Gotakan Berasal Dari Zaman HB IV

Sejarah Desa (1)

Oleh Drs R Kawarna

Penulis, Ketua Umum Saber Budaya Menoreh tinggal di Gotakan.

Setiap desa tentunya mempunyai riwayat/ sejarah dan latar belakang yang menggambarkan karakter ataupun ciri kas yang berbeda dari suatu desa tersebut. Sejarah desa biasanya diketahui dari cerita ataupun dongeng para leluhur yang diwariskan secara turun-temurun dan berkembang di masyarakat dari pembicaraan mulut ke mulut, sehingga sulit untuk dibuktikan kebenarannya secara fisik.

Ada juga dan bahkan tidak jarang cerita/dongeng yang berkembang di masyarakat dari mulut ke mulut tersebut dihubung-hubungkan dengan mitos tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat. Ada pula yang dihubungkan dengan tradisi dan kondisi desa tersebut.

Kemudian dalam hal ini desa Gotakan juga memiliki riwayat seperti hal tersebut di atas yang kemudian merupakan identitas dari desa ini, yang kami tuangkan dalam kisah-kisah dan uraian seperti di bawah ini.

Dari beberapa sumber yang telah kami telusuri dan kami gali asal usul desa Gotakan tersebut memiliki banyak cerita yang cukup bervariasi.

Hal tersebut disebabkan oleh karena banyaknya informasi/masukan yang kami himpun dari para nara sumber.

Kemudian dari berbagai informasi dan masukan tersebut dipelajari satu persatu, diseleksi, mana yang dipandang paling akurat dan masuk logika serta layak untuk dipercaya, yang selanjutnya dijadikan pedoman dalam menyusun riwayat/sejarah “Berdirinya Desa Gotakan” dan “Mengapa desa ini diberi nama Desa Gotakan”.

Selanjutnya tentang riwayat/sejarah berdirinya desa Gotakan setelah kami menggali informasi dari beberapa sumber tersebut dapat kami simpulkan dan kami uraikan sebagai berikut.

Konon ceritanya di zaman penjajahan Belanda, di mana Indonesia pada waktu itu terdiri dari beberapa kerajaan yang dipimpin oleh para raja-raja.
Kemudian di Pulau Jawa terkenal dengan Kerajaan Mataram. Pada masa penjajahan Belanda tersebut banyak raja-raja yang dapat dihasut dan kemudian tunduk pada pemerintahan Hindia Belanda yang terkenal dengan politik adu domba dan tipu muslihatnya.

Konon ceritanya ketika Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IV di dalam tubuh Kerajaan Mataram terjadi perpecahan, karena para punggawa kraton banyak yang berpaling kepada Pemerintah Hindia Belanda.

Hal tersebut karena politik adu domba dan tipu muslihat dari pemerintah Hindia Belanda tersebut, dengan iming-iming suatu tahta /kedudukan. Bahkan pada masa pemerintahan Raja Mataram Sultan Hamengku Buwono IV tersebut sebagian tanah kerajaan Mataram sudah diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda.

Akan tetapi di antara punggawa kraton tersebut ada pula yang masih setia membela kerajaan Mataram dan menentang kebijakan kraton/kerajaan yang telah menyerahkan sebagian tanah/wilayah kerajaan tersebut sebagai tanah jajahan Belanda.

Para punggawa kraton /kerajaan yang membelot dan menentang pemerintah Hindia Belanda tersebut salah satunya adalah Pangeran Diponegoro (Putra dari Sultan Hamengko Buwono III).

Beliau sangat berani dan gigih memimpin para pendukungnya untuk menentang pemerintah Hindia Belanda.
Dalam perjuangannya Pangeran Diponegoro didukung oleh Basah Sentot Prawirodirdjo dan Kyai Mojo serta para punggawa kraton yang lain.

Mereka berjuang menentang / melawan penjajah Belanda untuk menuntut kemerdekaan dan kembalinya tanah wilayah Mataram, bahkan sampai terjadi perang besar yang terkenal dengan perang Diponegoro pada tahun 1825 sampai dengan Tahun 1830.

Akan tetapi karena pada masa perjuangan Pangeran Diponegoro karena persatuan dan kesatuan pada waktu itu belum terkondisikan, di samping itu karena tidak mempunyai persenjataan yang memadai sehingga akhirnya banyak pengikut/pendukung Pangeran Diponegoro yang tercerai berai tercecer di mana-mana dalam rangka untuk mencari selamat agar tidak tertangkap tentara Belanda sambil melakukan perlawanan sendiri-sendiri.

Selanjutnya salah satu pendukung Pangeran Diponegoro tersebut ada yang melarikan diri dan menyelamatkan diri (bersembunyi) di suatu tempat yang sekarang diberi nama Desa Gotakan  (catatan pada waktu itu desa Gotakan belum ada).

Pendukung Pangeran Diponegoro yang bersembunyi dan menyelamatkan diri ke suatu tempat yang sekarang menjadi desa Gotakan tersebut adalah Kyai Gothak.

Kyai Gothak adalah orang yang perkasa, berani dan sakti. Dia akhirnya mendirikan pedepokan / perguruan di mana para cantriknya juga diajari olah kanuragan / kesaktian sebagai bekal untuk melawan pemerintah Hindia Belanda yang ada di wilayah Adhikarto (sekarang Kulon Progo).
Selanjutnya di antara anak murid Kyai Gothak tersebut adalah Raden Mas Sing Lon (salah satu putra Pangeran Diponegoro). ***

About suparman

Check Also

Pj Gubernur Jateng Komitmen Bangun Pemerintahan Berintegritas dan Antikorupsi

SURAKARTA,KORANPELITA – Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana berkomitmen membangun pemerintahan yang berintegritas dan antikorupsi. …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca