Oleh: Lilis Rosmainar, S.SI, MSi
*Penulis, Dosen Kimia FMIPA
Universitas Palangka Raya
Tahukah Anda bahwa kita dapat menghasilkan asap cair dari cangkang kelapa sawit? Ya, seperti kita ketahui bahwa produksi kelapa sawit sangat banyak di Indonesia secara khusus di Kalimantan Tengah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2018 produksi kelapa sawit meningkat menjadi 6 juta ton dari produksi kelapa sawit sebelumnya sebesar 2,9 juta ton dengan luas areal 1juta hektar pada tahun 2012 menjadi 1,5 juta hektar pada tahun 2018. Salah satu limbah yang dihasilkan dari industri minyak sawit adalah cangkang kelapa sawit (5%).
Cangkang kelapa sawit yang merupakan salah satu limbah dari industri minyak sawit dapat diolah kembali menjadi sumber bahan baku industri yang berguna yaitu bahan baku asap cair. Asap cair dihasilkan dari suatu proses yang disebut dengan proses pirolisis, yaitu dekomposisi bahan kimia organik melalui pembakaran yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung tanpa oksigen ataupun reagen lainnya.
Proses pengambilan asap cair dari cangkang kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara membersihkan terlebih dahulu cangkang sawit yang selanjutnya dimasukkan dalam tungku pirolisis dengan suhu 300-4000C (pembakaran secara destilasi kering). Asap yang timbul melalui dialirkan melalui pipa pendingin (kondensor) sehingga terbentuk kondensat kemudian ditampung sebagai asap cair. Asap cair yang dihasilkan melalui proses pirolisis ini masih mengandung HPA yang berupa benzopyrene atau tar. Oleh karena itu, untuk menghasilkan asap cair yang bermutu, maka perlu dilakukan proses pemurnian. Proses pemurnian dapat dilakukan dengan cara penyaringan, destilasi, dan penambahan adsorben.
Asap cair dengan proses pemurnian memiliki mutu asap cair yang berbeda-beda, yaitu Grade 1 sebagai bahan pengawet makanan siap saji, Grade 2 sebagai bahan pengawet bahan makanan mentah, dan Grade 3 sebagai bahan pengawet atau bahan penggumpal lateks dan kayu. Asap cair Grade 1 dan Grade 2 diperoleh dari hasil pemurnian dengan penyaringan, destilasi dan penambahan adsorben seperti zeolit dan arang aktif. Sedangkan asap cair dengan Grade 3 diperoleh dari hasil penyaringan tanpa dilakukan destilasi dan penambahan adsorben.
Proses pirolisis umumnya dilakukan pada tumbuhan yang mengandung komposisi selulosa, hemiselulosa, lignin, serta senyawa karbon lainnya.
Selama pembakaran cangkang kelapa sawit, akan terjadi suatu proses yang disebut pirolisis yang akan menghasilkan senyawa-senyawa fenol, karbonil, furan, alkohol, hidrokarbon, lakton, polisiklik aromatik, dan asam organik lainnya yang berperan pemberian rasa, warna, serta sifat antimikroba asap cair. Sifat antimikroba asap cair dari cangkang kelapa sawit diperoleh karena adanya senyawa asam asetat dan senyawa fenol. Jika terdapat 1% senyawa fenol maka dapat berfungsi sebagai bakteriostatik namun pada konsentrasi yang lebih tinggi dapat berperan sebagai bakterisidal.
Oleh karena banyaknya manfaat yang didapatkan dari asap cair, maka hal ini dapat memberikan peluang bagi masyarakat umum secara khususnya pengusaha di bidang industri untuk mengolah lebih lanjut cangkang kelapa sawit menjadi asap cair yang bermanfaat dan bernilai guna. ***