Oleh Budi Laksono
Kesakitan dan kematian karena Covid, walau merupakan persentase kecil dari orang yang terkena, sekarang sudah membunuh lebih dari 6.000 saudara kita di Indonesia. Kesakitan yang masuk rumah sakit, tiap hari ratusan juga, bahkan infeksi terkonfirm tiap hari sudah sekitar 2.000 an. Kematian dan kesakitan Covid diperkirakan masih akan berlangsung karena hingga kini obat spesifik untuk menghilangkan virus di dalam tubuh belum ditemukan.
Kesakitan baru pun diperkirakan akan terus naik karena perilaku pencegahan Covid belum sebaik yang diharapkan. Sementara kehidupan ekonomi juga memaksa orang harus bekerja dan bergerak transportasi yang beresiko tanpa bisa dihindari. Vaksin yang digadang bisa mencegah penularan diperkirakan baru akan diproduksi tahun depan dan tentu tidak mudah mengakses vaksin bagi semua. Keadaan ini semua membuat harapan ditemukan obat makin kuat dan sering berlebihan.
Harapan besar akan ditemukan obat muncul secara alami dari setiap hati manusia dan secara besama menjadi harapan kolektif yang bisa dilihat di media masa. Ketika harapan besar ini tidak diwujud wujudkan bahkan ditangkap dan dikomunikasikan dengan baik oleh pakar, ilmuwan dan orang orang yang diberi Tuhan ilmu untuk memberi informasi kepada yang awam, maka jawaban jawaban akan muncul dengan jawaban yang sering tidak pas dan berbasis kejujuran ilmiah. Jawaban tidak ilmiah adalah jawaban yang muncul dari orang orang yang mengaku ahli, pintar, bahkan profesor dll yang semua biasanya palsu. Jawaban dari mereka sering dangkal, ada yang disembunyikan, dirahasiakan, bahkan sering minta tolong yg dilangit untuk menyembunyikan. Kadang melebih lebihkan temuannya spt yg dilakukan Hadi pranoto yang mengaku menerima pesanan dan siap akan mengirim ratusan ribu pesanan Ratu Eliabeth. Bahkan saking inginnya, lembaga tinggipun ikut ikut dan kurang mengikuti aturan yang biasanya mereka paham sekali alurnya. Ironisnya yang tahu dan sinis terhadap semua, justru diam seakan menunggu kesalahan orang lain untuk membullynya. Mereka bukan di depan memberi informasi dan petunjuk bagaimana hal yg baik harus dilakukan atau bagaimana persoalannya. Bila suatu saat ada anak kecil dari Kalimantan sorga herbal, menulis daun hutan dan memenangkan olimiade obat Covid, kita bisa kebakaran jenggot.
Penyakit flu termasuk Covid 19 adalah penyakit yang sudah membelenggu manusia sejak ribuan tahun lalu. Sejarah menulis bagaimana penyakit ini mengurangi peradapan, budaya suatu suku. Masih tercatat dalam buku sejarah yang diajarkan kakek dan nenek kita, bagaimana banyak sahabat kakek nenek meninggal ditahun 1920 an karena flu itu. Bahkan di negara dingin, flu sudah sering menyebabkan kematian yang banyak. Banyak yang kena, tetapi flu membunuh orang orang yang mempunyai penyakit lain yang memperberat. Pertanyaan mendasarnya, apakah selama ini sudah ditemukan obatnya? Sayang, hingga kini manusia belum bisa membuat obat flu spesifik yang membunuh virus dari tubuh manusia. Bahkan vaksin yang dibuat dan diberikan pada orang dalam imunisasi flu, tidak seratus persen efektif karena virus ini mutasi dari waktu ke waktu sehingga orang mengulang imunisasi dengan strain virus flu baru.
Walau tidak ada obat kenapa orang bisa sembuh sendiri? bahkan faktanya dengan Covid ini, 95% sembuh tanpa obat yang dimaksud membunuh virus? Bagaimnana tubuh melakukan penyembuhan ? Ternyata kuncinya ada pada KEBESARAN TUHAN. Diksi yang menyatakan bahwa manusia dan mahluk hidup diciptakan Tuhan dengan sempurna, teruji dan terbuka ketika kita dengan ilmu mengkajinya.
