Jakarta, Koranpelita.com
40 perwakilan anak terdampak Covid-19, anak positif Covid-19, serta anak dengan orangtua sebagai tenaga kesehatan dari seluruh Indonesia melakukan audiensi bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Terawan Agus Putranto, di Jakarta, Selasa 14 Juli 2020.
Mereka menyampaikan pandangan, harapan dan aspirasi mereka terkait masalah kesehatan di masa pandemi Covid-19, yang tertuang dalam Suara Anak Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan dalam acara ‘Audiensi Pandemi dari Mata Anak Indonesia.’
Menteri PPPA, Bintang Puspayoga, dalam pembukaan berpesan kepada anak-anak untuk dapat memanfaatkan waktu dialog dengan sebaik-baiknya.
“Manfaatkanlah waktu dialog ini dengan baik untuk menyuarakan berbagai aspirasi kalian. Walaupun belum dapat bertemu dengan teman-teman di sekolah, semoga kalian tetap semangat. Manfaatkan waktu di rumah dengan hal-hal positif, inovatif dan kreatif. Gunakan waktu luang untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Jadilah pelopor untuk mengajak teman-teman kalian agar tetap waspada serta disiplin menjalankan protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Dengan tetap di rumah dan disiplin menjalankan protokol kesehatan, kalian juga telah menjadi pahlawan dalam penanganan Covid-19,” ujar Menteri Bintang.
Sementara dari hasil survei wilayah tengah tercatat meskipun sudah mulai menerapkan new normal, masih ada wilayah dengan angka positif Covid-19 yang tinggi dipicu oleh banyaknya pekerja luar daerah yang pulang ke daerah asal, sehingga berpotensi besar menularkan Covid-19.
“Kondisi ini menimbulkan keresahan bagi masyarakat khususnya anak, menurunnya perekonomian masyarakat akibat pandemi, meningkatnya angka perkawinan anak dan angka stunting di wilayah tengah. Kami harap pemerintah lebih memperhatikan hak kesehatan anak, dengan memberi bantuan kepada anak terdampak Covid-19, termasuk anak penyandang disabilitas. Semua anak berhak mendapat pemenuhan hak kesehatan, bukan hanya untuk anak di wilayah Indonesia tengah namun juga seluruh anak Indonesia yang kesulitan mendapatkan layanan kesehatan,” tegas Perwakilan Anak dari Wilayah Tengah, Muhammad Adillah.
Di wilayah Barat dari hasil survei ditemukan masih banyak anak yang belum memahami dan mematuhi protokol kesehatan. Pemerintah dinilai belum maksimal memenuhi gizi anak secara menyeluruh. “Banyak anak yang orangtuanya kehilangan pekerjaan karena tempat usaha ditutup. Hal tersebut menyebabkan semakin tingginya angka anak jalanan yang mencari nafkah di jalan. Kami harap pemerintah dapat memperhatikan pekerja jalanan dan anak terlantar, menyediakan layanan informasi kesehatan yang baik bagi masyarakat, menyediakan pembangunan fasilitas kesehatan, serta memberikan sanksi tegas bagi para pelanggar protokol kesehatan,” tutur Perwakilan Anak dari Wilayah Barat, Fayanna.
Setelah mendengarkan berbagai pandangan, masukan, dan harapan dari anak-anak, Menteri Terawan mengungkapkan bahwa dirinya merasa sangat terharu melihat kepedulian anak-anak terhadap para tenaga medis dan isu kesehatan lainnya. “Berbagai masukan dan harapan membuat kami semakin semangat untuk menyelesaikan permasalahan Covid-19 yang melanda bangsa ini, kita harus bertahan. Masukan dan harapan anak-anak sudah ayah catat dan akan ayah laksanakan,” terang Menteri Terawan.
Menteri Terawan juga berpesan kepada anak-anak untuk meningkatkan imunitas tubuh, agar tidak mudah terinfeksi Covid-19. “Kita harus betul-betul melaksanakan protokol kesehatan supaya tidak terpapar dengan memakai masker, menjaga jarak, rajin cuci tangan. Jika masyarakat disiplin maka ayah yakin angka positif penularan Covid-19 akan semakin kecil karena dimulai dari kalian yang ikut menopang keberhasilan penanganan Covid-19 dengan baik. Anak-anak juga harus melakukan kegiatan positif agar semakin percaya diri dan imunitas kalian meningkat. Tetap semangat, sehat, bahagia, namun jangan mengabaikan protokol kesehatan,” tegas Menteri Terawan.
Pada kesempatan yang sama, salah satu anak positif Covid-19, Hana menceritakan pengalamannya saat harus menjalankan proses isolasi selama satu bulan akibat tertular Covid-19 dari ayahnya. “Saya merasa bosan, kesepian, bahkan frustasi karena mendapat bully-an dari orang sekitar bahkan dari orang yang tidak dikenal. Untungnya, saya mendapatkan support dari sahabat, guru, terutama keluarga selama menjalani perawatan, dukungan ini sangatlah berarti bagi saya. Saya meminta kepada seluruh masyarakat, berilah fasilitas yang layak, dukungan, doa, serta semangat bagi para pasien dan tenaga medis yang sedang berjuang melawan Covid-19. Tetap berprasangka baik atas apa yang terjadi. Mari bersama kita lawan Covid-19 ini,” tutur Hana.
Di samping itu, salah satu anak dari tenaga kesehatan, Afiqah mengungkapkan bahwa ibunya merupakan seorang perawat yang bertugas di ruang inap salah satu rumah sakit Tanjung Pinang.
“Bunda saat ini bekerja di ruang inap dengan APD yang tidak memadai. Untuk itu, saya meminta pemerintah, khususnya bapak Menteri Kesehatan, saya mohon perhatikan keamanan dan keselamatan para tenaga medis, tidak hanya yang ada di kota besar tapi juga di seluruh pelosok tanah air. Untuk orang-orang yang diminta isolasi mandiri, tolong isolasi diri kalian. Jangan keluar rumah, jangan membahayakan orang lain, jangan membuat angka positif semakin meningkat,” ungkap Afiqah. (D)