Jakarta, Koranpelita.com
Hj Astuty Hasinah Haryono Suyono sosok yang sederhana dan santun. Itulah kesan pertama saat bertemu ibu, begitu panggilan Hj Astuty Hasinah.
Berbicara lembut, tutur katanya juga teratur. Sesekali senyum mengembang, memberi isyarat keakraban kepada siapa saja.
Namun di balik kelembutan dan sopan santun, terdapat kekuatan. Ketegaran dan juga sikap keras dalam berprinsip.
Prof Dr H Haryono Suyono yang beliau dampingi sepanjang hayat di kandung badan, membutuhkan keteguhan hati. Juga sikap dan kekuatan di semua sisi kehidupan.
Sebagai pejabat pemerintahan sejak awal pembangunan Indonesia, sang Guru Besar memiliki jangkauan pergaulan mencapai sangat luas, mencapai seluruh dunia. Sudah barang tentu membutuhkan pendamping yang juga luar biasa. Daya tahan tubuh, daya tahan pikir dan daya tahan dari berbagai godaan dan gangguan.
Putri Betawi yang taat beribadah ini, menjadi ibu utama bukan saja untuk putra-putri, menantu, anak cucu dan cicit. Melainkan ibu bagi anak-anak bangsa. Menjadi ibu panutan bagi generasi masa depan. Teladan yang dapat menjadi pembelajaran bagi siapa saja.
Perpaduan H Haryono Suyono-Hj Astuty Hasinah kombinasi Jawa Pacitan dan Betawi Kampung Melayu menjadi keluarga yang harmonis. Keluarga yang sakinah, mawadah wa rohmah.
Betawi yang gemi nastiti dan ngati-ati. Hal itu diceritakan Prof Haryono Suyono dalam sebuah diskusi umum. Setiap kali pulang dari luar kota atau luar negeri untuk sebuah diskusi dan seminar, ibu selalu berkemas-kemas ternasuk mengemasi honorarium dari panitia seminar.
Amplop dari panitia seminar diam-diam dikumpulkan tampa sepengetahuan siapa pun. Selang beberapa lama, sesudah terkumpul tanpa sepengetahuan siapapun juga ibu membeli sesuatu.
Setelah membeli barang berharga ibu baru bercerita, uang dalam amplop dari honorarium yang terkumpul dibelikan lahan. Termasuk tanah di Cinangka yang sekarang menjadi Rumah Kebun Astuty. Jadi Rumah Kebun Cinangka itu hasil dari tabungan amplop yang disisihkan beliau.
Hal itu pula yang dapat menjadi pelajaran bagi siapa saja, gerakan menabung harus membudaya sejak dini bagi siapa pun. Kebiasaan menabung dapat menginspirasi banyak orang.
Presiden Soeharto yang menjadi inspirator, ketika Pak Harto mengajak masyarakat untuk menyisihkan penghasilan untuk kepentingan masa depan. Menabung memiliki keajaiban, dimulai dari pribadi merambah ke masyarakat dan akan menjadi kekuatan besar ketika menjelma sebagai gerakan nasional.
Gerakan nasional menabung yang terwujud dalam bentuk Tabungan Kesejahteraan Keluarga (Takesra) di kemudian hari menjadi Kredit Usaha Kesejahteraan Keluarga (Kukesra).
Takesra dan Kukesra menjadi kekuatan besar untuk memberdayakan keluarga dari pra sejahtera, sejahtera satu menjadi sejahtera dua dan tiga.
Gerakan menabung yang dimulai dari Rp20.000 dengan kelipatannya menjadi kekuatan besar. Kelipatannya itu dapat menjadi agunan untuk memperoleh kredit usaha. Tabungan dan kelipatannya menjadi kredit usaha setiap keluarga prasejahtera.
Kelompok keluarga prasejahtera yang tergabung dalam Usaha Perbaikan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).
Hj Astuty Hasinah Haryono Suyono sangat peduli dengan keluarga prasejahtera. Di setiap kesempatan mengajak kaum ibu untuk menabung, berusaha membantu menambah pendapatan keluarga.
Sampai akhir hayatnya, kepedulian itu tidak berhenti. Kediamannya menjadi sentral kegiatan pemberdayaan keluarga. Di atap rumahnya menjadi ladang bercocok tanam berbagai tanaman pangan. Bermacam sayur dapat dijumpai, mulai kangkung, cesim, bayam dan semua hijauan.
Di tempat peristirahatan Cinangka, Depok tidak ketinggalan menjadi tempat pemberdayaan masyarakat sekelilingnya. Rumah Kebun Astuty menjadi tempat pelatihan berbagai ketrampilan.
Selain kaum ibu juga balita, remaja hingga lansia memiliki jadwal kegiatan. Ada sanggar tari Betawi, sanggar Pramuka hingga Sikver College.
Semua kegiatan untuk memberdayakan keluarga. Menambah pendapatan menuju keluarga yang sejahtera, lahir dan batin. Sejak kehidupan di dunia ini hingga ke alam akhirat.
Hj Astuty Hasinah Haryono Suyono sudah melakukan semuanya. Harapan dan doa semoga Allah Taala menerima semua amal baik, mengampuni semua kesalahan selama hidup di dunia sehingga memperoleh jannatun naim, Al Fatihah. (D)