Jakarta,Koranpelita.com
Pandemi Covid-19 di Indonesia telah berlangsung selama satu tahun sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus perdana pada 2 Maret 2020.
Hingga saat ini, kasus penyebaran virus yang pertama kali disebut menyebar di Wuhan, China tersebut belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Bahkan beberapa hari terakhir, kasusnya semakin melonjak.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kasus pandemi covid-19 ini butuh waktu yang lama untuk menjadi epidemi. Meski demikian, pandemi memunculkan terjadinya perubahan perilaku yag masif di masyarakat terutama yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan.
“Sejak dahulu, setiap ada kejadian pandemi, maka manusia akan beradaptasi dengan pola perilaku baru yang tujuannya agar tidak tertular oleh pandemi,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin saat menjadi keynote speech pada Webinar yang digelar RS Premier Bintaro bertema “One Year Living With Covid-19, What’s Next”, Minggu (14/3/2021).
Perubahan perilaku tersebut menurut Budi, harus dilakukan oleh masyarakat dimana peran guru dan ibu menjadi dominan. Pasalnya, pandemi covid-19 diyakini bakal melahirkan perubahan perilaku masyarakat terutama dalam hal kesehatan. Perubahan perilaku tersebut merupakan respon setiap umat manusia untuk bisa tetap survive di tengah pandemi yang dialaminya.
Dengan demikian, untuk merespon epidemi global tersebut butuh perubahan perilaku. Ada 4 pilar yang ditetapkan WHO untuk merespon terhadap pandemi.
Pertama, perlu adanya public health system. “ Peran Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) sangat penting dalam perubahan perilaku masyarakat. Rumus mengatasi pandemi adalah bagaimana menurunkan laju penularan,” kata Budi Gunadi.
Kedua, harus serius, disiplin dan berbasis data. Ia menambahkan, berdasarkan data empiris, dari 1000 yang tertular, 800 akan sembuh sendiri.
Ketiga, lakukan vaksin secepat mungkin terutama untuk lansia dan tenaga kesehatan. Keempat, sasar orang yang sakit dan mereka harus ditangani dengan baik. “Kita harus bikin standar perilaku yang baru. Teman-teman FKM memimpin perubahan perilaku publik.” lanjutnya.
Selain 4 pilar tersebut, Menkes juga mendorong perlunya adaptasi treatment medis. Sebab selama pandemi Covid-19, tentu kontak pasien non Covid-19 dengan dokter atau dengan rumah sakit jauh berkurang. “Jadi harus ada adaptasi penanganan medis, misal dengan health talk, konsultasi medis melalui sambungan telepon dan lainnya,” kata Menkes.
Menurut Menkes, perubahan perilaku tersebut tidak mungkin diciptakan oleh Kementerian Kesehatan. Masyarakatlah yang mesti memiliki kesadaran untuk berubah. Karena perubahan perilaku ini sifatnya harus permanen, tidak hanya dilakukan saat terjadi pandemi. “Setelah pandemi, nanti kan jadi epidemi global. Semua negara akan berjuang untuk mencapai eradikasi,” tambah Menkes.
Ia mencontohkan pandemi black death di Eropa ratusan tahun yang lalu. Pandemi terbesar sepanjang sejarah tersebut dapat menghasilkan perubahan perilaku pada masyarakat, bagaimana orang lebih peduli untuk mencuci tangan, menggosok gigi pakai pasta gigi, membuang sampah pada tempatnya dan lainnya.
Hal itu juga dijumpai pada pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak setahun lalu. Perubahan perilaku masyarakat yang rajin mencuci tangan, atau menggunakan masker, memang terlihat kecil tapi bisa menghasilkan perubahan yang cukup besar. “Sejak dahulu, setiap ada kejadian pandemi, maka manusia akan beradaptasi dengan pola perilaku baru yang tujuannya agar tidak tertular oleh pandemi,” kata Menkes
Pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof Dr Sabarinah mengatakan, pengendalian Covid-19 dapat dilakukan dengan pendekatan pentahelix dan diperlukan kolaborasi yang nyata.
Sedangkan, Direktur Utama RS Premier Bintaro dr Martha Siahaan, MARS MHKes mengatakan, Rumah Sakit Premier Bintaro menerapkan standar tinggi dalam mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
Pelayanan kepada pasien, keluarga dan masyarakat dapat tetap diberikan tanpa mengesampingkan prosedur sehingga dapat hidup berdampingan dengan pandemi secara baik. (Vin)