Pengungsian Magelang, Disekat Triplek Untuk Cegah Penularan Covid-19

Magelang,Koranpelita.com

Status erupsi gunung Merapi yang berubah dari waspada menjadi siaga ini, membuat daerah yang berdekatan di Kabupaten Magelang, Pemkab Magelang telah menyiapkan tempat pengungsian untuk mengantisipasi naiknya status Gunung Merapi.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, sangat senang dan mengapresiasi karena tempat pengungsian yang dibuat di gedung pertemuan Desa Deyangan dan Desa Banyurojo Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang itu, telah dibuat dengan standar protokol kesehatan ketat.

Di dua tempat pengungsian itu, ruangan luas disekat-sekat menggunakan triplek setinggi sekitar 1,5 meter dan lebar 2 meter persegi. Masing-masing sekat, hanya bisa digunakan oleh pengungsi yang terdiri dari satu keluarga.

Di dua tempat itu, ratusan warga sudah mengungsi. Mereka yang mengungsi di Desa Deyangan adalah warga yang ada di desa dekat dengan puncak Merapi, seperti Dusun Trono Desa Krinjing, Pugeran dan Trayem. Sementara pengungsi di Desa Banyurojo adalah warga Dusun Babadan, Paten Kecamatan Dukun.

Mulai Jumat (6/11), mereka sudah meninggalkan desanya untuk mengungsi di tempat pengungsian tersebut. Mereka akan mengungsi sampai kondisi Merapi dinyatakan aman.

“Ini bagus ya, jadi antar keluarga bisa dibatasi. Dengan cara itu, meskipun Merapi aktif dan mereka mengungsi, tapi di posisi pengungsian mereka aman karena protokol kesehatan terjaga. Tadi ketika mereka masuk, semuanya juga dirapid,” kata Ganjar saat menengok pengungsi di posko pengungsian Magelang.

Penerapan protokol kesehatan di tempat penguingsian lanjut Ganjar sangatlah penting. Apalagi, banyak pengungsi yang masuk dalam kelompok rentan, karena sudah lanjut usia dan banyak anak-anak.

“Banyak diantara mereka para pengungsi ini yang masuk golongan rentan, maka cara ini yang paling bagus dan semoga menginspirasi daerah lainnya,” tegasnya.

Kepada daerah lain yang masuk zona rawan bencana, termasuk erupsi Merapi, Ganjar meminta untuk segera menyiapkan tempat pengungsian seperti di Magelang ini. Jika memang tidak bisa, maka pembatasan bisa dilakukan dengan cara digambar atau dikotaki pakai kardus.

“Kalau bisa seperti ini, sangat bagus sekali, tapi kalau tidak ya bisa pakai kardus atau digambar. Makanya, saya tadi ke sini, karena ini the best dan sampai sekarang belum ada yang buat seperti ini. Maka kalau ini dijadikan contoh, ini keren dan bisa mengantisipasi di saat pandemi,” pungkasnya.

Salah satu pengungsi, Samini (50) mengatakan merasa nyaman dengan kondisi pengungsian yang disiapkan. Sebab, semua pengungsi dipisah dengan keluarga masing-masing. “Nyaman teng mriki, soale dipisah-pisah (nyaman di sini, soalnya dipisah-pisah),” katanya.

Samini yang tahun 2010 juga pernah mengungsi mengatakan, pembatasan dengan sekat membuat ia dan keluarganya lebih nyaman. “Mbiyen umpel-umpelan, sakniki jembar (dulu berdesakan, sekarang lebih lebar tempatnya),” ucapnya.(sup)

About redaksi

Check Also

BPOLBF Gelar Floratama Learning Center: Bahas Tantangan dan Skema Pembiayaan Reforestasi untuk Pariwisata Berkelanjutan

Labuan Bajo, Koranpelita.com Dalam upaya mendorong keberlanjutan sektor pariwisata dan pelestarian lingkungan, Badan Pelaksana Otorita …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca