Majalengka, Koranpelita.com
Indonesia sesungguhnya tidak miskin dengan orang – orang yang kreatif, meskipun bentuk, model dan jenis kreativitasnya saja yang berbeda. Kreativitas sesungguhnya tidak hanya diidentikan dengan pemanfaatan teknologi digital saja, karena ruang lingkup dan keragaman kreativitas itu sangat banyak jenisnya.
“Sebut saja kreativitas yang dilakukan oleh banyak pengrajin di tanah air ini, termasuk salah satunya para pengarajin anyaman bambu dan rotan yang ada di Majalengka ini,“ ujar Ketua Umum Prawita Genppari Dede Farhan Aulawi di Majalengka, Minggu (4/10).
Para pengarajin anyaman ini, umunya berasal dari Desa Balagedog Kabupaten Majalengka. Keterampilan ini diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Bentuk karya kreatif yang dihasilkan diantaranya, berupa boboko, piring, keranjang buah, lemari, pipiti, aseupan, saringan atau ayakan, tampian serta sejumlah barang perabotan dapur dan alat rumah tangga lainnya.
Ada sebuah pepatah bijak yang dianut di desa ini, yaitu “Belajarlah menganyam untuk aktifitasmu. Menganyam bisa membuat aktifitasmu telihat nyata ketika pensiun maupun untuk usaha”. Pepatah ini sekilas nampak sederhana, tetapi maknanya sangat dalam sekali. Bagaimana membasis basis kemandirian sampai akhir hayat agar hidup tidak menjadi beban orang lain.
Itulah sebabnya tidak heran, jika hampir di setiap sudut rumah di Desa Balagedog terlihat ada aktifitas orang yang sedang menganyam, baik dengan bahan baku bambu maupun rotan. Namun, kebanyakan para perajin membuat anyaman dari bahan bambu. Sementara sebagian lainnya menggunakan bahan rotan. Mereka bekerja sebagai panggilan jiwa sehingga tampak sangat produktif dalam kerja nyata untuk membuat karya – karyanya yang unik.
” Keterampilan berbasis kearifan lokal yang ada disisni harus dipertahankan, tidak sekedar sebagai sumber ekonomi semata, melainkan sebuah tradisi dan budaya yang melekat. Inilah warisan budaya yang harus dijaga. Tidak cukup dengan kata – kata saja, tapi semua pihak harus turut terlibat dalam menjaga kesejahteraan mereka semua. Sebab jika mereka kehidupannya tidak sejahtera, biasanya profesi tersebut akan ditinggalkan secara perlahan – lahan, dan lama kelamaan hanya akan tinggal kenangan semata. Untuk itu, agar mereka tidak beralih profesi, maka sepihak pihak harus bahu membahu memajukan perekonomian mereka agar semakin sejahtera. Termasuk menjaga kesinambungan sumber bahan baku, yaitu perkebunan bambu dalam ukuran luas yang memungkinkan terjadinya siklus supply bahan yang tidak terputus. Oleh karenanya, semua pihak perlu turut memperhatikan luas area dan sebaran serta jenis budidaya tanaman bambu yang harus dijaga agar supply bahan tidak mengalami kelangkaan. Apalagi kerajinan anyaman bambu ini memang telah menjadi mata pencaharian sebagian besar warga di desa ini. Jika ada mata rantai yang terganggu, maka pasti siklus perekonomian masyarakatpun akan terganggu,” ujarnya. (D)