Oleh : Artha Karunia Gresiana Siregar
Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang berada diantara dua samudera besar yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia sehingga memiliki potensi sumber daya perikanan yang melimpah ruah. Pemacuan sumber daya ikan adalah suatu teknologi untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan dan sekaligus pendapatan nelayan. Potensi produksi ikan perairan umum daratan Indonesia (luasnya 13,85 juta hektar) ditaksir 3.034.934 ton/tahun, sedangkan produksi ikan yang telah dicapai 325.000 ton/th. Berdasarkan keberhasilan penerapan pemacuan sumber daya ikan di beberapa badan air, produksi ikan dapat ditingkatkan menjadi 1.452.947 ton/tahun.
Berdasarkan data yang dilansir dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah, di Kota Palangka Raya potensi perikanan di perairan umum pada tahun 2017 mencapai 3.116,72 ton, dengan total di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 66.756,08 ton. Melihat potensi perikanan tersebut, sebagian besar hasilnya digunakan atau dimanfaatkan untuk wadi, dijual ataupun di konsumsi. Tingginya permintaan pasar akan produksi ikan berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan. Berbagai bagian tubuh ikan yang tidak dapat diolah atau dikonsumsi, dibuang begitu saja kelingkungan sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan baik dari segi pencemaran air dan darat hingga udara. Pembusukan yang dialami oleh limbah organ tubuh ikan dapat mencemari ekosistem di sekitarnya, selain itu juga menimbulkan bau tak sedap yang mengganggu indera penciuman manusia.
Di antara berbagai limbah organ tubuh ikan, tulang ikan merupakan jenis limbah yang masih bisa dimanfaatkan. Jika ditinjau dari kacamata kimia, tulang ikan merupakan limbah yang kaya akan kandungan kalsium di dalamnya. Tingginya persentase kalsium yang ada pada tulang ikan menjadi peluang kebermanfaatan limbah yang satu ini. Tulang ikan dapat diolah sebagai material hidroksiapatit. Hidroksiapatit (Ca5HO13P3) adalah suatu material bioaktif yang berpotensi sebagai pelapis dalam implantasi tulang. Hidroksiapatit merupakan senyawa kalsium fosfat yang merupakan komponen organik utama dari tulang dan gigi. Hidroksiapatit juga bersifat bioaktif, biocompatible dan osteo-konduktif sehingga dapat menyatu dengan tulang manusia dan juga mampu mempercepat regenerasi tulang yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan trauma tulang. Selain itu, material bioaktif ini dianggap memainkan peranan penting dalam berbagai bidang termasuk dapat mempercepat proses atenuasi gelombang, pengganti jaringan struktur dan juga mampu sebagai katalis.
Disamping itu, pemanfaatan tulang ikan bisa dijadikan tepung dengan cara membersihkan tulang ikan, lalu direbus pada suhu 80℃ selama 30 menit lalu dilakukan proses presto selama 2 jam kemudian dilanjutkan dengan perendaman dengan larutan NaOH 1,5 N selama 2 jam untuk menghilangkan atau menghidrolisis protein. Selanjutnya, dicuci sampai terasa licin ditangan lalu dikeringkan sampai 48 jam lalu dihaluskan hingga membentuk seperti tepung. Manfaat lain tulang ikan bisa juga sebagai bahan dasar pembuatan cangkang kapsul dan lain sebagainya. Dengan demikian, melihat besarnya potensi pemanfaatan limbah tulang ikan bisa menjadi peluang baik untuk masyarakat sendiri bahwa pemanfaatan ikan tidak hanya untuk dikonsumsi melainkan juga bisa melahirkan berbagai produk unggulan yang bahkan hanya berbahan dasar limbah tulang ikan. (Penulis, Mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Palangka Raya.)