Koranpelita—–Kementerian PUPR, selalu membenahi aliran sungai yang utamanya rusak akibat banjir. Begitu juga aliran sungai di Desa Tugu, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Hujan dengan intensitas tinggi selama dua hari, pada Bulan Februari lalu, membuat wilayah ini dilanda banjir. Kondisi banjir semakin parah karena air kali yang ada di sana sempat melimpas ke rumah warga. Bahkan tanggul yang berada di Sungai Tugu pun jebol akibat derasnya air.
Menurut sejumlah warga yang dihubungi saat itu mencapai hampir satu meter. Intensitas hujan yang deras dan lama membuat tanggul sungai jebol. Imbasnya air dari sungai itu melimpas ke jalan maupun permukiman warga.
Melihat kondisi itu, Kementerian PUPR langsung merealisasi Program Pengendali Banjir, melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana dengan kontraktor PT Adhi Karya.
Pekerjaan meliputi pemasangan 3.000 tiang pancang, untuk kawasan sepanjang empat kilometer. Direncanakan pekerjaan ini selesai di tahun 2023. Perusahaan plat merah ini tidak hanya melaksanakan kegiatan pemasangan ring pancang saja melainkan menata keberadaan sungai yang bagian hilir mulai menyempit.
Lebar sungai akan disamaratakan menjadi 25 meter.Selama ini lebarnya variatif. Ada yang selebar sepuluh meter, ada yang lebih dan ada yang kurang.
Untuk.menserasikan lebar sungai PT Adhi Karya melakukan pendekatan kepada warga agar rumahnya mau digeser atau lahan warga yang berada di tepi sungai bagian hulu akan dibebaskan.
“Pembebasan lahan sudah kita lakukan tapi belum seluruhnya, ” kata Manajer Project K3 PT Adhi Karya, Joko Susilo.
Ditegaskannya, kegiatan yang dilaksanakan PT Adhi Karya, sudah berjalan sejak wilayah itu dilanda banjir, beberapa bulan lalu.
Proyek ini direalisasi agar masyarakat disekitar sungai terhindar banjir.Akan tetapi, sekelompok warga mengatasnamakan RT/RW, meminta kendaraan pembawa material tiang pancang, hanya beroperasi pada malam har, sekitar pukul 21.00 WIB hingga dini hari. Alasannya, mengganggu aktifitas warga jika kendaraan truk beroperasi siang malam.
Permintaan warga ini bisa menyebabkan pekerjaan lamban karena material tiang pancang, terbatas tidak sesuai dengan rencana semula.
Padahal, pihaknya sudah memberikan uang debu sebesar Rp9 jutal bulan. Hanya saja warga meminta agar pihaknya memberikan dana Rp16 juta/ bulan. ” Itulah kenyataan di lapangan. Warga sebenarnya mengetahui manfaat proyek ini untuk hindari banjir tapi mereka hanya melihat bahwa proyek ini dianggap sesuatu yang memiliki benefit yang baik. Kita masih terus lakukan pendekatan, memberikan pemahaman dengan baik dan sabarenyikapinya,” kata Joko Susilo. (Otto Sutoto/kompu)