KORANPELITA–Benar benar unik. Bendungan Jatibarang berada di tengah Kota Semarang Jawa Tengah, dan dikelilingi beragam perbukitan.
Bendungan yang utamanya untuk antisipasi banjir di Ibukota Jawa Tengah, tidak menghilangkan keberadaan gua yg dulunya digunakan Sunan Kalijaga, mencari kayu untuk membangun Masjid Demak. Kini, gua itu dihuni ratusan kera berbuntut panjang.
Sehingga wisatawan yang datang ingin melihat suasana asri dan sejuk di bendungan semakin betah. Indahnya bendungan yang senantiasa ada air bersih.
Untuk membuktikan kejernihan dan keindahan bendungan ini, wisatawan yang datang bisa menggunakan perahu mengelilingii bendungan dengan naik perahu.
Maka, rasanya tidak lengkap jika wisatawan datang ke Kota Semarang tidak lengkap jika tidak menikmati suasana destinasi wisata Bendungan Jatibarang.
Secara teknis, bendungan yang diresmikan tahun 2015, cukup indah dan bagus.
Bukan hanya indah lokasinya tetapi bendungan ini dilengkapi dengan panel Surya yang dipasang disepanjang bendungan. Panel itu menghasilkan kapasitas listrik 300 KWH.”ini untuk operasional bendungan dan objek wisata,” kata Koordinator Pengelola Bendungan Jatibarang, Didik Juliyanto. mengenai kapasitas air tercatat 20,4 juta meter kubik. Sehingga mampu mengurangi risiko banjir di Kota Semarang, sebesar 2,7 juta meter kubik. .Bendungan yang terletak di Desa Kandri, Gunungpati, Semarang bisa menjadi air baku 1.050 meter perdetik.
Sedangkan muka air, bendungan dengan kuas genangan 184 hektar, maksimum 155, 30 dan elevasi puncak 157 meter dari panjang puncak 200 meter.
Bendungan ini disebut berjenis panoramik dan ekosistemik karena
Suasana alam nan asri tetap terlihat dan diwarnai adanya komunitas kera ekor panjang.
“Tipe bendungan ini adalah urugan batu berzona dengan inti tegak. Tinggi di atas pondasi 157 meter, panjang puncak 200 meter, lebar 10 meter,” ujarnya.
Selain pengendali banjir dan kebutuhan air baku, juga bermanfaat mengurangi kerusakan akibat banjir di sepanjang Sungai Kaligarang dan Sungai Kanal Banjir Barat, maupun kualitas lingkungan di sana. “Sekaligus meningkatkan fungsi konservasi di DAS Kali Garang, ” tuturnya.
Didik pun banyak bercerita soal kondisi sekarang maupun sebelum pembangunan dimulai. Awalnya dilakukan pengalihan aliran Sungai Kreo dan gua yang ada di bukit dibiarkan berada di tengah bendungan. Untuk menuju lokasi itu, ada jembatan yang membelah bendungan menghubungkan ke Goa Kreo.
Primadona
Bendungan ini memang disebut wisatawan sebagai primadona saat traveler berkunjung ke Kota Semarang.
Kombinasi perbukitan, gua alam, dan air bendungan memang menawarkan keunikan berbeda dengan obyek wisata bendungan lainnya. “Ada 98 alat pantau gerakan tanah termasuk gempa di bawah bendungan,” tambah Didik.
Menjawab pertanyaan soal pencemaran bendungan masih rendah. ” Enceng gondok secara rutin dibersihkan bersama kelompok masyarakat di sini. Cuma ada petani yang masih belum sadar sehingga sering membuang sisa padi di tepi bendungan. Selain itu banyak pemancing nakal suka beroperasi di bagian barat bendungan. Padahal lokasi itu dilarang. “Kita sering bertikai dengan pemancing liar yang enggan memanfaatkan lokasi pemancingan yg resmi,” jelas Didik.
Maka, pihaknya mengusulkan agar pagar di tepi bendungan ditinggikan menjadi dua meter. Selama ini pagar itu hanya setinggi satu meter sehingga pemancing liar bisa melompat. ” Alat CCTV memang ada tapi ya….begitulah. Untuk mengurangi sedimen kita usulkan dibangun Cek Dam, di hulu dan di bagian lain dipasang penyaring.
Masyarakatpun siap bantu operasional bendungan terutama kelompok sadar wisata yg terbentuk,” tuturnya
Persoalan lain yang menjadi ganjalan pengelola adalah banyak lampu penerang mati karena dirusak kera yang ada di sana.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, saat berkunjung ke sana juga mengakuinya. “Banyak sekali satwa-satwa seperti kera. Hal ini menjadi tantangan dalam perawatan dan pengoperasian panel surya,” ungkapnya.
Pembangunan panel surya ini,kata Menteri Basuki, merupakan proyek percontohan dalam rangka mengoptimalkan aset bendungan.
Fungsi utama bendungan, lanjutnya, untuk penyediaan air baku dan pengendalian banjir di Kota Semarang melalui Kali Kreo, Kali Garang, dan Banjir Kanal Barat.Bendungan ini dibangun setelah sebelumnya di Kota Semarang dilanda banjir bandang tahun 1973, 1988, 1999, dan 1993. (Otto Sutoto/kompu)