Tubuh mempunyai pertahanan alami dan pertananan yg di dapat (aquired). Pertahanan Alami adalah pertahan yang ada pada tubuh secara umum dan melindungi tubuh dari semua penyakit dengan cara yang umum. Misal tubuh ada keringat, air mata yang mempunyai cairan yang bisa membunuh virus dan bakteri bila menempel di kulit dan mata. Di dalam tubuh dan darah, pertahanan alami ini dalam bentuk NK cell dll yang langsung mengenali virus dan bakteri asing yang masuk dan menghancurkan virus dan bakteri terserbut yang masuk ke tubuh. Pertahanan alami ini tidak khusus untuk kuman tertentu maka disebut pertahanan non spesifik juga. Pertahanan berikut adalah pertahanan DAPATAN ( aquired). Pertahanan yang dibentuk ketika tubuh merespon terhadap jenis virus atau bkteri tertentu. Respon ini dibuat khusus untuk bakteri dan virus tertentu, sehingga selama orang hidup, dimana ada ribuan jenis bakteri dan virus pernahmasuk tubuhnya, maka tubuh juga punya membuat ribuan antibody dan system pertahanan yang khas, spesifik pada jenis itu.
Pertahanan non spesifik, sangat cepat merespon kuman dan virus yang masuk. Misal pada serbuan virus AIDS diperkirakan bila jumlahnya kurang dari 7 ribu copy virus, maka tubuh bisa membunuhnya sebelum virus masuik sel limfosit. Bahkan pakar menyebut, virus Covid bisa menembus pertahanan tuibuh manusia bila masuk bersamaan sebanyak lebih dari 1.000 kopi virus. Pertahanan awal ini bagi tubuh tidak terlalu kuat bila sudah ada yang masuk ke dalam sel dan bersembunyi. Tuhan menciptakan mekanisme pertahanan spesifik yang luar biasa kuat dan khusus. Setelah NK sel memecah virus dan bakteri, maka pecahan protein virus dibawa ke sumsum tulang dan limfa. Disana dibuat pecahan protein virus dan bakteri asing itu dibuat zat antinya.
Dibuat satu pabrik Antibody khusus untuk ini. Antibody yang dikeluarkan akan menyerang virus itu dimana saja di seluruh tubuh. Bahkan ada system pengarah sehingga bila ada kumpulan virus yang banyak pada satu organ tertentu, maka makin banyak antibody bergerak ke sana. Bila penyakit kalah, maka pabrik akan berhenti dan menyimpan cetakan antibody bila suatu saat diperlukan lagi. Tubuh orang dewasa yang sudah sering mendapat imunisasi atau penyakit, bisa punya ribuan cetakan antibldy yang siap digunakan seumur hidunya sewaktu waktu. Suatu mekanisme pertahanan yang sempurna tanpa cela, dengan leadersip yang tiada kontra seperti bila kita melihat system keluarga tawon atau semut yang masing masing mempunyai tugas khusus. Itulah KEBESARAN TUHAN yang bisa diliat setelah kita berilmu.
Dalam penyakit Covid, hal di atas terbentuk juga di setiap orang yang akan mendapat infeksi Covid. Adanya orang dengan tanpa gejala adalah menunjukkan bahwa virus ada di tenggorokan dan hidung, tetapi gagal menyebabkan orang saakit karena mekanisme pertahanan nya. Bila tes imunologinya positif, artinya antibody sudah terbentuk. Bila orang sakit sekali itu terjadi karena mekanisme pertahanan menurun terutama pada orang yang tua yang memang natural mengalami penurun fungsi semua organ. Lebih sering, keparahan juga terjadi karena mekanisme perlawanan imunoligis yang tidak diharapkan.
Seperti upaya tubuh mengisolasi virus,maka menghasilkan cairan kental di paru (seperti kita lihat ketika ada kuman di mata, maka mata membuat cairan pekat untuk meisolasi kuman dan membuangnya dalam bentuk kotoran di mata). Tujuan tubuh menahan kuman, tetapi karena TERLALU banyak maka justru membuat orang tidak bisa bernafas. Begitu juga efek lain seperti pengentalan darah dan mekanisme respon pembuluh darah. Tubuh pada awalnya bermaksud mempertahankan diri, tetapi pada efek BERLEBIHAN berikutnya justru merugikan tubuh sendiri. mekanisme ini disebut ketidak selarasan respon yg memang bisa terjadi pada orang dengan latar belakang tertentu.
