Oleh : Raya Uli Sitorus
Bahan pangan pokok memegang peranan penting dalam aspek ekonomi, sosial, bahkan politik. Namun sampai saat ini pemerintah masih belum memiliki daftar komoditi bahan pangan pokok (Bapok) yang konsisten. Contoh sebagai barang kebutuhan pokok adalah beras, gula pasir, minyak goreng, mentega, daging sapi, daging ayam, telur ayam, susu, jagung, minyak tanah, dan garam beryodium.
Produksi telur ayam ras, petelur dan buras di Indonesia mencapai sebesar 1.337.030 ton pertahunnya. Sekitar 10% dari telur merupakan cangkangnya, sehingga dihasilkan sekitar 133.703 ton cangkang telur pertahunnya.
Cangkang telur mengandung sekitar 98% CaCO3 (calcium carbonat) dan memiliki 10.000-20.000 pori-pori sehingga diperkirakan dapat menyerap suatu solute dan dapat digunakan sebagai adsorben. Selain pori yang banyak dan luas permukaan yang besar. Cangkang telur juga memiliki kadar kalsium yang cukup tinggi sehingga memiliki potensi untuk menjadi penyerap atau sorben. Limbah cangkang telur selama ini hanya dianggap sebagai sampah, dan belum banyak diolah secara maksimal, cangkang telur hanya dimanfaatkan sebagai pakan unggas, pupuk organik, dan baru beberapa industi kecil yang memanfaatkan limbah cangkang telur sebagai bahan baku kerajinan tangan.
Selain itu cangkang telur memiliki struktur berpori dan mengandung asam protein mukopolisakarida yang merupakan gugus penting dalam asam protein mukopolisakarida adalah karboksil, amina, dan sulfat yang dapat mengikat ion logam membentuk suatu ikatan ionik. Pori-pori alami cangkang telur merupakan zat yang sangat memungkinkan untuk dijadikan adsorben.
Dan juga lapisan spons dan mammillary yang membentuk matriks dari serat-serat protein, lapisan tersebut membangun bentuk pori bagi cangkang telur. Limbah cangkang telur yang digunakan merupakan limbah baru yang belum menghasilkan bau busuk. Dalam proses sorpsi padatan cairan ukuran partikel sangat mempengaruhi kapasitas adsorpsi.
Ukuran pori dan luas permukaan adsorben merupakan hal yang sangat penting dalam adsorpsi. Luas permukaan adsorben dapat diperbesar dengan cara pengecilan ukuran partikelnya. Semakin kecil ukuran partikel akan memperluas permukaan biosorben sehingga ketersediaan sisi aktif biosorben akan meningkat. Bertambahnya sisi-sisi aktif dari permukaan biosorben dapat memungkinkan adsorpsi terjadi di lebih banyak tempat pada permukaan biosorben. Jumlah permukaan biosorben yang meningkat akan meningkatkan jumlah adsorbat yang terjerap.
Adsorpsi merupakan metode yang paling umum dipakai karena memiliki konsep yang lebih sederhana dan dapat diregenerasi serta ekonomis. Proses adsorpsi secara umum diartikan sebagai suatu proses dimana suatu partikel pada larutan melekat pada permukaan material adsorpsi (adsorben). Sebelum ini adalah salah satu cara alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan cangkang telur yang selama ini dikenal sebagai sampah.
Biosorben yang berasal dari limbah cangkang telur dapat digunakan untuk pengolahan limbah hasil industri, yaitu limbah logam berat. Logam berat digolongkan menjadi bahan beracun dan berbahaya (B3), karena bersifat korosif terhadap kulit, beracun, dan karsinogenik. Logam Pb dan Cd adalah logam yang banyak mencemari tanah dan perairan dengan konsentrasi yang cukup tinggi dan logam ini dapat terakumulasi dalam tubuh suatu organisme sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Serbuk cangkang telur memiliki kapasitas penyerapan yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan karbon aktif. Adsorben yang biasa digunakan untuk proses adsorbsi diantaranya adalah karbon aktif, alumina aktif, gel silika, dan zeolit. Menyebutkan bahwa karbon aktif hanya dapat menghilangkan sekitar 30-40 mg/g Cd, Zn, dan Cr serta termasuk adsorben yang tidak bisa diregenerasi. Sedangkan adsorben selain karbon aktif yaitu alumina aktif, gel silika, dan zeolit juga masih kurang efektif dan relatif mahal. (Penulis mahasiswa Universitas Palangka Raya)