Ini seriusan. Buat saya, buku Nami Kulo Sumarjono adalah hadiah ulang tahun terindah yang pernah saya dapat. Walau sepanjang yang saya ingat, saya memang jarang mendapat hadiah ultah. Jadi, karena sangat jarang itulah, tahun ini, saya memberi kado untuk diri sendiri. Itu yang istimewa. He…he…he…
Buku NKS, begitu kemudian orang mengenalnya, menjadi semacam tetenger atau tanda usia saya yang tak lagi bisa dibilang belia, tapi jangan dulu dibilang tua. Hadiah ultah atas karunia diberi usia yang mencapai setengah abad di tahun 2018.
Buku fenomenal yang sebenarnya cenderung narsis (menurut saya) itu ternyata tak berhenti di seri pertama. Beberapa cerita terlupa, sengaja disembunyikan, atau tak sempat ditulis dalam Buku NKS Jilid 1 itu. Saya beri sebutan NKS Jilid 1 sebagai pembeda dengan seri berikutnya yang dalam hitungan hari akan segera tayang.
Untuk judul buku NKS Jilid 2, saya sudah persiapkan setahun sebelumnya ketika mulai belajar menulis. Harus ada kata sewu kutho dalam judul NKS seri kedua. Dan, akhirnya mas Irwan, guru menulis saya ini, menyarankan agar tidak persis sama dengan judul lagu almarhum mas Didi Kempot diberi sedikit tambahan menjadi “Njih, Meniko Sewu Kutho”.
Dalam bahasa Indonesia, kalimat Njih Meniko Sewu Kutho bisa diartikan sebagai “Ya, Inilah Seribu Kota”. Atau versi Inggrisnya boleh ditulis “Yes, Here Are A Thousand Cities”.
Buku NKS Jilid 2 pun sebagai hadiah ultah seperti dua tahun lalu. Tentu bukan usia lima puluh tahun seperti waktu itu.
Beberapa hari ini saya gencar mengisi akun media sosial saya ihwal buku NKS Jilid 2. Saya perlu melakukan ini agar rekan atau bahkan penggemar (Sedulur NKS) tak ketinggalan informasi penting ini. Sekali lagi mohon maaf jika dinding saya di facebook atau caption serta hastag di instagram berhiaskan buku Njih, Meniko Sewu Kutho (NKS Jilid 2).
Dalam tulisan ini saya ingin bercerita tentang beda yang kentara antara buku NKS Jilid 1 dan buku Njih, Meniko Sewu Kutho atau NKS Jilid 2.
Beda yang pertama dan ini yang saya mesti sampaikan paling awal. Karena ini pembeda paling utama, terutama menurut saya. Penulisan NKS Jilid 1 dibantu oleh mas Irwan dari Jombokarto (istilah yang sering dipakainya untuk menyebut Jombokan Kulonprogo Yogyakarta). Saya hanya berkisah lalu meluruskan maksud cerita verbal itu apabila ada yang kurang tepat.
Nah, pada NKS Jilid 2 saya menulisnya sendiri. Curahan langsung dari hati dengan mengungkapkan kisah dan kenangan pribadi masa lalu. Ternyata perlu energi tersendiri dan tak semua masa lalu enak untuk dikenang apalagi untuk dituangkan dalam tulisan. Terbayang bagaimana rumitnya mas Irwan menulis cerita dalam buku NKS sehingga perlu survei dan wawancara.
Sebuah kebanggaan dan kekaguman tersendiri saat mas Irwan mengatakan bahwa tulisan saya sudah mencapai 700 halaman lebih di awal tahun ini. Posisi mas Irwan menjadi editor dan semacam quality assurance (QA) dari apa yang saya tulis. Maklum saya penulis amatiran yang tidak memiliki latar belakang dan pengalaman dalam jurnalistik. Tentu saya sangat terbantu oleh mas Irwan ketika saya ingin mengungkapkan maksud hati tapi tak mengerti pilihan kata yang indah tapi langsung dimengerti.
Pembeda kedua antara NKS Jilid 1 dan Jilid 2 adalah pada NKS Jilid 2 lebih menekankan pada kenangan di kota-kota yang pernah disingahi. Saya berusaha sangat keras, mengeluarkan semua simpanan kenangan, jika sedang menuliskan perjalanan hidup yang sudah lewat dan meredup di laci hati. Saya juga harus berjuang dengan cara tidak ringan, saat berupaya memindahkan seluruh pengalaman, dalam tulisan.
Semula, semua ini hanya coba-coba. Cobacoba belajar menulis. Tapi rupanya, ada ruang yang membuat senang, dalam aktivitas menulis. Saya seperti memiliki dunia baru, yang sama sekali berbeda dengan dunia saya selama ini. Dan, itu menyenangkan.