Seseorang yang sembuh atau bahkan tidak bergejala dari Covid, telah memiliki antibody yang tinggi dari dalam tubuh sehingga virus mati. Tinggi rendahnya anti virus bisa diukur dengan test titer antibody. Begitu juga banyak sedikit virus di dalam tubuh bisa dihitung dengan test viral load virus. Antobody terkandung dalam plasma darah. Pada saat orang habis terinfeksi, kadar antibody adalah paling tinggi. Pada fase berikutnya akan menurun terutama bila tidak ada virus masuk yang menjangkitkan produksi lagi.
Plasma ini digunakan dalam pengobatan di seluruh dunia. ABU ( anti bisa ular) pada dasarnya adalah plasma yang umumya terbuat dari plasma binatang kuda yang digunakan untuk melawan efek bisa ular yang masuk pada tubuh manusia karena tergigit ular. ABU dari plasma manusia ada juga, tetapi sangat mahal dan penulis pernah mengajukan pada BIOfarma untuk membuat ABU dari manusia karena banyak komunitas kebal bisa ular, beberapa tahun lalu. Dalam Covid ini, orang yang pernah kena Covid dan titer antibody tinggi, bisa menjadi pendonor plasma bagi orang lain yang mengalami gejala Covid dengan berat. Hingga kini, plasma covid adalah satu satunya obat yang langsung melawan keberadaan virus Covid dalam tubuh pasien. Obat ini buatan Tuhan lewat pabrik yang ditanam pada setiap mahluknya. Uji coba dan pengobatannya sudah dilakukan diseluruh dunia bahkan di Indonesia, Jateng, pengobatan ini sudah dilakukan pada banyak psien tertentu. Problem yang masih membelenggu adalah ketersediaan orang yang sukarela mendonorkan plasmanya. Donor plasma adalah suatu cara seperti donor darah tetapi lebih ringan sehingga seseorang bisa berdonor plasma lebih dari sekali dalam 3 bulan dimana bila donor darah Cuma 1 kali.
Bapak KASAD yang prihatin ketika pendidikan stafnya terpapar Covid masif. Menggunakan peluang ini sebagai solusi bangsa, dengan motivasi maka sebagaian pasukannya yang berdedikasi bagi bangsa, mendaftarkan diri menjadi anggota bank plasma covid. Ini sangat berarti karena fakta saat ini, banyak RS yang ingin melakukan pengobatan plasma ada yang merasa sulit mendapatkan donor apalagi RS tidak punya petugas motivator ini. Bila bangsa ini bersama mengadopsi inpsirasi Bapak Kasad dan menggandengkan PMI, PDDI ( Perhimpunan Donor Darah Indonbesia) RS, Gugus Tugas, Kemenkes, dll maka tidak perlu report mencari obat, maka sudah tersedia dan tinggal menggunakan walau tentu dalam aplikasinya perlu manajemen yang baik.
Obat covid dari plasma juga sangat murah, pabriknya Cuma perlu makanan bergizi spt yang dimakan setiap hari, bahkan tidak perlu bangun pabrik atau pekerjakan ahli dan konsultan asing. Bahkan lebih hebat lagi, pendonor tidak perlu dibayar seperti umumnya donor darah yang sukarela. Ketika setiap orang yang sembiuh dari Covid, sukarela memberi plasmanya bagi yang sakit, masyarakat yg lain yg tidak terkena memberi hiburan dan aplaus, bahkan boleh kirim martabak manis kepada pendonor, maka kebahagiaan, rasa saling memberi dan berkasih sayang menyatukan dan membahagiakan setiap insan di bumi Indonesia ini. Kita sudah mengamalkan Pancasila dengan action yang nyata.
Dari tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, OBAT COVID itu sudah ada di depan kita. Tinggal bagaimana mengemasnya dan memberikan pada yang sakit. Obat Covid murah, cepat,teruji dan mudah. Bukan saja mengobati orang yang sakit, tetapi juga MENGOBATI HATI setiap kita yang saat ini laGI “SAKIT”. semarang 21 Agustus 2020.
*Penulis Relawan Covid-19, Praktisi Kebencanaan dan dosen Universitas Diponegoro, Semarang.