Banjarmasin, Koranpelita.com
Masa kepemimpinan H. Sahbirin Noor dan Rudy Resnawan selama lima tahun terakhir meninggalkan banyak kesan mendalam dan membekas di hati rakyat.
Hal itu diungkapkan salahsatu tokoh daerah, yaitu Habaib Banua, Sayid Ali Zainal Abidin Al Ahdal putra dari Habib Muhammad bin Ibrahim Al Ahdal, yang merasakan betul sentuhan Paman Birin – Rudy. saat memimpin di Provinsi 13 Kabupaten/kota.
“Sangat merakyat. Fenomenal ini yang dirasakan masyarakat Banua,” ucapnya, Senin (12/4/2021).
Paman Birin di mata rakyat adalah sosok yang mengutamakan silaturahmi. Jika ada undangan perkawinan warga, ia sebisa mungkin datang untuk menghormati pengundang. Terkadang, suami Hj Raudatul Jannah ini memberikan bantuan, berupa uang atau sembako. Jika didaulat menyanyi, ia tak menampik. Tamu dan tuan rumah pun gembira.
“Paman Birin sungguh pandai menggemberikan hati rakyat,” ucap saudara dari anak Abah Guru Sekumpul, Habib Ahmad Al Ahdal ini.
Diapun merasa miris, karena ketulusan Paman Birin sering disalahartikan oleh lawan politik. Dibuli, dicela, bahkan dihina. Memojokan sedikit kesalahan tanpa mau mengerti apa yang terjadi sebenarnya.
“Termasuk apa yang dilakukan Paman Birin saat memimpin Kalsel. Selalu saja dikritik. Namanya juga politik, tetapi sesungguhnya masyarakat memahami benar, apa yang sebernarnya,” ujarnya.
Dalam catatan kedua habaib, selama Paman Birin memimpin Banua, banyak prestasi yang ditorehkan. Seperti, membangun dan menjadikan Pelabuhan Swarangan di Tanah Laut sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) pada tahun 2016.
Paman Birin bersama Bupati Tanah Laut kala itu, Bambang Alamsyah berjuang menjadikan Pelabuhan Swarangan sebagai pelabuhan alternatif penumpang dan barang. Mengingat Pelabuhan Trisakti di Banjarmasin sudah kurang layak. Kapal bertonase besar terkadang sulit masuk di Alur Sungai Barito, sebab dipengaruhi pasang surut air.
“Sayangnya, dikarenakan Bambang Alamsyah digantikan bupati terpilih H Sukamta, pelabuhan tersebut stagnan atau belum berjalan sesuai yang diharapkan. Bayangkan jika pelabuhan itu berjalan sesuai rencana, pasti Tanah Laut menjadi sebuah kota pelabuhan dan perdagangan yang berkembang,” tuturnya.
Catatan prestasi lainnya, Paman Birin semasa menjabat Gubernur Kalsel dan Bambang Alamsyah juga mengundang dan mengajak investor dari Korea, Samsung Grup. Rencananya membangun pabrik jagung di Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut.
Keduanya ingin agar harga jagung di Kalsel stabil dan petaninya sejahtera. Bahkan bisa ekspor ke luar negeri, seperti Filipina. Terkoneksi dengan Pelabuhan Swarangan, bukan mustahil Kalsel menjadi provinsi pengekspor jagung.
Masih di Tanah Laut, Paman Birin bersama bupati setempat juga memodernisasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H Boejasin. Kini, rumah sakit tersebut punya gedung yang megah, dengan pelayanan kesehatan yang maksimal.
Bersama Wali Kota Banjarbaru dan Bupati Banjar, Paman Birin juga menggagas destinasi wisata di Kiram. Terobosan itu untuk menyikapi kurangnya tempat wisata gratis bagi masyarakat Banua. Kawasan yang masuk dua wilayah di Kalsel itu ditata dengan apik dan nyaman bagi penikmat alam.
Di Banjarbaru, Paman Birin bersama almarhum Wali Kota Nadjmi Adhani, membangun Pasar Bauntung di Jalan H Idak Banjarbaru. Pasar tersebut kini mulai dinikmat fasilitasnya, baik oleh pedagang, maupun warga yang berbelanja.
Di masa kepemimpinan Paman Birin pula, sebuah proyek besar terpatri di Kalsel. Di Kabupaten Tapin, sebuah bendungan besar dibangun di jajaran Pegunungan Meratus. Bendungan itu kini telah beroperasi. Hasilnya, selain mencegah banjir, juga mampu mengairi areal sawah petani.
“Dalam beberapa perbincangan, Paman Birin punya rencana untuk membangun bendungan-bendungan lain, seperti di Tapin itu. Tetapi, periodesasi kepemimpinan terbatas. Lima tahun tak cukup untuk mewujudkan impian tersebut. Harus dilanjutkan,” tegas Sayid Ali Zainal Abidin Al Ahdal.
Dari karakter kepemimpinan, pengalaman, kecerdasan, terobosan dan prestasi yang ditorehkan Paman Birin itu, pantaslah jika ia dipilih kembali oleh masyarakat.
“Kami lebih memilih Paman Birin. Ingat jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah kehancurannya,” pungkas alumni Pondok Pesantren Pamangkih dan Al Falah ini. (pik)