Banjarmasin, Koranpelita.com
Sudah saatnya pemerintah daerah dan semua lapisan untuk berpikir serius dalam menyelamatkan dunia pendidikan di Kalsel
Sebab jika tak diperhatikan secara serius dan diupayakan, maka dampak buruk pandemi Covid-19, bisa menimbulkan sejumlah masalah baru dalam dunia pendidikan seperti kenaikan angka putus sekolah, penyelenggara sekolah bangkrut, serta phisikologi anak pelajar menjadi stress karena terus belajar dirumah, hingga para guru-guru sekolah yang biasanya mengajar namun tak lagi berkegiatan.
” Pemerintah Provinsi sudah harus melakukan pemetaan dan penanggulangan untuk menyeĺamatkam Keberlangsungan dunia pendidikan kita. Jika tidak maka dampaknya akan lebih ngeri dibanding banyaknya korban corona,” tegas Ketua Komisi IV DPRD Kalsel, HM Lutfi Saifuddin, Senin (13/7/2020).
Dari itu, Komisi membidangi Kesra dan pendidikan ini akan terus berjuang mendorong pemerintah daerah agar stimulus dan pendanaan bagi dunia pendidikan di Kalsel saat ini juga diperhatikan.
Dengan pandemi covid-19 yang tak ada kepastian berakhirnya, lanjut Lufti, bakal memicu kenaikan angka putus sekolah akibat anjloknya prekonomian para orang tua. Karenanya akan banyak orang tua yang meminta anaknya untuk tidak lagi melanjutkan kuliah atau sekolah karena ketidakmampuan biaya.
Dampak kedua yang ditakutkan yaitu, akan ada sekolah-sekolah yang bangkrut atau tutup, karena untuk membiayai operasional sekolahnya sudah berat terutama sekolah swasta dan sekolah keagamaan. Sebab, dengan tidak dapat bersekolah tatap muka dan hanya melalui pembelajaran daring, maka perputaran prekonomian yang mengiringi sekolah itu juga otomatis terhenti.
” Jadi yang kita takutkan banyak sekolah swasta dan sekolah keagamaan yang bangkrut. Kalo sekolah negeri aman, ada bos, bosda dan intervensi pemerintah,” tegas Lutfi.
Karenanya jangan heran jika masih ada terdengar pondok pesantren atau madrasah yang meminta siswanya masuk sekolah seperti biasanya. Hal itu tentu dimaksudkan agar dinamika persekolahan yang juga diiringi prekonomiannya bisa berjalan dan dapat menopang eksistensi sekolah tersebut.
Kemudian dampak buruk ketiga yang harus dipikirkan oleh pemerintah adalah, psikologi anak-anak atau pelajar yang sudah stress karena harus dan terlalu lama belajar dirumah.
Tak sebatas anak pelajar, dampak negatif phisikologi ini juga menimpa para gurunya yang biasa mengajar dan berkegiatan mengajar kini harus di rumah.
Belum lagi keterbatasan soal pembelajaran daring ini dapat menimbulkan masalah kejiwaan tersendiri baik bagi para guru, termasuk bagi para orang tua dimasing ditingkatan sekolah seperti TK, SD yang harus mendampingi anak-anaknya tiap hari dalam pelaksanaan pembelajaran daring, yang pasti berdampak kejenuhan atau depresi, sehingga ini sudah harus dipikirkan.
Dari itu, jika pemerintah menganggap dunia pendidikan ini bukan menjadi bagian yang terdampak, sehingga tidak ada anggaran dan upaya-upaya untuk penyelamatan dunia pendidikan, maka dikawatirkan akan timbul bencana yang lebih besar lagi.
Untuk itu imbuhnya, pemprov harus serius memikirkan masalah ini, bukan soal ekonomi semata. Karena jika dibiarkan kehancuran bencana pendidikan ini efeknya mungkin akan lebih besar dari corona sendiri.
Karena, jika covid 19 mungkin masih kelihatan dengan hitungan angka semisal puluhanribu. Tapi pada pendidikan bisa berdampak buruk bagi ratusan ribu anak sekolah.
“Karena itu Komisi IV konsen memperjuangkan penyelamatan dunia pendidikan di Kalsel,” pungkas wakil rakyat dari partai Gerindra ini. (Ipik)