Kekuatan Sedekah Ditengah Wabah Virus Corona

Oleh: Nasrullah. AR. (Wakil Ketua PW.NU KAL-SEL & KETUA BID. MUI KALSEL)

Sedekah dapat menolak 70 macam bencana dan yang paling ringan
(di antara bencana itu) adalah wabah penyakit kusta dan lepra,”
(HR. Thabrani dalam Mu’jamul Kabir)

Mewabahnya Corona Virus Disease -19 (Covid-19), memiliki dampak luas di berbagai lapisan masyarakat. Para pengusaha harus menerima kerugian, karyawan harus berhenti dari pekerjaan, pedagang sepi dari pembeli, aparat sipil negara harus terbatas dalam bekerja.

Bahkan, dampak yang sangat menyedihkan adalah anak harus kehilangan orang tuanya, orang tua harus kehilangan anaknya, suami harus kehilangan istrinya, begitu sebaliknya istri harus kehilangan suaminya, syahid karena wabah virus corona.

Untung memang tak bisa diraih, malang tidak bisa ditolak. Bak diagendakan, Bulan Ramadhan yang syarat dengan rahasia-rahasia yang Allah anugerahkan kepada seluruh umat manusia di alam semesta ini, ternyata kali ini, kita menyaksikan berbagai peristiwa dan laku sikap hamba-Nya dalam merespon kejadian luar biasa (extra-ordinary) yang bagai cerita tanpa ada akhir dan menyisakan duka-nestapa.

Pada suasana puncak Bulan Ramadhan ini, penulis ingin menyampaikan pesan moral, meski mungkin jauh dari kesempurnaan, namun setidaknya dapat direnungi untuk dipetik manfaatnya.

Terkait kutipan hadits di atas, definisi “Sedekah” sangat luas cakupannya, bukan sebatas pemberian berupa materi, tetapi juga meliputi non-materi. Dalam arti yang luas, sedekah dapat menjadi power untuk melakukan recovery di seluruh aspek dan sendi kehidupan pada masa sulit seperti ini.

Di dalam “Sedekah” juga terkandung nilai-nilai sosial karena akan tumbuh sikap saling peduli, bekerjasama atau saling tolong menolong.
Salah satu bukti nyata adalah “Sedekah” yang dipersembahkan oleh para tenaga medis seperti dokter dan perawat. Mereka rela menyedekahkan waktu, tenaga bahkan nyawa mereka -Allah yarham- demi pencegahan dan penyembuhan pasien yang terkena virus corona.

Menjadi harapan bagi kita, adanya peran serta semua pihak khususnya pemerintah, pengusaha dan elemen masyarakat yang mempunyai kemampuan yang lebih untuk memanfaatkan “Sedekah” sebagai upaya pemulihan dari wabah yang terjadi sebagai pengejawantahan rasa kepedulian kepada masyarakat.

Dari peristiwa ini memang sangat banyak mengandung hikmah yang luar biasa. Salah satunya adalah kita mengenal jati diri kita yang sesungguhnya sebagai makhluk Allah dan Allah-lah Dzat yang Maha segalanya. Di sinilah makna ungkapan “Man arafa nafsahu, faqad ‘arafa Rabbahu” menemukan relevansinya.

Untuk menjaga “Sedekah” agar tetap memiliki nilai di hadapan Allah SWT, maka kebaikan ini harus disertai dengan iman dan keikhlasan. Sedekah tanpa iman dan keikhlasan akan kehilangan makna dan sia-sia. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 264.

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.

Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah: 264)

Semoga amal Ibadah kita diterima di sisi Allah.
Wallahu A’lam.

#Sholat Idul fitri di rumah aja (pik)

About kalselsatu

Check Also

Inovasi Ketahanan Pangan Kota Semarang Kembali Raih Penghargaan Tingkat Nasional

Semarang,KORANPELITA com – Inovasi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang di bidang ketahanan pangan kembali mendapatkan apresiasi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca