Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
*Penulis, Kepala Lembaga Peradaban Luhur (LPL), Inovator Kuantum Jodoh
Menurut Islam, dinyatakan dalam Al-Quran, ada 8 jalan rezeki. Salah satunya adalah menikah.
Mungkin di antara kita, yang masih jomblo, duda atau janda, ada yang rezekinya seret bahkan tertutup di 7 jalan, namun ternyata terbuka dan mengalir deras di satu jalan, yaitu *menikah*.
Firman Allah SWT di Surat An-Nuur ayat 32:
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya:
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Para ahli tafsir, seperti Ibnu Katsir di dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim menjelaskan bahwa di ayat tersebut terdapat perintah untuk menikah. Karena dengan seseorang menikah akan menundukkan pandangannya dan menjaga kehormatannya serta kemuliaan dirinya. Bahkan, di antara manfaat menikah yang disebutkan dalam ayat ini adalah, Allah akan memberi kecukupan. “Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya”.
Sedangkan sahabat Ibnu Mas’ud ra. berkata,
“Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.”
Imam Al-Baghawi menyatakan bahwa ‘Umar menyatakan seperti itu pula.”
Jika ada yang berpikir, “Ah, saya khawatir, rezeki saya bukan di jalan menikah, tapi di jalan lainnya. Saya *nggak mau ambil risiko* dengan menikah!”
Nggak mau ambil risiko? Risiko sendiri dari bahasa Inggris: *Risk*. Dahulu kala, bangsa Inggris tidak mempunyai perbendaharaan diksi/kata Risk, mereka serap kata Risk dari kata bahasa Arab: *Rizq* (رزق). Kita di Indonesia menyebut Rizq dengan Rezeki.
Jadi, mengambil risiko dengan menikah artinya mengambil rezeki dengan menikah.
Maka, rumusannya: Semakin besar risiko yang kita ambil, semakin besar rezeki yang kita ambil!
Sebagai contoh sederhana tambahnya rezeki ketika menikah: Sebelum menikah, perabotan rumah tangga minim atau bahkan tidak ada. Ketika menikah, berumah tangga, maka diadakan perabotan rumah tangga karena kebutuhan. Begitu pula dengan kebutuhan lainnya. Hal ini dikarenakan dengan menikah ada pasangan yang saling mencintai, menyayangi, saling membutuhkan, maka harus saling mendukung dengan tukar pikiran atau dukungan lainnya untuk mendapatkan rezeki.
Jadi, kesimpulannya, jangan khawatir, jangan takut: Ayo cepat menikah, ambil risiko, ambil rezekinya! Sudah dijamin Allah SWT, Yang Maha Pemberi Rezeki! Nunggu apalagi?