Danau Linow

Oleh Karim Paputungan
*Penulis, wartawan senior tinggal di Jakarta.

Menikmati Pisang Goroho Goreng,_
_.. Menyaksikan Bebek Talaga Berenang & Terbang Bolak balik..”_

DANAU Linow di Desa Lahendong, Kecamatan Tomohon Selatan, Sulawesi Utara sebagaimana Kawah Putih di Ciwidey Kabupaten Bandung, Jawa Barat terbentuk akibat letusan dahsyat gunung berapi ribuan tahun lalu.

Akibat letusan itu terjelma kawah berupa danau belerang tiga warna dominan: biru, hijau, putih dengan gradasi warna warni. Layaknya lukisan alam. Memukau.

Bila Kawah Putih terbentuk lebih dari 820.000 tahun silam akibat letusan Gunung Patuha, maka Danau Linow akibat Gunung Mahawu sekitar 502.000 tahun lalu.

*Tidur dan Batuk*
Patuha sekarang dalam keadaan tidur panjang atau tidak aktif lagi sebagai gunung berapi. Dia sudah sepuh.
Patuha: Pak tua. Sebaliknya Mahawu kadang masih batuk mengeluarkan abu.
Mahawu: suka mengeluarkan abu.
Kedua gunung ini menjadi obyek pendakian. Relatif aman. Di puncaknya terdapat pemandangan indah. Tentu menantang.

Begitupun kedua danau belerang. Masing masing menjadi obyek wisata unggulan. Danau Linow menjadi unggulan di Sulawesi Utara. Sedangkan Kawah Putih di Jawa Barat.

Kami tetirah ke Danau Linow ketika balik ke Manado dari kampung di Bolaang Mongondow Timur (Boltim). Danau Linow berada di jalur Tomohon – Manado yg kami lewati.

Linow dalam Bahasa Minahasa lama berarti genangan air. Sedangkan dalam Bahasa Mongondow berarti air yg dalam.

*Menanjak Berkelok*
Danau Linow sebagai obyek wisata tertata cukup baik. Jarak dari Manado sekitar 35 kilometer. Dapat ditempuh sekitaran satu jam melewati jalur menanjak berkelok tajam layaknya di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Dari pusat kota Tomohon yg berhawa sejuk hanya sekitar tiga kilometer. Jalan beraspal mulus. Tak sulit mengakses. Lapangan parkir juga cukup luas untuk menampung bus-bus wisata maupun kendaraan pribadi. Dari lapangan parkir cukup melangkah beberapa tindak menurun, kita tiba di restoran terbuka yg dibangun berundak di tepi danau.

Pengunjung membayar karcis idr 25k per pax. Tidak ada petugas pemeriksa. Karcis lebih berfungsi sebagai voucher. Silahkan ditukar dengan secangkir kopi atau teh di resto. Namun, untuk camilan berupa roti bakar, kentang goreng atau pisang goreng dibayar tersendiri. Rata rata juga idr 25k.

*Pisgor Goroho*
Dari beberapa macam cemilan, pisang goreng goroho yg menjadi incaran.
Pisang ini khas Sulawesi Utara. Seolah menjadi sajian wajib di cafe kafe hingga warung. Bentuknya lebih kekar dari pisang raja. Kulit hijau. Digoreng ketika mentah. Daging tebalnya diiris tipis-tipis. Tanpa adonan tepung. Polos aja. So, renyah kriuk kriuk.

Sebagai pendamping tersedia sambal roa. Itu ikan yg mulutnya runcing panjang. Dia sebelumnya sudah diasap. Lantas diulek campur cabe. Pisang goroho dicocol ke situ. Warga Sulut biasa menikmati Pisgor dengan sambel pedas. Pisang goroho unik. Kalau ditunggu sampai masak baru diolah malah melempem dan rasanya asem. Tentu bukan hanya Pisgor. Tersedia juga kentang goreng, bubur manado hingga menu masakan barat.

*Turis Mancanegara*
Turis yg menikmati keindahan Linow, bukan saja warga lokal atau dari berbagai penjuru tanah air, tapi juga mancanegara, terutama: Korea, Jepang dan China. Bahkan, ada penerbangan langsung Wuhan – Manado. Tentu sebelum pagebluk atau pandemi Covid-19.

Pengunjung lebih memilih duduk duduk di area terbuka restoran sambil menikmati jajananan dan keindahan danau.

Di tepi sana tampak uap putih membumbung. Itu adalah asap belerang. Suhu air danau panas dan tajam mengandung sulfur. Tenang. Tak beriak. Namun, tidak bisa untuk mandi, apalagi berenang.

*Bebek Talaga*
Ada pemandangan menarik yg lain. Tampak sekumpulan burung berenang kesana kemari untuk kemudian terbang. Begitu berulang. Burung ini endemik yg oleh warga setempat dikenal sebagai bebek talaga. Disebut bebek, karena bentuknya mirip bebek. Adapun talaga berarti danau.

Beda dengan Kawah Putih. Di sana tidak tampak burung terbang, apalagi berenang. Yg terbang melintas jatuh dan mati, karena tepapar uap racun belerang. Jajanan untuk pengunjung, apalagi restoran juga tidak tersedia di tepi Kawah Putih. Namun, informasi bertebaran di papan papan pengumuman. Mulai dari data danau, rute, sejarah hingga legenda. Pengunjung jadinya bukan sekedar menikmati kekayaan alam melainkan juga menambah khasanah pengetahuan.

Di Danau Linow bukan cuma burung atau bebek yg ikut menikmati keindahan. Tapi, ada jenis ikan endemik yg bertahan hidup, walaupun sudah jarang ditemui. Sayang tak tampak informasi yg menyertainya. Apalagi disebar di papan papan seputaran danau atau paling tidak di area parkir or ruang restoran.

*Kopi Kotamobagu*
Apakah ada oleh oleh untuk di bawah pulang? Ada beberapa penganan. Di antaranya kacang goyang dan kue sagu: bagea. Ada juga kopi Kotamobagu.
Linow sebagaimana Kawah Putih tidak terlalu luas. Cuma sekitar 35 ha. Kunjungan singkat: satu atau satu setengah jam sudah cukup.

_(Note: Penulis berkunjung pada hari biasa, bukan akhir pekan. Sebelum pagebluk atau pandemi Covid-19. Semoga wabah ini segera berlalu)._

About redaksi

Check Also

Mengapa Disiplin dan Bersih Begitu Susah Di Indonesia ?

Oleh  : Nia Samsihono Saat aku melangkah menyusuri Jalan Pemuda Kota Semarang aku mencoba menikmati …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca