Sejarah Desa Gotakan (2)
Oleh Drs R Kawarna
* Penulis, Ketua Umum Saber Budaya Menoreh tinggal di Gotakan.
Menurut ceritanya pada waktu itu Raden Mas Sing Lon adalah prajurit kraton yang melarikan diri dari kejaran tentara Belanda. Dalam pelariannya tersebut Raden Mas Sing Lon akhirnya singgah dan bertempat tinggal di Padepokan / perguruan Kyai Gothak dengan mendalami ilmu olah kanuragan yang diajarkan oleh Kyai Gothak.
Kemudian karena ternyata Raden Mas Sing Lon merupakan murid yang paling patuh, pintar dan ternyata awal pertemuannya merupakan pertemuan antara sama-sama pejuang menentang pemerintah Hindia Belanda, sehingga sangat kebetulan (istilah bahasa Jawa : bisa gathuk).
Selanjutnya karena Kyai Gothak kebetulan mempunyai seorang putri maka akhirnya Raden Mas Sing Lon tersebut diambil sebagai menantu oleh Kyai Gothak dengan dikawinkan dengan putri Kyai Gothak tersebut dan kemudian diberi jejuluk / nama Kyai Sodewo.
Kemudian sebagai kenangan perjuangan Kyai Gothak dan Kyai Sodewo yang sama-sama berjuang melawan Belanda, sama-sama lari dari kerajaan untuk menyelamatkan diri dan melanjutkan perjuangan untuk menuntut kembalinya tanah kerajaan Mataram tersebut maka tempat persembunyian yang akhirnya didirikan padepokan tersebut atas kesepakatan mereka berdua diberi nama Padepokan Gotakan.
Mengapa diberi nama Gothakan? Karena terkandung maksud / mengandung makna bahwa antara Kyai Gothak dan Kyai Sodewo adalah sama-sama pelarian dari kerajaan Mataram karena kejaran tentara Belanda, ternyata bisa bertemu di tempat tersebut (berarti : Gathuk) dan bisa sama-sama selamat dari kejaran tentara Belanda (Gathuk lagi).
Selanjutnya di tempat tersebut Raden Mas Sing Lon ketemu jodoh putri Kyai Gothak (Gathuk lagi).
Lebih ringkasnya Gotakan berawal dari gathuke Kyai Gothak dengan Kyai Raden Mas Sing Lon (yang kemudian diberi jejuluk Kyai Sodewo), gathuke guru dengan murid, gathuke para pejuang melawan tentara Belanda, gathuke Raden Mas Sing Lon (Kyai Sodewo) dengan putri Kyai Gothak yang kemudian mereka hidup sebagai suami istri, yang ternyata mereka senasib seperjuangan dalam berjuang melawan penjajah Hindia Belanda.
Jadi pada dasarnya Desa Gotakan itu sebenarnya sudah ada sejak masa perang Pangeran Diponegoro, sejak adanya pertemuan antara guru dan murid (Kyai Gothak dan Kyai Sodewo ).
Selanjutnya perlu diketahui bahwa Kyai Gothak dan Kyai Sodewo memang merupakan sosok pahlawan yang pemberani, perkasa, sangat sakti.
Hal ini sesuai dengan legenda yang dipercaya oleh masyarakat, pada waktu Kyai Sodewo tertangkap Belanda, beliau tidak dapat mati dibunuh, kemudian setiap mati hidup lagi, mati hidup lagi sampai akhirnya Kyai Sodewo bisa mati setelah dipisahkan antara kepala dengan gembung (perut) kepalanya di jrangking / dianjang-anjang di gunung Songgo yang sampai sekarang terkenal sebagai Dusun Jerangking (wilayah Sentolo Kulon Progo).
Gembungnya (badannya) di makamkan di dekat pintu masuk pasar Wates tetapi ketika pasar Wates mau didirikan, maka makam gembung Kyai Sodewo tersebut konon ceritanya dipindahkan ke makam Sideman Giripeni.
Kemudian dari riwayat singkat tersebut oleh para punggawa desa pada waktu itu ditetapkan sebagai dasar mengapa desa ini diberi nama Desa Gotakan dan sebagaimana uraian di atas bahwa Desa Gotakan aslinya adalah wilayah yang sekarang menjadi Dusun VIII Desa Gotakan. ***