Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Chalzoum Bahri hadir bersama puluhan sastrawan Tanah Air
Jakarta, Koranpelita.com
Musyawarah Nasional Ssstrawan Indonesia (Munsi) III yang secara resmi dibuka oleh Kepala Badan (Kaban) Bahasa dan Sastra, E. Aminuddin Aziz di Jakarta, Senin malam ini (2/11).
Munsi kali ini benar-benar jadi arena ‘curhat’ puluhan sastrawan. Pasalnya, Kaban yang baru memimpin institusi ini sejak Agustus lalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada 200 peserta Munas baik tatap muka maupun daring untuk menyampaikan ide, gagasan dsn unek-unek terkait masalah sastra.
Tampak hadir sejumlah sastrawan Indonesia di antaranya Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, Harris Effendy Thahar, Gunoto Saparie, Adri Darmaji Woko, Triyanto Triwikromo, dan masih banyak lagi. Khusus dari Riau dan Keoulauan Riau turut sejumlah sastrawan antara lain Fakhrunnas MA Jabbar, Kunni Masrohanti, Muhammad De Putra dan Abdul Kadir Ibrahim.
Sutardji bersama Asrizal Nur akan tampil baca puisi di hari kedua Munas, Selasa besok pagi pada Munsi III yang mengangkat tema ‘Memajan Sastra Indonesia di Panggung Dunia.’
Curhatan para sastrawan yang mengemuka dalam dialog Munsi III ini di antaranya tentang sastra daerah, penerjemahan buku sastra, perpustakan sekolah dan rakyat, kepedulian Pemda terhadap sastra, honorarium tulisan sastra di media dan masih banyak lagi.
Kaban Aminuddin Aziz yang sebelumnya menjabat Atase Kebudayaan di KBRI London, Inggeris dalam pemaparannya mengatakan pihaknya melalui Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra selalu mengembangkan kerjasama dengan para sastrawan terkait pembinaan, pengembangan dan perlindungan sastra secara keseluruhan termasuk sastra daerah.
”Dalam hal ini kami terus mengembangkan program literasi yakni Program Penerjemahan Sastra dari berbagai bahasa dunia selain bahasa Inggeris serta Penerjemahan bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu untuk tahun 2021 nanti sudah direncanakan penerbitan 748 judul buku untuk perpustakaan sekolah segala jenjang pendidikan yang sudah diajukan ke Komite Buku Nasional (KBN),” ujar Aminuddin.
Terkait upaya penerjemahan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa asing, menurut Aminuddin Aziz aktivitas ini merupalan ranah tugas Ditjen Kebudayaan Kemendikbud dan KBN.
Di awal acara, Ketua Panitia Munsi III yang juga Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra , Muhammad Abdul Hak melaporkan acara Munsi III bukan acara yang pertamakali digelar dalam masa pandemi. Sebelumnya pernah digelar Temu Duta Bahasa dengan
protokol kesehatan yang ketat.
Menurut Hak, acara ini akan ikut menentukan nasib dan arah ke depan sastra Indonesia sehingga diharapkan akan menghasilkan langkah konkret sesuai regulasi.
”Adanya era pandemi Covid 19 telah memaksa semua pihak menggunakan teknologi siber atau digital. Oleh sebab itu, sudah ada gagasan agar dikembangkan alternatif sastra digital.
Dilaporkan, kegiatan Munsi III digelar secara tatap muka dan daring yang diikuti oleh 200 sastrawan di mana sastrawan yang lolos seleksi sebanyak 158 orang dan sastrawan undangan 42 orang. Dari semua peserta tersebut sebanyak 137 orang hadir secara tatap muka dan 63 orang secara daring dan yang menyatakan mundur dua orang. (D)