleh karet bendungan ke hilir sungai dan masuk ke laut.
Saat musim kemarau bendung karet sepanjang 155,5 meter tersebut juga berfungsi sebagai long storage yang dapat menampung sekitar 700 ribu m3 air.
Menteri Basuki mengingatkan kembali pentingnya kebersamaan dan kolaborasi seluruh pihak yang menjadi syarat utama bagi keberhasilan dalam pengelolaan risiko banjir. “Kebersamaan dan kolaborasi harus terus diupayakan sehingga semuanya dapat memahami siapa yang sedang bekerja dan program yang dilaksanakan, termasuk pentingnya keterlibatan masyarakat,” jelasnya. (Otto Sutoto/kompu)