Paling tidak, aktivitas tugas ke banyak daerah di tanah air, menjadi lebih maknawi. Karena di antara tugastugas utama, saya bisa memotret setiap detil kegiatan hingga suasana kotakota yang saya kunjungi lewat tulisan. Ini, sejatinya penting sebagai tadabur alam. Mengagumi ciptaan Allah yang berupa-rupa warna, bersuku-suku, berbeda budaya, alam penuh pesona, yang pantas disyukuri.
Pembeda ketiga antara buku NKS Jilid 1 dan Jilid 2 adalah tokoh yang saya mintai memberi kesan dan pesan dalam buku. Setelah buku NKS Jilid 1 banyak yang komentar enak dibaca, saya terdorong untuk berani meminta beberapa tokoh negeri ini untuk memberi impresi atas buku NKS Jilid 1 dan Jilid 2 dan ini semua akan termuat dalam lembar buku Njih, Meniko Sewu Kutho.
Maka, di buku NKS Jilid 2 akan termuat testimoni dari Menteri Tenaga Kerja periode 2014-2019, Direktur Jenderal di Kementerian Keuangan, Deputi Komisioner OJK, Bapak Bupati Kulon Progo, seorang pejabat daerah yang dulu rekan sewaktu sekolah SMP dan SMA serta kesan guru matematika favorit saya semasa di SMA.
Tentu tak semua mengenal saya lebih dekat, terutama Pak Mudjijono yang menginspirasi saya mengambil jurusan matematika setelah lulus SMA. Waktu yang lama dan tak pernah bersinggungan di dunia kerja serta saya murid yang biasa-biasa saja tanpa prestasi luar biasa menyebabkan beliau harus mengira-ira saya muridnya yang mana dari ribuan lulusan yang pernah diajarnya. Namun buku NKS Jilid 1 dan Jilid 2 seolah mengenalkan diri saya secara utuh.
Pembeda lainnya antara buku NKS Jilid 1 dan Jilid 2 terletak bagaimana cara distribusi buku hingga sampai dan bisa dibaca para Sedulur NKS. Jika buku NKS Jilid 1 lebih banyak saya bawa sebagai oleh-oleh ketika mengunjungi rekan-rekan di daerah, jelas di masa pandemi tak lagi mudah bagi saya melakukan hal yang sama untuk buku NKS Jilid 2. Begitupun pertemuan-pertemuan luring, kini mesti diselenggarakan dengan pertemuan daring.
Pandemi menginspirasi untuk bisa sedikit berbagi. Banyak Sedulur NKS yang terdampak pandemi hingga pekerjaan hilang atau penghasilan tak kunjung datang. Beberapa waktu lalu, anak-anak muda yang berasal satu kabupaten dengan saya mengajak membantu rekan-rekan pekerja terdampak covid. Maka dari sinilah saya terfikir untuk mengajak pembaca buku NKS Jilid 2 atau Sedulur NKS untuk dapat membantu meringankan beban keluarga yang terdampak pandemi.
Jelasnya, sebagian besar hasil dari penjualan buku NKS Jilid 2 akan didonasikan untuk meringankan beban rekan yang membutuhkan atau bahkan untuk siswa atau mahasiswa yang butuh quota untuk dapat tetap belajar tanpa tatap muka. Jika bukan kita, siapa lagi yang peduli. Kalau bukan sekarang, kapan lagi selagi masih ada kesempatan untuk berbagi dan peduli.
Begitulah gambaran buku NKS Jilid 2 dari sebuah rasa ingin hingga menjadi terlaksanan. Dan, sabar dan terus belajar adalah dua hal yang sering memampukan sebuah keinginan terkejar. Mimpi mampu membukukan sebuah perjalanan hidup nyatanya kian nampak di depan mata. Perjalanan ke berbagai kota untuk menemukan jawaban mengapa dan untuk apa kita mesti datang bertandang.
“Urip iku urup” atau “hidup itu nyala”, adalah jawab singkatnya. Sebuah filosofi Jawa sarat makna bahwa hidup harusnya bisa berguna untuk lebih banyak manusia lain, makhluk lain dan alam semesta. Keberadaan kita di dunia ini bukanlah untuk diri sendiri, akan tetapi kita lahir untuk saling memberi, saling menolong dan saling membantu sesama.
Njih, Meniko Sewu Kutho. Buku yang saya persembahkan untuk Sedulur NKS dan untuk Indonesia dengan usaha keras menulis sendiri, tentu dengan dibimbing dan dibantu edit oleh seorang guru.
Sebuah kemudahan untuk mendapatkan buku NKS Jilid 2 ini juga saya rancang. Sedulur NKS bisa mulai sekarang siap-siap untuk membayangkan menikmati berbagai kota yang saya kunjungi. Saya akan menggunakan marketplace atau e-commerce untuk memudahkan buku ini sampai ke penjuru kota seluruh Indonesia.
Salam sehat. Salam NKS Jilid 2.
#ojolalimoco #ojolalipesan #njihmenikosewukutho #nksjilid2